Suar.ID - Sebagian besar anak berusia 23 tahun yang lulus kuliah akan mencari lapangan pekerjaan.
Namun tidak Shiny Phua.Shiny Phua, gadis lulusan kampus Lasalle ini malah mencoba bisnis rumahan.
Dia mencoba menjual kue buatannya sendiri.
Namun alih-alih menjual kue biasa seperti brownies dan kue keju bakar, ia mengkhususkan diri pada kue tradisional Teochew ang gu (kue kura-kura merah) dan muah chee (bola nasi ketan).
Teochew ang gu ini kalau di Indonesia mirip kue mata kebo.Bernama Ah Mah's Legacy, bisnis ini adalah pertunjukan seorang wanita.Semuanya dikelola oleh Shiny sendiri — mulai dari membuat kue tradisional secara manual hingga bagian logistik yang rumit.
"Ini cukup sulit!" kata Shiny yang dikutip dari AsiaOne.com.Shiny mengatakan bahwa manajemen waktu itu penting karena dia harus menjadwalkan pesanan sedemikian rupa sehingga tidak berbenturan dengan pekerjaan penuh waktunya.Ini berarti bahwa satu-satunya waktu yang tersedia baginya untuk menghasilkan pesanan adalah selama akhir pekan.
Selama hari-hari menjelang tanggal pengiriman pada hari Minggu, dia harus mendapatkan dan mengolah bahan-bahannya yang juga bisa memakan waktu.
Prosesnya tidak hanya membosankan, tetapi juga bisa mahal, terutama karena Shiny bersikeras menggunakan bahan-bahan alami tanpa pewarna makanan atau perasa buatan.Untuk gu kueh kacangnya harganya 10 dolar atau sekitar Rp 140 ribu (sekotak isi empat), dia menggunakan ubi jalar untuk mendapatkan rona oranye terang.
Dan pistachio tahini gu kueh edisi terbatasnya haganya 14 dolar atau sekitar Rp 200 ribu (untuk satu kotak berisi empat) penuh dengan pistachio panggang dan tahini wijen putih panggang.Jadi tidak mengherankan jika kuenya memang mahal.Covid-19 juga tidak membantu situasi, karena harga bahan-bahannya telah meningkat, kata Shiny."Harga ubi jalar naik sekitar 28-33 persen dan untuk tepung ketan, kacang-kacangan dan lain-lain, setidaknya ada kenaikan harga lima sampai 10 persen," ujarnya.Dan bukan hanya itu yang perlu dikhawatirkan Shiny.
Selain tenaga kerja manual, dia juga harus memikirkan kepuasan pelanggannya juga."Tantangannya adalah mengelola ekspektasi orang, terutama karena bisnis saya hanya memiliki saya," jelas Shiny.Shiny pertama kali membuat kue Teochew ketika dia baru berusia 10 tahun.
Almarhum neneknya adalah orang yang memberikan keterampilan ini kepadanya.