Rakyat Timor Leste Tak Kunjung Juga Kaya Meski Negaranya Bergelimang Minyak Bumi, Bahkan 21 Tahun Lepas dari Indonesia Negara ini Malah Cuma Jadi 'Sapi Perahan' Australia, Kok Bisa?

Jumat, 19 Februari 2021 | 12:15
Kolase Intisari

Rakyat Timor Leste Tak Kunjung Juga Kaya Meski Negaranya Bergelimang Minyak Bumi, Bahkan 21 Tahun Lepas dari Indonesia Negara ini Malah Cuma Jadi 'Sapi Perahan' Australia, Kok Bisa?

Suar.ID -Timor Leste memanglah dikenal memiliki kekayaan alam berupa minyak bumi melimpah.

Sayangnya, hal ini malah tak memuat warganya hidup makmur.

Dilansir Intisari.com, bahkan Timor Leste diprediksi akan mengalami kesengsaraan besar jika netak meneruskan proyek minyak impiannya ini.

MenurutThe Diplomat,Timor Leste ini memang berencana untuk mengembangkan tambang minyak impiannya lewat mega proyek Tasi Mane.

Proyek senilai 18 miliar dollar AS ini akan menjadi pendorong ekonomi lokal dan juga menciptakan lapangan kerja yang tak terhitung jumlahnya.

Baca Juga: 21 Tahun Lalu Nekat Lepaskan Diri dari Indonesia, kini Timor Leste justru Butuh Bantuan RI, Xanana Gusmao: Kalian Harus Mengerti, Kami tidak Punya Apa-apa

Meski begitu, proyek ini malah dianggap oleh sekelompok politisi bahwa nilainya tak masuk akal, baik secara finansial dan juga logistik.

Hal ini sangatlah mahal untuk sebuah negara yang kekurangan uang dengan PDB-nya hanya 1,6 miliar per tahun.

Proyek ini pun juga memiliki resiko yang besar, pasalnya Timor Leste tak memiliki ketrampilan dan pengalaman yang diperlukan untuk membangun pipa gas dan pabrik utama.

Tak cuma itu, penolakan ini bertujuan untuk menghemat dana Timor Leste yang sangat terbatas ketimbang meninggalkan utang dalam jumlah besar untuk generasi mendatang.

Sekitar 90 persen pendapatan pemerintah ini berasal dari pendapatan minyak dan gas, sebagian dari tabungan yang di masa lalu dipompa ke dalam dana kekayaan negara yang kini makin menipis.

Baca Juga: Patung Cristo Rei Masih Berdiri Kokoh di Timor Leste, Salah Satu Hadiah dari Indonesia Ini Masih Menjadi Daya Tarik Wisatawan hingga Kini

Penurunan harga minyak dan gas sejak awal pandemi pun tak juga membantu.

Selain itu, hal ini berarti Dili tak harus bekerja sama dengan pemberi pinjaman internasional untuk mengumpulkan dana untuk proyek tersebut, atau dibebani oleh kondisi negara lain.

Kini ladang minyak yang dibanggakan Timor Leste ini sudah memiliki sumber daya yang kian menipis.

Freepik
Freepik

(ilustrasi) Timor Leste

Pemerintah Timor Leste pun dinilai terlalu jor-joran dalam membelanjakan uang itu, daripada dana yang dihasilkan dari royalti penjualan minyak saat ini.

"Lebih dari 75 persen sumber daya di ladang Bayu-Undan dan Kitan telah habis," kata dokumen kementerian.

Baca Juga: Mengaku Dihamili oleh Angin, Akhirnya Terbongkar Ternyata Sosok Ini yang Menghamili Sang Janda, Netizen: Lagian Banyak Amat yang Percaya

"Sejak 2012, pendapatan minyak dan gas menurun, tahun 2014 pendapatan minyak dan gas memberikan 40 persen lebih rendah kepada Timor Leste dibandingkan 2013," katanya.

"Pada tahun 2014, dana minyak bumi itu menyumbang 93 persen dari total pendapatan negara, tetapi pemerintah membelanjakan dua kali pendapatan sebenarnya dari dana tersebut setiap tahun sejak 2008," jelasnya.

Gegara hal tersebut, Timor Leste pun langsung mendapat banyak kritikan termasuk dari LSM Timor Leste, La'o Hamutuk.

Dia mengatakan, "total cadangan minyak dan gas hanya cukup untuk mendukung setengah dari tingkat belanja negara saat ini."

"Ini bisa mengosongkan Dana Perminyakan pada awal 2022," imbuhnya.

Baca Juga: Seolah Tutupi Rahasia Besar, Nikita Mirzani Ungkap Hal Tak Terduga saat Disinggung Soal Nindy Ayunda Babak Belur di Tangan Suami sampai Selingkuh

Di sisi lain, 21 tahun lepas dari Indonesia, tak membuat Timor Leste benar-benar lepas dari 'penjajah'.

Saat baru merdeka dari Indonesia, pasukan penjaga perdamaian internasional pimpinan Australia yang dikenal sebagai INTERFET mendarat di Timor Leste.

Australia memimpin pasukan penjaga perdamaian dari 11.000 orang dari 22 negara, salah satu yang dianggap sebagai kesuksesan besar.

DilansirCrikey.com.au,John Howard menyebut intervensi itu sebagai "kemenangan kebijakan luar negeri yang signifikan" dan mengatakan ia tak akan mengubah apapun tentang itu dan tentara Indonesia menarik diri sepenuhnya pada akhir Oktober.

Personel pertahanan Australia pun dipuji atas upaya mereka, namun INTERFET cuma sebagian kecil dari kisah Australia dengan Timor Leste.

Baca Juga: Saksikan Menantunya Dipenjara Gara-gara Narkoba, Ayah Ajun Perwira Bereaksi Minta sang Anak Tak Tinggal di Rumah Istri

Tahun 1999

Setelah lebih dari 78% orang Timor memilih kemerdekaan dalam referendum pada 30 Agustus 1999, milisi paramiliter pro-Indonesia yang marah menanggapi hal ini dengan keras.

Bahkan secara sistematis, mereka meruntuhkan kota,membakar bangunan, dan menyerang serta membunuh orang.

Ada sekitar 1.500 warga Timor yang diperkirakan tewas, sedangkan puluhan ribu lainnya meninggalkan rumah dan pergi ke gunung-gunung, serta pasukan Indonesia memaksa lebih dari 300.000 orang melewati perbatasan darat ke Timor Barat.

Hal ini pun akhirnya memicu kemarahan internasional untuk memaksa pendirian INTERFET Australia - pemain kunci dalam keputusan luar negeri yang ambivalen yang lebih suka melupakan masalah Timor Leste dan melangkah masuk.

Dok. Intisari
Dok. Intisari

Bendera Timor Leste dan Australia.

Tak ada pernyataan kalau INTERFET bekerja dengan baik, namun keputusan Australia untuk pergi ke Timor Leste tak hanya berprinsip ingin mengamankan kedaulatan neegara tetanggay yang masih baru.

Baca Juga: Rela Pasang Badan Demi sang Artis, Kepergian Sosok Karyawan Ini Bikin Raffi Ahmad Terpukul: Sampai Pasang Badan Mau Dipenjara

Kisah Minyak

Cuma 2 bulan sebelum kemerdekaan penuh Timur Leste dipulihkan, Australia menarik pengakuannya atas yuridikasi Mahkamah Internasional untuk menyelesaikan perselisihan batas laut.

Itu merupakan jenis diskusi yang tepat dan perlu dikumpulkan oleh Timor Leste tentang cadangan minyak serta gas yang menguntungkan terkubur jauh di dalam laut Timor.

Bebas dari pandangan adjudicator independen, Australia mengambil pendekatan bullish dalam negosiasi atas kekayaan minyak dan gas multi-miliar dolar Laut Timor.

Negosiasi ini pun menghasilkan beberapa perjanjian untuk menggunakan sumber daya, tapi tak ada batas permanen.

Australia sendiri ingin menghindari adanya batas karena mereka tahu mereka mengklaim sumber daya yang bukan haknya untuk diambil.

Baca Juga: Disebut Belum Tahu Kabar Putrinya Bakal Menikah, Aurel Hermansyah Kirim Pesan Permohonan Krisdayanti untuk Datang di Pernikahannya: Mohon Ya, Mi

Tapi jika ada batasan, hak pengambilan sumber daya ini akan jatuh secara sah ke tangan Timor Leste.

Jadi Australia telah membuat rencana untuk menghindarinya, namun rencanaini digagalkan.

Pada 2012, mantan perwira intelejen ASIS yang dikenal sebagai Witness K mengungkapkan kalau Australia telah menyadap ruang-ruang di Timor Leste untuk keuntungan dalam negosiasi ini.

Baca Juga: Suaminya Punya Jabatan Mentereng, Uut Permatasari Baru-baru Ini Menguak Fakta Kehidupan Pribadinya: Ada Percakapan Sebelum Ijab Kabul

Editor : Aditya Eriza Fahmi

Baca Lainnya