India sedang 'Mengamuk' Gara-gara Whatsapp Menggulirkan Kebijakan Privasi Barunya, Bagaimana dengan Indonesia?

Kamis, 21 Januari 2021 | 06:30
HAI Online

India sedang 'Mengamuk' Gara-gara Whatsapp Menggulirkan Kebijakan Privasi Barunya, Bagaimana dengan Indonesia?

India sedang 'Mengamuk' Gara-gara Whatsapp Menggulirkan Kebijakan Privasi Barunya, Bagaimana dengan Indonesia?

Suar.ID - Awal Januari 2021, Whatsapp menggulirkan kebijakan privasi baru yang menuai perdebatan.

Salah satu poin yang menjadi kontroversi adalah data pengguna yang akan dibagikan dengan Facebook.

Selain itu, pengguna WhatsApp juga "dipaksa" menyetujui perubahan itu atau akun akan dihapus setelah kebijakan diberlakukan.

Keresahan pengguna WhatsApp membuat pemerintah harus turun tangan.

Baca Juga: Kagum Dengan Bagian Tubuh Vino Bastian Yang Ini, Ternyata Ini Alasan Hana Hanifah Terang-terangan Ingin Tidur dengan Suami Marsha Timothy

Pemerintah Indonesia dan India merespons perubahan kebijakan WhatsApp dengan sikap yang berbeda.

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika, bertemu dengan perwakilan WhatsApp dan Facebook Regional Asia Pasifik, Senin (11/1/2021).

Dalam pertemuan tersebut, Kominfo meminta WhatsApp lebih transparan tentang kebijakan privasi.

Menteri Johnny G Plate meminta agar kebijakan privasi WhatsApp disampaikan secara lengkap, jelas, transparan, mudah dipahami, dan dapat diakses oleh publik.

Baca Juga: Nora Alexandra Makin Senang Hukuman Penjara untuk Jerinx Dikurangi: Aku Selalu Menanti Kamu Kembali

Khususnya informasi mengenai jenis-jenis data yang dikumpulkan, tujuan dan dasar kepentingan pemrosesan data, jaminan akuntablitas, dan mekanisme pemenuhan hak pengguna, termasuk untuk menarik persetujuan serta hak-hak lain yang dijamin oleh undang-undang yang berlaku.

Kominfo mengimbau WhatsApp agar menyediakan formulir persetujuan pemrosesan data pribadi dalam Bahasa Indonesia.

Ia juga menekankan agar WhatsApp melakukan pendaftaran sistem elektronik, serta menjamin pemenuhan hak pemilik data pribadi.

Sikap pemerintah Indonesia ini terkesan lebih "lunak" dibanding pemerintah India yang lebih "galak".

Menkominfo juga mengimbau masyarakat agar lebih bijak dalam menggunakan media sosial dengan membaca setiap kebijakan privasi.

Baca Juga: Ruben Onsu Kelebihan Harta Sampai Bingung Cara Menghabiskannya, Rekrut Finalis MasterChef Indonesia Ini jadi Koki Pribadi di Rumahnya

India minta dibatalkan

Tak tanggung-tanggung, pemerintah India langsung menyurati CEO WhatsApp, Will Catchcart untuk membatalkan kebijakan privasi barunya.

Surat tersebut juga berisi daftar pertanyaan terkait kebijakan baru yang dinilai diskriminatif.

Sebab, berbeda dengan India, data pengguna WhatsApp di Eropa tidak akan dibagikan ke Facebook.

Eropa memiliki aturan perlindungan data pribadi, GDPR (General Data Protection Regulation) yang sangat ketat melindungi hak dan privasi pengguna.

Sementara di luar Eropa, termasuk India, Indonesia, dan Brasil, pengguna "dipaksa" menyetujui kebijakan baru, termasuk soal meneruskan data ke Facebook.

Jika tidak, akun terancam akan dihapus setelah kebijakan resmi diberlakukan.

Hal ini juga menjadi perhatian serius bagi pemerintah India.Pemerintah India menyayangkan pengumuman kebijakan baru WhatsApp dan mengatakan bahwa pembagian data pengguna dengan Facebook akan memperlebar risiko keamanan dan kerentanan data pengguna yang lebih besar.

Baca Juga: Pantas Saja Mantap Menikah dengan Syahrini tanpa Pacaran, Ternyata Ini Alasan Reino Barack: Di Luar Ekspektasi

Sikap WhatsApp yang dinilai pilih kasih antara penggunanya di Eropa dan India, membuat pemerintah menuding WhatsApp tidak menghormati privasi pengguna di Negeri Anak Benua itu.

"Perlakuan yang berbeda seperti itu merugikan kepentingan pengguna di India dan akan ditinjau dengan serius oleh pemerintah," kata seorang sumber, seperti yang dirangkum KompasTekno dari Times of India.

Selain India dan Indonesia, respons negatif terhadap kebijakan privasi WhatsApp juga ditunjukkan oleh beberapa kepala negara dunia.

Beberapa waktu lalu, CEO Telegram, Pavel Durov memamerkan daftar kepala negara yang akhirnya pindah ke platformnya.

Adapun pimpinan negara tersebut di antaranya Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, Presiden Turki, Recep Tayying Erdogan, Presiden Brasil Jair Bolsonaro, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan masih banyak lagi. (Kompas.com)

Editor : Adrie Saputra

Baca Lainnya