Seperti Baru Saja Terjadi Pembantaian Hingga Terjadi Banjir Darah, Begini Penampakan Banjir Di Pekalongan Yang Airnya Berwarna Merah

Sabtu, 06 Februari 2021 | 16:43
Kompas.com

Air banjir berwarna merah di Pekalongan, Jawa Tengah. Diduga karena tercampur cairan untuk membatik.

Suar.ID -Warga Pekalongan, Jawa Tengah, dihebohkan dengan banjir di mana air banjir berwarna merah.

Sekilas seperti banjir darah usai ada pembantaian besar-besaran.

Apa yang menyebabkan banjir di Pekalangan airnya berwarna merah?

Baca Juga: Ikhlas Mundur saat Ayu Ting Ting Pilih Adit Jayusman, Kini Sang Biduan Batal Nikah, Didit Riyadi Banjir Dukungan: Om Didi Masih Ada Kesempatan

Seperti diberitakan Kompas.com pada Sabtu (6/2), wargaKelurahan Jenggot Kota Pekalongan, Jawa Tengah, digegerkan dengan air banjir yang merendam wilayahnya berwarna merah, Sabtu (6/2).

Air banjir berwarna merah tersebut mengalir ke semua sudut kampung.

Warga pun heran dengan fenomena yang baru pertama kali terjadi ini.

Menurut dugaan mereka, air banjir berwarna merah berasal daritumpahan bahan pewarna batik.

Salah seorang warga setempat Furqon (29) mengaku di wilayahnya memang banyak perajin batik.

Saat banjir dan musim hujan seperti sekarang ini seluruh kegiatan diliburkan.

"Biasanya tidak pernah terjadi air banjir warnanya merah. Kayaknya ini karena obat batik yang jatuh ke air banjir," kata Furqon.

Baca Juga: Dulu Tahan Tangis Dicecar hingga Diusir Iis Dahlia saat Audisi karena Kucel dan Nggak Dandan, Glow Up Waode Sofia Banjir Pujian

Furqon menambahkan, air banjir berwarna merah membuat warga keluar rumah dan menikmati pemandangan unik tersebut.

Sejauh ini air banjir berwarna merah tidak menimbulkan efek gatal pada kulit.

Lurah Jenggot Taibin membenarkan kondisi tersebut.

Berdasarkan informasi, kata dia, air banjir yang berwarna merah diduga karena ada warga yang sengaja membuang bahan pewarna batik.

"Ada yang sengaja membuang obat batik, jadi itu bukan limbah batik. Karena sejak kemarin wilayah Jenggot dan sekitarnya tidak ada aktivitas produksi jadi tidak ada limbah Apalagi hari ini hujan sejak malam," tuturnya.

Taibin mengaku sampai saat ini belum mengetahui siapa yang melakukan hal tersebut.

"Saya dapat info itu obat sisa yang dibuang. Saya sedang cari informasi siapa pelakunya," ungkap Tabiin.

Baca Juga: Sempat Bungkam usai Banjir Hujatan, Nia Ramadhani Akhirnya Buka Suara Terkait Aksinya Menjadi MC Bareng Raffi Ahmad: Bagus Langsung Ngambil Bagian Gua, Tadi Gue Mau Diem aja Di Situ

Lihat Foto Warga mengamati rumahnya yang tergenang banjir berwarna merah di Jenggot, Pekalongan, Jawa Tengah, Sabtu (6/2/2021).

Menurut warga setempat, air banjir berwarna merah itu disebabkan oleh pencemaran limbah pewarna batik berwarna merah karena di lokasi tersebut terdapat ratusan pelaku usaha batik.

Sebelumnya, curah hujan tinggi ditambah gelombang pasang air laut membuat ribuan rumah dalam 16 kelurahan di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, terendam banjir.

Banjir paling parah melanda Kelurahan Degayu dan Pasirkratonkramat, dengan ketinggian air 20 sentimeter hingga 60 sentimeter.

Selain rumah warga, banjir menggenangi akses jalan yang mengakibatkan aktivitas warga terganggu.

Khodori (32) warga Kelurahan Pasirkratonkramat mengatakan banjir yang datang sejak Kamis (4/2/2021) pagi bertambah tinggi hingga siang.

Baca Juga: Nadya Mustika Sudah Ungkap Kebahagiaan Menjadi Seorang Ibu, Netizen Soroti Usia Kehamilan Istri Rizky DA: Cepet Amat Lahirnya, Bu

Hal itu karena terus meluapnya Sungai Loji yang tidak bisa menampung debit air akibat curah hujan tinggi.

"Warga sudah menyedot air banjir dengan pompa tapi airnya kembali lagi. Kalau dihitung banjir sudah tiga kali terjadi. Rata-rata karena meluapnya sungai saat hujan deras turun lebih dari empat jam," kata Khodori saat ditemui, Kamis.

Khodori menambahkan sejumlah warga memilih mengungsi ke kerabat dan keluarga karena takut banjir bertambah besar.

Dia masih bertahan di rumah karena menjaga keluarga dan hewan ternak.

"Tiga kali banjir baru kali ini besar dan terus bertambah airnya," ungkap dia. (Kompas.com)

Tag

Editor : Moh. Habib Asyhad