Banyak Orang yang Pamer Kekayaan di Media Sosial, Faktanya Orang yang Benar-benar Kaya Justru Tidak Suka Pamer Harta, Ini Alasannya

Sabtu, 27 Maret 2021 | 20:30
Pixabay

Ilustrasi uang dalam brankas.

Suar.ID - Siapa yang tidak ingin kaya raya?

Hampir semua orang tentu ingin kaya raya dan memiliki banyak uang.

Nah, di zaman sekarang, jika mereka kaya raya, banyakdi antaranya yangmemamerkan kekayaan mereka di media sosial.

Baca Juga: Terkenal Miliki Paras Tampan dan Kaya Raya, Ternyata Pangeran Harry Jago Terbangkan Heli Tempur dan Kerap Jalankan Misi Berbahaya, Bahkan Nyaris Diculik Taliban!

Ada beberapa artis yang mau memperlihatkan isi saldo ATM mereka. Atau kadang barang-barang mahalnya.

Tentu tidak masalah. Selama itu adalah harta mereka.

Namun tahukah Anda, sikap seseorang yang memamerkan kekayaan mereka di media sosial justru tak benar di mata ahli?

Ya, dilansir darikompas.compada September 2017 silam, ahli sosiologi Rachel Sherman mengatakan denganharta yang dimilikinya, orang-orang kaya memang bisa membeli apa yang ia inginkan berapa pun harganya.

Tetapi, orang kaya biasanya merasa malu jika label harganya terlihat orang lain.

Apa yang Rachel katakan sesuai dengan hasil analisisnya setelah mewawancari 50 orangtua di New York dengan pendapatan minimal Rp4 miliar pertahun.

Baca Juga: Nikahi Ibu Angkatnya Sendiri Selama 16 Tahun, Ismed Sofyan KetahuanBerkali-kali Selingkuh:Orang yang Pernah Selingkuh Memang Akan Kembali Selingkuh di Lain Waktu

Salah satu kesamaan yang ia temukan dari orang-orang kaya itu adalah mayoritas akan merobek label harga barang yang ia beli sehingga orang lain tak tahu berapa uang yang ia belanjakan.

Dalam esai yang dimuat diNew York Times, Sherman menulis tentang seorang wanita yang setiap tahun menghasilkan Rp4 miliar dan mewarisi kekayaan keluarga beberapa juta dollar, selalu membuang label harga baju yang baru dibelinya sehingga nanny-nya tidak sampai melihatnya.

"Seorang desainer interior yang saya kenal juga bercerita, salah satu kliennya selalu menyembunyikan harga barang-barang yang ia beli.”

“Semua barang furnitur yang datang ke rumahnya juga harus dihilangkan agar staf di rumah tidak melihatnya," katanya.

Kebiasaan itu menunjukkan pola yang lebih besar, orang kaya itu menganggap dirinya normal, dan merasa canggung dengan hasil belanjannya karena tidak mau dianggap kaya.

Dalam hal kekayaan atau harta, orang-orang kaya itu juga tidak pernah menunjukkan bahwa ia "kaya" atau "kelas atas".

Menurut Sherman, mayoritas lebih suka istilah "nyaman" atau "beruntung".

Baca Juga: Tak Heran Disayang Keluarga Ayus, Ternyata Ririe Fairus Punya Kelebihan Ini Ketimbang Nissa Sabyan, 'Sampai Kapan Pun Kak Erie Bagian dari Keluarga'

Sebagian orang kaya juga mengelompokkan dirinya ke dalam "kelas menengah" atau "di tengah", karena mereka membandingkan dirinya dengan orang yang lebih kaya lagi.

"Orang-orang yang saya wawancara itu tidak pernah membual tentang harga yang mahal.”

“Mereka justru bersemangat bercerita ketika berhasil menawar harga barang, memberi pakaian di tempat biasa, atau naik mobil tua," katanya.

Apa yang Sherman temukan itu sejalan dengan yang dituliskan Thomas C.Corley dalam bukunya "Rich Habits".

Ia melakukan wawancara selama 5 tahun dengan para milyuner untuk mengetahui kebiasaan yang membuat mereka menjadi kaya.

Secara umum, Corley menemukan bahwa orang kaya ingin dianggap sebagai sesuatu yang normal dan mereka ingin lebih dermawan.

(kompas.com/Lusia Kus Anna)

Baca Juga: Terus Ributkan Harta Warisan Mendiang Lina, Teddy Akhirnya Tak Bisa Berkutik Ketika Diminta Kembalikan Aset Rizky Febrian Senilai Rp5 Miliar, Ngaku Uangnya Sudah Habis untuk Bayar Utang

Tag

Editor : Mentari DP