Suar.ID -Pria Ini Sengaja buat Pondok untuk Anak Gadisnya agar dapat Berhubungan Ranjang dengan Pria Berbeda Tiap Malam, Apa Alasannya?
Kebanyakan orang berkeyakinan bahwa melakukan hubungan intim di luar nikah adalah tindakan yang tidak pantas.
Namun, itu tidak berlaku bagi penduduk di desa Kreung Vietnam ini.
Pada 2011 silam, jurnalis Fiona MacGregor mengunjungi kampung Kreung yangterkenal dengan budaya 'gubuk cinta'.
Konon budaya tersebut adalah kunci cinta abadi.
Fiona menemukan, para gadis itu sangat percaya diri dalam urusan pacar dan memahami suatu hubungan, meskipun itu bertentangan dengan nilai tradisional tentang perilaku seksual.
Perempuan Kreung diajarkan tentang seksualitas adalah bagian alami dan indah dari cinta.
Orang Kreung dijiwai dengan gagasan bahwa berhubungan badan sebelum nikah dapat diterima dan disarankan.
Bahkan, remaja putri didorong untuk menemukan orang yang tepat untuk dinikahinya melalui hubungan badan 'one night stand' sebelum menikah.
Perempuan Kreung mengambil inisiatif untuk mengajak pria tinggal di 'gubuk cinta' yang dibuat oleh orangtuanya untuk menemukan calon suaminya.
Untuk memahami hal itu, Fiona melakukan wawancara dengan Gaham, seorang pemilik gubuk cinta.
"Sebelumnya kami tinggal di rumah yang sempit sehingga kami bisa membuka hati kami."
"Tetapi kami memiliki pondok kami sendiri, jadi kami bisa saling membuka diri," kata Gaham, diwartakan Eva.vn.
"Tinggal di gubuk pada malam hari sangat gelap dan sunyi, jadi suasananya sangat romantis," jelasnya.
Ibu Gaham, bernama Kampan mendukung gubuk cinta itu.
Ia bahkan mengatakan hal mengejutkan.
"Dulu saya punya banyak pacar laki-laki, 10 orang, sebelum saya menikahi suami saya."
"Sayarasa dia agak cemburu, tetapi itu tidak masalah karena dia mencintaiku," kata Kampan.
Dalam budaya Kreung, perceraian adalah ungkapan yang tidak terlalu sering muncul.
Ada 150 pasangan, dan hanya 1-2 pasangan yang meninggalkan satu sama lain.
Bahkan, wanita bisa memiliki banyak pacar pada saat yang sama sebelum mereka memilih salah satunya.
Menariknya, di Kreng kekerasan seksual jarang terjadi dan pemerkosaan hampir tidak ada.
Anak-anak Kreung tidak memiliki sikap agresif.
Mereka diajari sikap menghormati wanita karena mereka bisa memengaruhi peternakan hewan keluarga dan hal lainnya.
Orang Kreung telah diperintahkan untuk menggunakan kondom gunamencegah kehamilan.
Sebelum itu, suku itu membuat "pil KB" sendiri, bahannya termasuk dari kayu, anggur, dan kelabang.
Berkat propaganda organisasi non-pemerintah setempat, kondom secara bertahap menjadi lebih populer.
Namun, budaya itu sudah semakin memudar karena budaya modern yang menjelaskan, berhubungan intimsebelum nikah tidak dibenarkan.