Suar.ID - Warga Kabupaten Tasikmalaya sempat dibuat resah dengan kelakuan pasutri yang satu ini.
Bagaimana tidak, pasutri yang masing-masing berinisial ES (24) dan LA (24) ini berani mempertontonkan kegiatan mereka saat berhubungan intim.
Keduanya bahkan mempertontonkan hal ini di depan anak-anak.
Lebih parahnya lagi, anaknya sendiri pun disebut-sebut juga ikut menonton adegan tak senonoh ini.
Adegan ini pun tak dipertontonkan dengan gratis.
Pasutri ini juga diminta anak-anak tersebut uang tiket sebesar Rp 5000,rokok, mie instan, hingga kopi, untuk menonton adegan tersebut.
Pasutri ini pun akhirnya ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak kepolisian akibat perbuatannya ini.
Dilansir Tribunnews.com, pada Sabtu (13/11) ketua MUI Desa Kadipaten Tasikmalaya setempat, Kholis pun menyanyangkan peristiwa ini terjadi di wilayahnya.
Ia pun mengaku perihatin dengan adanya kejadian ini.
Kholis pun berharap agar anak-anak yang menjadi korban bisa mendapatkan pendampingan trauma healing.
"Psikis anak-anak harus dipulihkan agar akhlak mereka tidak ikut-ikutan rusak," katanya.
Di hari yang sama, Psikolog Endra Nawawi pun memandang adanya kecenderungan penyimpanan orientasi seksual pada pasangan suami istri ini.
"Apalagi kalau dilakukan sering untuk menemukan kepuasan atas perilakunya itu bisa disebut menyimpang secara seksual," jelas Endra Nawawi melalui sambungan telepon.
Normalnya, kegiatan suami istri merupakan suatu hal yang bersifat privasi dan tak ingin didengar atau bahkan dilihat.
Terlebih dalam kasus ini pelaku ini malah dengan sengaja dipertontonkan pada anak-anak.
Endra pun menyebut kalau kejiwaan para pelaku ini perlu diperiksa.
"Hubungan suami istri jika tidak menyimpang secara orientasi seks, maka dilakukan secara tertutup.
"Bisa dikategorikan gangguan dan kelainan seksual dan kejiwaan," tuturnya.
Terlepas dai kecenderungan ini, dampak ada dampak yang sangat dikhawatirkan secara langsung pada anak-anak yang menonton kelakuan tak pantas pasutri ini.
Menurutnya, anak-anak ada kemungkinan akan menyimpan memori yang tak mesti ada di masa kecil mereka.
Kata Endra, anak-anak yang menonton ini perlu mendapatkan pendampingan serius untuk pemulihan psikis terutama moral.
"Perlu ada trauma healing, anak-anak perlu diberikan pemahaman dan persepsi yang diluruskan, terlebih setelah apa yang mereka alami tersebut," katanya.