Siap-siang Ngajak Perang, Iran Disebut Sedang Mulai Memperkaya Uranium Hingga 20 Persen Di Reaktor Nuklir Bawah Tanah Mereka
Menjelang pelantikan Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat, Iran tiba-tiba mengeluarkan peringatan kepada Negeri Paman Sam itu.
Negara Timur Tengah itu mengklaim sedang memulai proyek pengayaan uranium hingga 20 persen di reaktor nuklir bawah tanah mereka.
Berbeda dengan Donald Trump, Joe Biden disebut bersedia untuk kembali membuat kesepakatan baru dengan Iran.
Akan seperti apa hubungan AS - Iran ke depan?
Seperti dilaporkan Huffington Post pada Senin (4/1) kemarin, Iran telah memulai memperkaya uranium hingga 20 persen.
Bagi mereka, ini adalah sebuah langkah cepat untuk meningkatkan kemampuan senjata nuklir mereka hingga 90 persen.
Bagi Amerika Serikat tentu saja ini ancaman, mengingat hubungan kedua negara kuat di masing-masing wilayah ini terus menegang belakangan.
Menurut laporan televisi pemerintah Iran, mengutip pernyataan juru bicara Ali Rabiei, Presiden Hassan Rouhani telah memberikan perintah khusus di reaktor nuklir Iran di Fordo.
Sekita satu dekade lalu Iran sejatinya pernah berniat memperkaya uraniumnya hingga 20 persen.
Niat itu hampir saja menyebabkan terjadinya serangan oleh Irsael.
Namun niat itu akhirnya tidak terlaksana menyusul adanya kesepakatan atom pada 2015 lalu.
Dan dimunculkannya niatan memperkaya uranium hingga 20 persen oleh Iran lagi artinya ketegangan baru dipastikan akan muncul.
Tapi sejatinya langkah yang ditempuh Iran ini adalah imbas dari keputusan Presiden AS Donald Trump yang mundur secara sepihak dari kesepatan nuklir dengan Iran pada 2018 lalu.
Sejak saat itu, telah terjadi serangkaian insiden yang meningkat antara kedua negara.
Keputusan Iran datang setelah parlemennya mengesahkan RUU, yang kemudian disetujui oleh pengawas konstitusional, yang bertujuan untuk meningkatkan pengayaan guna menekan Eropa agar memberikan keringanan sanksi.
Keputusan ini juga dimaksudkan sebagai tekanan menjelang pelantikan Presiden terpilih Joe Biden.
Seperti disinggung di awal, Joe Biden bilang bahwa dirinya bersedia kembali membuat kesepakatan nuklir dengan Iran.
Iran memberi tahu Badan Energi Atom Internasional minggu lalu bahwa mereka berencana untuk mengambil langkah itu.
Reaktor nuklir Fordo, yang terlindung oleh pegunungan,dikelilingi oleh senjata anti-pesawat dan benteng pertahanan lainnya.
Besar reaktor nuklir ini seukuran lapangan sepak bola.
Itu cukup besar untuk menampung 3.000 sentrifugal, tetapi kecil dan cukup keras untuk membuat pejabat AS curiga itu memiliki tujuan militer ketika mereka mengekspos situs itu ke publik pada tahun 2009.
Kesepakatan 2015 membuat Iran setuju untuk membatasi pengayaannya dengan imbalan keringanan sanksi.
Perjanjian tersebut juga meminta Fordo diubah menjadi fasilitas penelitian dan pengembangan.
Di bawah mantan Presiden garis keras Iran Mahmoud Ahmadinejad, Teheran mulai melakukan pengayaan pada tingkat 20%.
Israel, yang memiliki program senjata nuklirnya sendiri yang tidak dideklarasikan, khawatir Teheran sedang membuat bom atom.
Setelah penemuan Fordo, AS mengerjakan apa yang disebut bom "penghancur bunker" yang dirancang untuk menyerang fasilitas tersebut.
Ketika Israel ingin membom situs nuklir Iran seperti Fordo, pejabat AS disebut menunjukkan video bom penghancur bunker mereka kepada sekutunya itu.
Israel sendiri, yang di bawah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terus mengkritik program nuklir Iran.
Sejauh ini negara tersebut belum memberikan komentar segera pada hari Sabtu.
Hingga kini, Iran telah memperkaya uranium hingga 4,5%, melanggar batas kesepakatan 3,67%.
Para ahli mengatakan Iran sekarang memiliki cukup persediaan uranium yang diperkaya rendah untuk setidaknya dua senjata nuklir, jika memilih untuk mengejar mereka.
Iran telah lama mempertahankan program nuklirnya untuk tujuan damai.