Suar.ID -Wartawan asal Inggris Max Stahl punya pengamalan mengerikan saat merekam aksi penembakan oleh TNI terhadap warga Timor Leste dalam peristiwa Santa Cruz 1991.
Rekaman itu kemudian dia sembunyikan dalam batu nisan sebelum dia kirim ke luar Timor Leste.
Max Stahl sendiri punya hubungan yang sangat sentimentil dengan warga Timor Leste yang akhirnya resmi merdeka dari Indonesia pada 2002 lalu.
Ketika itu Timor Leste masih bernama Timor Timur.
Sekitar 270 orang tewas dalam peristiwa Santa Crurz 1991.
Max Stahl menjadi salah satu sosok yang berhasil merekam aksi brutal TNI kepada warga Timor Leste.
Max Stahlmeninggal dunia pada akhir Oktober 2021 lalu di usia 66 tahun.
Tak hanya berprofesi sebagai wartawan, Max Stahl juga seorang pembuat film.
Karya monumentalnya adalah ketika dia berhasilmengabadikan peristiwa Santa Cruz yang terjadi di kota Dili pada 1991.
Max Stahl lahir di Inggris dengan nama Christopher Wenner pada 1954.
Sudah banyak penghargaan yang diraih olehMax Stahl selama berkarier sebagai seorang wartawan.
Salah satukarya jurnalistiknya yang paling dikenal adalah ketika ia mengabadikan kejadian di tempat pemakaman Santa Cruz di Dili tahun 1991.
Dalam rekamannya, TNI mengarahkan tembakan kepada orang-orang dalam peristiwa yang menewaskan 270 orang tersebut.
Rekaman tentara Indonesia menargetkan para pengunjuk rasa pro-demokrasi kemudian menarik perhatian dunia soal apa yang terjadi di Timor Timur.
Max Stahl kemudian menyembunyikan rekamannya itu di batu nisan, terlebih karena dia tahu itu akan membuatnya ditahan.
Setelahnya, rekaman itu dia selundupkan ke luar Timor Timur yang ketika itu masih wilayah Indonesia.
Max Stahl kembali ke Timor Leste pada 1999, berbarengan dengan prosesreferendum untuk menentukan masa depan kawasan tersebut.
Di kedatangan keduanya iniMax Stahl jugamerekam lagi berbagai peristiwa kekerasan yang terjadi, setelah sebagian besar warga memutuskan untuk memerdekakan diri dari Indonesia dalam referendum yang diawasi oleh PBB.
Max Stahl adalah salah satu dari sedikit wartawan asing yang tetap berada di Timor Leste, ketika banyak wartawan asing sudah meninggalkan negara tersebut akibat banyaknya kekerasan.
Max Stahl pernahmendapatkan Rory Peck Award dari Amerika Serikat, sebuah penghargaan yang diberikan kepada juru kamera freelance yang bekerja di daerah konflik.
Jose Ramos-Horta, penerima Nobel yang juga mantan presiden dan perdana menteri Timor Leste, pernah mengatakan "hanya ada beberapa titik dalam sejarah Timor Leste yang mengantarkan mereka pada kemerdekaan".
Dan menurutnya peristiwa Santa Cruz yang terekam oleh Max adalah salah satu di antaranya.
"Untuk pertama kalinya pesan kami dilihat oleh dunia," kata Jose dalam sebuah pesan di media sosial.
Setelah meliput di berbagai daerah konflik seperti di Chechnya dan Beirut di tahun 1980-an dan 1990-an, Max yang lulusan dari Oxford University menetap di Dili.
Dia juga belajar bahasa Tetun dan merekam sejarah dari negara yang baru merdeka di tahun 1999 tersebut.
Kepada teman-temananya, Max mengatakan dia '"jatuh cinta" kepada Timor Leste dan warganya.
Max kemudian mendirikan Pusat Audiovisual bernama Max Stahl Timor-Leste Audiovisual Centre, di mana dia menyimpan sekitar 5.000 jam rekaman video yang mendapat pengakuan dari badan UNESCO.
Rekaman itu termasuk hasil karyanya sendiri selama 30 tahun.
Jose Ramos-Horta mengatakan Timor Leste menghargai Max sebagai "salah satu pahlawan dalam perjuangan kami yang membantu membentuk negara kami selamanya".
Ayah beranak empat tersebut meninggal hari Rabu lalu di kota Brisbane, setelah berjuang melawan kanker sejak tahun 2012.
Max Stahl meninggal dunia dalam kondisi sedang ditemani istrinya, Dr Ingrid Bucens dan keluarganya.