Suar.ID - Seorang model di Jepang, Kato Sari, membuat heboh media sosial setelah menggunggah video yang mengumumkan bahwa dia telah bercerai dengan suaminya.
Kato Sari menikah dengan seorang manajer perusahaan real estate pada September 2019.
Kisah asmara keduanya sendiri terjadi pada Mei 2019.
Namun, setelah sepekan menikah, mereka berpisah dan proses perceraian selesai pada 10 Januari 2020.
Itu artinya, mereka resmi bercerai kurang dari enam bulan sejak menikah.
Melansir World of Buzz, Kato Sari meminta cerai karena tidak terima suaminya menjadi bokek dan tidak bisa memberinya uang lagi.
Menurut Line Today, Kato Sari mengatakan bahwa dia telah menghabiskan 100 juta yen (Rp Rp 13 miliar) selama pacaran dalam tiga bulan sebelum pernikahan mereka.
Kato Sari juga dibelikan cincin pertunangan senilai 3 juta yen (Rp 399 juta) dari Harry Winston.
Kato Sari dikabarkan telah menghabiskan uang untuk membeli tas dan pakaian desainer, mobil mewah, dan lainnya.
Setelah keduanya resmi menikah, suami Kato Sari yang berusia 36 tahun memintanya untuk berhemat dan tidak menghambur-hamburkan uang.
Suami Kato Sari mengatakan, dia terlalu miskin dan mengatakan dia tidak punya uang lagi untuk diberikan karena perusahaannya sedang dalam kesulitan keuangan.
Setelah diberitahu hal tersebut, Kato Sari menjadi sangat marah.
Kato Sari tidak mengerti mengapa suaminya mengizinkannya menghabiskan begitu banyak uang saat mereka berpacaran tetapi tidak setelah menikah.
Bahkan, dia menyamakan pernikahan itu dengan penipuan.
"Lalu apa gunanya menikah dengannya? Dia hanya menipu saya untuk menandatangani surat-surat itu,” ujar Kato Sari.
Kato Sari lantas mengatakan dengan terus terang bahwa dia tidak tertarik pada pria miskin dan memutuskan untuk menceraikannya tidak lama setelah itu.
Model tersebut telah menarik perhatian netizen ketika dia mengatakan hal-hal seperti "kebahagiaan dapat dibeli dengan uang" dan "saya menikah demi uang" sebelum dia menikah dengan suaminya.
Dia menambahkan, itu adalah pertukaran yang adil karena seorang wanita harus menanggung kehamilan dan persalinan sedangkan pria hanya bekerja keras untuk mendapatkan uang untuk keluarga. (Danur Lambang Pristiandaru/Kompas.com)