Digunakan Untuk Identifikasi Korban Pesawat Sriwijaya Air SJ-182, Ini Perbebdaan Antemortem Dan Postmortem

Minggu, 10 Januari 2021 | 20:00
Kompas TV

Digunakan Untuk Identifikasi Korban Pesawat Sriwijaya Air SJ-182, Ini Perbebdaan Antemortem Dan Postmortem

Digunakan Untuk Identifikasi Korban Pesawat Sriwijaya Air SJ-182, Ini Perbebdaan Antemortem Dan Postmortem

Suar.ID -Untuk mengidentifikasi korban kecelakaan pesawat, termasuk pesawat Sriwijaya Air SJ-182, polisi biasanya menggunakan metode antemortem dan postmortem.

Lalu apa bedanya antemortem dan postmortem?

Baca Juga: Cerita Calon Penumpang Pesawat Sriwijaya Air SJ 812 yang Batal Terbang: Sempet Kesel karena Dikasih Taunya Dadakan

Seperti disinggung di awal, data antemortem dan postmortem biasa digunakan untuk mengidentifikasi korban kecelakaan hingga bencana massal.

Bagaimanapun juga, kecocokan dataantemortem dan postmortem sangat membantu mengidentifikasi korban.

Lantas apakah sebenarnya perbedaan antara data ante mortem dan post mortem?

Pemeriksaan identifikasi korban dilakukan oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) sesuai standar baku interpol.

Ada dua data yang digunakan, yaitu data primer dan sekunder.

Data primer terdiri dari sidik jari, rekam medis gigi dan DNA.

Sementara itu data sekunder terdiri atas data medis korban dan keterangan kondisi terakhir korban.

Baca Juga: Batal Naik Sriwijaya Air SJ 182, Cerita Rachmawati Selamat dari Tragedi karena Hasil PCR Belum Keluar, Keluarga Panik Namanya Ada di Daftar Penumpang

Ante Mortem

Data antemortem berupa data-data fisik yang khas dari korban.

Data antemortem didapat dari pihak keluarga.

Contohnya:

Pakaian atau aksesoris yang terakhir digunakan, barang bawaan, tanda lahir, tato, bekas luka, cacat tubuh, foto diri, berat dan tinggi badan hingga sampel DNA dari keluarga dengan hubungan darah (orangtua atau anak kandung).

Post Mortem

Data postmortem merupakan data yang diambil setelah petugas berhasil menemukan dan mengevakuasi korban.

Post mortem meliputi sidik jari, golongan darah, konstruksi gigi dan foto diri korban pada saat ditemukan.

Lengkap dengan barang-barang yang melekat di tubuhnya dan sekitarnya, termasuk isi kantung pakaiannya.

Jika data antemortem dan postmortem sudah lengkap, tim DVI akan mencocokkan kedua data guna mengidentifikasi korban.

Baca Juga: Penumpang No 53 Pesawat Sriwijaya Air yang Hilang Sempat Membuat Story Perpisahan di Badara Soekarno-Hatta

Jika cocok, maka korban berstatus teridentifikasi.

Jika tidak teridentifikasi, tim DVI akan kembali mendalami ciri-ciri yang khusus dari korban, seperti bentuk tato dan bekas luka.

Proses identifikasi korban bergantung dari jenis bencana dan kondisinya saat ditemukan.

Korban yang mengalami luka bakar hingga kering atau sudah membusuk akibat terpapar air/udara akan semakin sulit bahkan tidak bisa diidentifikasi.

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya