Suar.ID - Seorang pria bernama Jimmy Chan baru-baru ini ditinggalkan dengan tagihan sebesar 165.000 dolar Singapura (sekitar 1,7 miliar) setelah pembantu rumah tangga (PRT) yang berkebangsaan Filipina jatuh sakit pada bulan Februari, kurang dari sebulan setelah dia mulai bekerja di Singapura."Tentu saja saya bersedia membantu perawatan medisnya," kata Chan (48), dalam wawancara dengan Lianhe Zaobao. "Tetapi saya dan istri saya hanyalah pegawai biasa."
Baca Juga: Tahan Malu, Gisel Akhirnya Buka-bukaan Perasaannya saat Mendengar Kabar Video Syur Miliknya dengan Nobu Bocor kala Liburan Bersama Teman-teman Artis: Itu Masa Lalu yang nggak Ingin Diingat"Kami memiliki dua anak perempuan berusia 18 dan 14 tahun, keduanya masih belajar. Ini bukan jumlah yang kecil."Pembantu rumah tangganya Julie Ann Lucero (34), dirawat di unit perawatan intensif (ICU) Rumah Sakit Khoo Teck Puat pada awal Februari karena kegagalan beberapa organ akibat keracunan darah yang parah. Dia kemudian didiagnosis dengan TBC juga. Setelah 27 hari dirawat di rumah sakit, tagihannya mencapai 120.000 dolar Singapura (Rp 1,2 miliar).
Lucero dipulangkan dan terbang pulang pada 5 Maret, tetapi kondisinya mengharuskan dia untuk naik pesawat pribadi dengan tim medis di dalamnya. Biaya repatriasinya mencapai 45.000 dolar Singapura (Rp 400 juta), kata Chan kepada AsiaOne.Meskipun dia membeli asuransi untuk Julie, itu hanya akan menutupi hingga 30.000 dolar Singapura (Rp 321 juta) dari biaya medisnya dan 10.000 dolar SIngapura (sekitar Rp 107 juta) untuk biaya repatriasi. Jumlah tersebut hanya akan dibayarkan dua hingga tiga bulan setelah mengajukan klaim.Chan telah memulai penggalangan donasi melalui GiveAsia, meskipun hanya mengumpulkan 64.000 (sekitar Rp 684 juta) yang telah dikumpulkan pada saat penulisan.Gagal organ multipel, tuberkulosis
Dia pertama kali didiagnosis dengan eksim parah dan infeksi saluran kemih, kemudian dirawat di ICU pada 7 Februari.Chan diberitahu untuk bersiap menghadapi yang terburuk karena ginjal, paru-paru, dan hati Julie gagal dan tekanan darahnya sangat rendah.Saat dia berhasil lolos, hasil tes darah mengungkapkan bahwa dia mengalami keracunan darah yang parah karena salmonella. Dia juga didiagnosis menderita TBC."Sehari di ICU sekitar 3.000 sampai 4.000 dolar Singapura, dan setiap transfusi darah berharga sekitar 700 sampai 900 dolar Singapura," kata Chan berbagi.Menurut dokter, Julie perlu minum tiga jenis obat selama enam hingga sembilan bulan untuk mengobati tuberkulosis.Dia membuat keputusan untuk pulangKarena tagihan rumah sakit menumpuk di Singapura, Julie memutuskan untuk pulang ke rumah untuk mencari pengobatan meskipun ada risikonya.Dia masih dalam kondisi rapuh dan membutuhkan tim medis dalam penerbangan kembali ke Filipina bersamanya.
Dokternya juga harus memastikan bahwa dia mampu bernapas tanpa bantuan ventilator sebelum penerbangannya.Sebelum Julie dapat dipulangkan, Chan mengatakan dia seharusnya menandatangani formulir 'Risiko Tanggung Sendiri' dengan rumah sakit yang membuatnya dalam posisi sangat sulit.Rumah sakit meneleponnya pada 5 Maret, hari pemulangan, untuk memberi tahu bahwa Julie menandatangani formulir setelah memahami situasi dari perawat yang berbahasa Tagalog."Saya hanya duduk di dalam mobil selama 10 menit setelah itu. Saya tidak tahu harus berkata atau berbuat apa," kenang Chan.Hari itu, Chan dan keluarganya mengucapkan selamat tinggal kepada Julie melalui telepon Zoom. Karena dia telah ditempatkan di ventilator selama beberapa waktu, dia tidak dapat berbicara dan hanya bisa menitikkan air mata ketika dia mendorongnya untuk tidak menyerah.Masalah keuanganJulie telah tiba dengan selamat di kampung halamannya, Tarlac, di mana dia akan menjalani karantina hingga 10 Maret.Namun, Chan terus khawatir bahwa dia mungkin memilih untuk menyerah pada perawatan karena biaya yang harus dikeluarkan. Meskipun menerima bantuan keuangan dari agensi pembantu, serta sejumlah uang dari Chan sendiri, keluarga Julie tidak mampu."Setiap sumbangan untuk Julie akan sangat diapresiasi," tambahnya.