Suar.ID -Peristiwa Santa Cruz 1991 menjadi salah satu noda hitam yang mencoreng muka tentara Indonesia (TNI) di Timor Leste, ketika itu masih bernama Timor Timur.
Setidaknya ada 270 orang yang meninggal di peristiwa berdarah tersebut.
Salah satu sosok yang berhasil merekam aksi brutal tentara itu adalah Max Stahl, wartawan berkebangsaan Inggris.
Max Stahl sendiri telah meninggal dunia pada akhir Oktober 2021 lalu di usia 66 tahun.
Selain sebagai wartawan,Max Stahl adalah seorang pembuat film.
Salah satu karya monumentalnya adalah mengabadikan peristiwa Santa Cruz yang terjadi di kota Dili, Timor Timur--sekarang Timor Leste--pada 1991.
Max Stahl lahir di Inggris dengan nama Christopher Wenner pada 1954.
Sudah banyak penghargaan yang diraih olehMax Stahl selama berkarier sebagai seorang wartawan.
Salah satukarya jurnalistiknya yang paling dikenal adalah ketika ia mengabadikan kejadian di tempat pemakaman Santa Cruz di Dili tahun 1991.
Dalam rekamannya, TNI mengarahkan tembakan kepada orang-orang dalam peristiwa yang menewaskan 270 orang tersebut.
Rekaman tentara Indonesia menargetkan para pengunjuk rasa pro-demokrasi kemudian menarik perhatian dunia soal apa yang terjadi di Timor Timur.
Max Stahl kemudian menyembunyikan rekamannya itu di batu nisan, terlebih karena dia tahu itu akan membuatnya ditahan.
Setelahnya, rekaman itu dia selundupkan ke luar Timor Timur yang ketika itu masih wilayah Indonesia.
Max Stahl kembali ke Timor Leste pada 1999, berbarengan dengan prosesreferendum untuk menentukan masa depan kawasan tersebut.
Di kedatangan keduanya iniMax Stahl jugamerekam lagi berbagai peristiwa kekerasan yang terjadi, setelah sebagian besar warga memutuskan untuk memerdekakan diri dari Indonesia dalam referendum yang diawasi oleh PBB.
Max Stahl adalah salah satu dari sedikit wartawan asing yang tetap berada di Timor Leste, ketika banyak wartawan asing sudah meninggalkan negara tersebut akibat banyaknya kekerasan.
Max Stahl pernahmendapatkan Rory Peck Award dari Amerika Serikat, sebuah penghargaan yang diberikan kepada juru kamera freelance yang bekerja di daerah konflik.
Jose Ramos-Horta, penerima Nobel yang juga mantan presiden dan perdana menteri Timor Leste, pernah mengatakan "hanya ada beberapa titik dalam sejarah Timor Leste yang mengantarkan mereka pada kemerdekaan".
Dan menurutnya peristiwa Santa Cruz yang terekam oleh Max adalah salah satu di antaranya.
"Untuk pertama kalinya pesan kami dilihat oleh dunia," kata Jose dalam sebuah pesan di media sosial.
Setelah meliput di berbagai daerah konflik seperti di Chechnya dan Beirut di tahun 1980-an dan 1990-an, Max yang lulusan dari Oxford University menetap di Dili.
Dia juga belajar bahasa Tetun dan merekam sejarah dari negara yang baru merdeka di tahun 1999 tersebut.
Kepada teman-temananya, Max mengatakan dia '"jatuh cinta" kepada Timor Leste dan warganya.
Max kemudian mendirikan Pusat Audiovisual bernama Max Stahl Timor-Leste Audiovisual Centre, di mana dia menyimpan sekitar 5.000 jam rekaman video yang mendapat pengakuan dari badan UNESCO.
Rekaman itu termasuk hasil karyanya sendiri selama 30 tahun.
Jose Ramos-Horta mengatakan Timor Leste menghargai Max sebagai "salah satu pahlawan dalam perjuangan kami yang membantu membentuk negara kami selamanya".
Ayah beranak empat tersebut meninggal hari Rabu lalu di kota Brisbane, setelah berjuang melawan kanker sejak tahun 2012.
Max Stahl meninggal dunia dalam kondisi sedang ditemani istrinya, Dr Ingrid Bucens dan keluarganya.