Dapat Tugas Khusus Di Timor Leste, Begini Cerita Tatang Koswara Sniper Terbaik Dunia Asal Indonesia, Ternyata Nggak Hanya Jadi Penembak Jitu, Masih Ada Tugas Lainnya

Jumat, 17 Desember 2021 | 13:11
Tribunnews Bogor

Tatang Koswara, sniper terbaik dunia asal Indonesia, pernah mendapatkan tugas khusus di Timor Leste.

Suar.ID -Indonesia pernah punya seorang sniper terbaik dunia bernama Tatang Koswara.

Salah satu tugas yang pernah diemban oleh Tatang Koswara adalah tugas khusus ke Timor Leste.

Ketika itu, Indonesia belum punya penembak jitu alias sniper.

Ketika itu, ada dua tugas khusus yang dibebankan kepada Tatang Koswara, bersama satu rekannya bernama Ginting, di Timor Leste.

Apa itu?

Tatang Koswara sejatinya nggak sengaja nyemplung jadi tentara.

"Ayah saya memang seorang tentara, tapi saya tidak berniat menjadi tentara," kata Tatang Koswara pada 2015 lalu di kediamannya.

Rumah Tatang Koswara berada di lingkungan kompleks TNI AU, Cibaduyut, Bandung.

Tapi nasib berkata lain, pada 1967, Tatang Koswara disuruh ibunya mengantar sang adik mendaftar menjadi TNI.

Ketika tes, Tatang Koswara bertemu sejumlah perwira Dandim di Banten.

Kebetulan para perwira itu mengenalnya, mereka bertanya kenapa nggak daftar sekalian.

"Saya kenal dengan perwira Dandim karena sebelumnya juara sepakbola," kata Tatang Koswara.

"Karena juara sepakbola itu juga dan beberapa prestasi lainnya, saya diminta para perwira Dandim untuk daftar jadi anggota TNI."

Walaupun sempat bingung, besoknya Tatang Koswara tetap menyiapkan semua persyaratan untuk daftar lewat jalur tamtama.

Singkat cerita, Tatang Koswara akhirnya dinyatakan lulus, sementara adiknya harus mencoba tahun depannya lagi.

Tribun Lampung
Tribun Lampung

Tatang Koswara, sniper terbaik dunia asal Indonesia, pernah mendapatkan tugas khusus di Timor Leste.

Dapat tugas khusus ke Timor Leste

Terbiasa hidup di kampung membuat Tatang Koswara lumayan gampang barkarier di tentara.

Fisiknya mumpuni, berenang bisa, menembak juga akhirnya bisa.

Tahun 1974-1975, Tatang Koswara bersama tujuh rekannya terpilih masuk program mobile training teams (MTT) yangdipimpin pelatih dari Green Berets Amerika Serikat, Kapten Conway.

Ketika itu, "Indonesia belum punya antiteror dan sniper," kata Tatang Koswara.

"Muncullah ide dari perwira TNI untuk melatih jagoan tembak dari empat kesatuan, yakni Kopassus (AD), Marinir (AL), Paskhas (AU), dan Brimob (Polri). Namun, sebagai langkah awal, akhirnya hanya diikuti TNI AD."

Dalam perjalannya, Kopassus kesulitan memenuhi kuota yang ada.

Dari 60 orang yang dibutuhkan hanya 50 orang yang bisa dipenuhi oleh Kopassus setelah seleksi fisik dan kemampuan.

Untuk memenuhi 10 sisanya, Tatang Koswara dantujuh temannya dilibatkan menjadi peserta.

Tatang dan 59 anggota TNI AD dilatih Kapten Conway sekitar dua tahun.

Mereka dilatih menembak jitu pada jarak 300, 600, dan 900 meter.

Tak hanya itu, mereka juga dilatih bertempur melawan penyusup, sniper, kamuflase, melacak jejak, dan menghilangkannya.

Dari dua tahun masa pelatihan, hanya 17 dari 60 orang yang lulus dan mendapat senjata Winchester model 70.

Seperti dikutip majalahAngkasadanShooting Times, Winchester 70 yang disebutBolt-action Rifle of the Centuryini juga digunakan sniper legendaris Marinir AS, Carlos Hathcock, saat perang Vietnam. Senjata ini memiliki keakuratan sasaran hingga 900 meter.

Kompas.com

Tatang Koswara, sniper terbaik dunia asal Indonesia, pernah mendapatkan tugas khusus di Timor Leste.

Senjata dan ilmu yang diperoleh dari pasukan elite Amerika Serikat ini membantu Tatang dalam pertempuran.

Sebab, setelah itu, Tatang ditarik Kolonel Edi Sudrajat, Komandan Pusat Pendidikan Infanteri (Pusdiktif) Cimahi, menjadi pengawal pribadi sekaligus sniper saat terjun ke medan perang di Timor Timur (1977 – 1978).

Ada dua tugas rahasia yang disematkan pada dua sniper saat itu (Tatang dan Ginting).

Pertama, melumpuhkan empat kekuatan musuh, yaitu sniper, komandan, pemegang radio, dan anggota pembawa senjata otomatis.

Kedua, menjadi intelijen.

Intinya masuk ke jantung pertahanan, melihat kondisi medan, dan melaporkannya ke atasan yang menyusun strategi perang.

Bahkan, ada kalanya sniper ditugaskan untuk mengacaukan pertahanan lawan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi jatuhnya korban.

"Lawan kita itu Pasukan Fretilin yang tahu persis medan di Timtim. Mereka pun punya kemampuan gerilya yang hebat, makanya Indonesia menurunkan sniper untuk mengurangi jumlah korban," ujar Tatang.

Tag

Editor : Moh. Habib Asyhad

Sumber intisari