Suar.ID - Belakangan ini viral kisah pilu seorang guru honorer lansia.
Sudah 50 tahun mengabdi sebagai guru honorer, ia pun malah tak lulus ujian PPPK.
Akibat hal ini BKN dan Menteri Nadiem banjir kritikan.
Untuk diketahui, dalam beberapa minggu ke depan akan banyak tes CPNS dan PPPK yang diselenggarakan BKN dan Kementrian di Indonesia.
Di tengah-tengah tes ini, terdengar sebuah kisah miris dari para guru honorer dan guru tak tetap yang sudah lama mengabdi saat mengikuti tes PPPK.
Bahkan, kini curhatan para guru honorer, guru tak tetap, dan juga beberapa pengawas ujian PPPK ini sudah banyak beredar di media sosial.
Dilansir Tribun-medan.com, seperti curhatan di sebuah akun Twitter pada Jumat (17/9).
Berikut ini curhatan yang diunggah dalam akun tersebut.
"Curhat peserta PPPK."
"Untuk apa menguji kami honorer, apalagi bagi kami yang sudah diatas 45 th, kalau hanya sekedar membesarkan hati kami saja, sementara yang soal yang kami kerjakan tidak sesuai dengan pekerjaan yang kami lakukan disekolah,"
".... Drama kami mengikuti p3k."
"Dari kampung naik mobil kurang lebih 2 jam. Menuju pelabuhan yg dimana nanti kami naik kendaraan air speed boat kurang lebih 4 jam"
Kisah pilu ini sendiri awalnya diunggah di Facebook Eva M Sinaga pada Rabu (15/9).
Dalam curhatan ini ia mengisahkan seorang guru honorer yang mengikuti tes PPPK di kotanya.
Ia pun bahkan bertemu langsung dengan muridnya yang kini sudah menjadi PNS dan pengawas tes PPPK.
Di saat sang guru tes dan ingin lulus PPPK, yang belum tentu juga ia menjadi seorang PNS.
Pada akhir, sang penulis pun mencurahkan kalau passing grade atau nilai kelulusan bagi seorang guru honorer ini kelewat tinggi.
Sampai-sampai ia pun mengkeritik kebijakan tes PPPK bagi para pengabdi yang sudah puluhan tahun ini mengajar.
Ada juga curhatan dari pengguna facebook lain Mike Riana pada Jumat (17/9).
Dalam surat terbuka ini, ia menceritakan kisah pilu yang dialami oleh seorang guru laki-laki dengan usai senja yang tetap semangat mengabdi dengan memberikan pendidikan pada siswanya.
Ia juga menyebutkan kalau guru tua ini hanya menerima gaji tak lebih dari Rp 500 ribu.
Karena hal tersebut, ia pun harus mencari penghasilan tambahan dengan bekerja serabutan karena tak gajinya yang tak cukup untuk kebutuhan keluarganya.
"Gaji di bawah lima ratus ribu sungguh tak cukup untuk makan sebulan."
"Apalagi untuk membeli sepatu," kata Novia Khassifa.
Dikatakan juga kalau guru ini pernah mengikuti Program Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang diadakan oleh Kemendikbud.
Sayangnya, saat tes ini ia pun gagal karena tak lolos.
Ia juga mengungkapkan kalau guru ini nampak kesulitan dalam mengikuti tes online yang menggunakan komputer.
"Soal-soal yang Mas Menteri berikan hanya teori saja.
"Tak sebanding dengan praktik pengabdian berpuluh-puluh tahun lamanya," katanya.
Selanjutnya, ia pun menyebutkan kalau soal ujian PPPK ini membuat dirinya kesulitan saat menggunakan moise hingga menyebabkan kepalanya pusing.