Covid-19 belum Usai, Kini China malah Muncul Virus Nipah: Diduga Tingkat Kematiannya Mencapai 75 Persen

Sabtu, 30 Januari 2021 | 05:30
SHUTTERSTOCK/PETERSCHREIBER MEDIA

Masih Kalang Kabut Melawan Covid-19, Kini Muncul Lagi 'Virus Nipah' yang Termasuk Penyakit Menular, Diduga Akan Menjadi Pandemi Berikutnya Setelah Corona, Waspadai Gejalanya..

Suar.ID - Dunia masih kalang kabut dengan merebaknya virus Covid-19.

Bahkan hingga kini masih menjadi momok bagi masyarakat dunia.

Meskipun pasien yang sembuh dari virus corona juga terbilang banyak, namun tak dipungkiri setiap harinya kasus positif di berbagai negara juga melonjak.

Melansir informasi dari Worldmeters, total yang terkonfirmasi positif corona dunia sebanyak 100.801.465 (100 juta) kasus hingga Rabu (27/1/2021).

Baca Juga: Viral Video Artis TikTok Gelar Jumpa Fans di Restoran hingga Timbulkan Kerumunan, Polisi Turun Tangan

Bahkan hingga kini negara Adidaya Amerika Serikat masih menjadi negara tertinggi dengan total mencapai 26 juta kasus dengan angka kematian menginjak 435.314 jiwa.

Sungguh miris jika menelisik lebih jauh tentang jumlah pasien yang telah menderita positif corona di berbagai negara.

Belum juga usai pandemi Covid-19, kini muncul lagi virus Nipah yang semakin menggegerkan dunia.

Menurut laporan The Guardian, sebuah hasil studi menyebutkan jika tidak ada perusahaan farmasi dunia yang siap akan adanya pandemi berikutnya.

Baca Juga: Bertahan Hidup di Tengah Pandemi, Pilot Ini Nekat Banting Setir jadi Kuli Bangunan, Begini Kisahnya...

Dikutip dari Antaranews, wabah Nipah tersebut terjadi di negara China yang diduga tingkat kematiannya mencapai 75 persen yang berpotensi menjadi pandemi besar berikutnya setelah covid-19 ini.

"Virus Nipah adalah penyakit menular lain yang muncul dan menimbulkan kekhawatiran besar.

Nipah bisa meledak kapan saja. Pandemi berikutnya bisa jadi infeksi yang resistan terhadap obat," kata Jayasree K. Iyer, direktur eksekutif Access to Medicine Foundation.

WHO sendiri telah mengidentifikasi jika virus Nipah ini masuk dalam daftar penyakit menular dari 16 penyakit risiko kesehatan terbesar masyarakat.

Disebut-sebut kelelawar buah adalah inang alami virus tersebut yang memiliki angka kematian cukup besar sekitar 40-75 persen.

Salah satu alasan mengapa virus Nipah ini sangat menyeramkan adalah dimana masa inkubasi penyakit bisa mencapai 45 hari dalam satu kasus saja.

Rupanya tak hanya menginfeksi manusia, tetapi virus baru ini juga dapat menginfeksi berbagai macam hewan, yang membuat penyebarannya menjadi semakin tinggi.

Penularan virus ini sendiri juga bisa melalui kontak langsung ataupun dengan mengonsumsi makanan-makanan yang terkontaminasi.

Baca Juga: Tak Periksa ke Dokter Gigi karena Takut Virus Corona, Wanita Ini Meninggal Dunia karena Lakukan Swamedikasi

Gejala terinfeksi virus Nipah

Seseorang yang terinfeksi virus Nipah tersebut akan mengalami gejala pernapasan, seperti batuk, sakit bagian tenggorokan, kelelahan, ensefalitis dan pembengkakan otak yang dapat mengakibatkan kejang hingga kematian.

Ternyata Bangladesh dan India adalah negara yang pernah dilanda virus Nipah pada masa lalu.

Melansir Antaranews, di Bangladeh dari 11 wabah virus Nipah sudah tercatat 196 orang terinfeksi dengan 150 jiwa diantaranya meninggal dari tahun 2001 hingga 2011.

Kelelawar buah merupakan salah satu faktor penyebaran virus Nipah ini, bahkan saat di bawah tekanan kelelawar bisa melepaskan virus lebih banyak.

Menurut Trace Goldstein, direktur laboraturium One Health Institute, kelelawar memiliki peranan ekologis yang sangat penting, mustahil jika ingin membasminya, karena itu akan merugikan manusia.

"Itu akan membuat manusia lebih rentan. Dengan membunuh hewan, anda meningkatkan risiko, karena anda meningkatkan jumlah hewan yang menyebarkan virus," kata Trace.

Maka dari itu, banyak peneliti dunia yang setuju jika virus Nipah ini sangat berbahaya dan mengancam. (Kompas.com)

Tag

Editor : Adrie Saputra

Sumber Kompas.com