Suar.ID -Panji Petualang membeberkan cara mengatasi gigitan ular berbisa yang benar dan tepat.
Cara ini ternyata berbedar dari yang selama ini kita lakukan.
Memang seperti apa?
Salah satu ular berbisa yang biasa kita temui adalah ular kobra.
Orang yang kena bisa ular berbisa harus mendapatkan penanganan khusus.
Tapi sayang, nggak semua orang tahu cara yang benar menangani gigitan ular berbisa seperti ular kobra.
Jika ditanya cara penanganan korban gigitan ular berbisa, mungkin sebagian besar orang menjawab dengan mengikat bekas gigitan atau malah menghisap bisanya.
Kedua cara tersebut memang sering kali diterapkan dalam film-film.
Rupanya dua cara itu kurang tepat karena bahkan bisa membahayakan nyawa.
Soal itu,Panji Petualang pun menunjukkan cara penanganan yang tepat saat terkena gigitan ular berbisa.
Penjelasan Panji Petualang bermula dari pembahasan soal penyanyi dangdut yang meninggal karena gigtan ular kobra.
"Sempet disedot racunnya (bisa). Padahal kan metode itu bukanlah satu metode yang bisa menyelematkan seseorang dari gigitan ular berbisa," ujar Panji Petualang tayangan Call Me Mel edisi (16/12/2019).
Menurut Panji, cara yang dianjurkan untuk menangani korban gigitan ular berbisa adalah dengan imobilisasi.
"Metode secara medis yang dianjurkan adalah imobilisasi. Itu WHO yang menganjurkan," sambungnya.
Apa itu?
Imobilisasi adalah mencegah bagian bekas luka digerakan.
"Aku sempet nonton di YouTubenya Panji, Panji memberikan pengajaran kepada orang-orang bahwa saat tergigit ular itu (lukanya) harus diiket?" tanya Melaney memastikan.
Selain itu, Panji juga menekankan, penanganan luka gigitan ular dengan diikat juga kurang tepat.
Yang benar adalah dibidai atau digips.
"Enggak, enggak diikat, tapi dibidai atau digips," kata Panji.
"Oh digips," ujar Melaney.
"Jadi ini misalnya tangan (yang digigit) enggak boleh gerak-gerak," tanya Melaney lagi.
"Betul," kata Panji.
Panji menejelaskan semakin banyak pergerakan yang dilakukan pada bagian tubuh yang dgigit tersebut bisa memicu penyebaran racun ular menjadi lebih cepat.
"Semakin banyak bergerak, akan semakin membuat cepat racun atau bisa itu menyebar," terang Panji.
Panji kemudian menjelaskan langkah-langkah untuk membidai korban gigitan ular berbisa.
Hal itu dilakukan untuk meminimalisir pergerakan pada bagian tubuh yang terluka.
"Jadi yang harus dilakukan adalah membidai tangan kita seperti kita patah tulang, dipasang gips seperti plat kayu, kemudian kita ikat plat kayunya," jelas Panji.
Menurut Panji mengikat luka gigitan ular berbisa tanpa bidai atau gips hanya akan menghambat perdaran darah.
"Bukan berarti kita ikat (tanpa gips), itu justru akan menghambat aliran darah," kata Panji.
"Jadi bukan dihalangin (diikat) supaya bisanya nggak kemana-mana ya?" tanya Melaney.
"Bukan," kata Panji.
Panji kemudian menjelaskan, bisa ular itu sesungguhnya menyebar bukan melalui aliran darah, melainkan melalui kelenjar getah bening.
"Soalnya pada dasarnya bisa ular itu menjalar bukan dari darah, tetapi melalui kelenjar getah bening," terang Panji.
"Sedangkan kelenjar getah bening bukan ada di pembuluh darah, tapi di bawah otot,"
"Jadi semakin otot kita banyak bergerak, akan membuat racun atau bisa itu bergerak pula," imbunya.