Astaga! Ternyata Bungkus Makanan Jenis Ini Bisa Memicu Kanker hingga Kemandulan

Rabu, 16 Desember 2020 | 13:00
Intisari

Bungkus coklat untuk nasi.

Suar.ID -Penggunaan plastik untuk membungkus makanan panas sudah terbukti bisa sebabkan penyakit.

Tak sedikit orang yang memilih untuk menggantinya dengan pembungkus kertas cokelat.

Namun, siapa sangka ternyata kertas ini juga bisa sebabkan penyakit berbahaya.

Mengutip dari Grid.ID, pakar toksikologi kimia mengatakan bahwa kertas berwarna cokelat tersebut ternyata mengandung zat kimia berbahaya bagi kesehatan manusia.

Dilansir dari Tribun Pontianak, kertas nasi mengandung bisphenol A atau BPA, yang memiliki bahaya tersendiri bagi kesehatan tubuh.

Baca Juga: Gagal Nikah sampai-sampai Putuskan Pindah ke Bali, Jessica Iskandar Kepergok Masih Beri Ucapan Manis di Ulang Tahun Richard Kyle Sebut sang Mantan Pria Baik

Diketahui BPA sendiri sering digunakan sebagai bahan pembuat wadah atau pembungkus makanan bukan hanya dari plastik, tetapi juga kertas.

Terkait bahaya penggunaan kertas nasi ini juga sempat dipaparkan oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) di website resminya.

Di mana Peneliti Pusat Penelitian Biomaterial Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Lisman Suryanagara mengingatkan masyarakat supaya berhati-hati dengan kertas nasi dan kertas daur ulang yang dipakai untuk membungkus makanan.

Sebab menurut penelitiannya kertas nasi untuk membungkus makanan seperti untuk nasi goreng, nasi bungkus, atau martabak yang berwarna cokelat itu memiliki dampak buruk bagi kesehatan.

Baca Juga: Nekat Kawini Janda Yang Sudah Beranak 1, Aktor Tampan Berwajah Bule Ini Blak-blakan Mengaku Belum Pernah Pacaran Dengan Perawan, Netizen Pung Langsung Menebak-nebak Siapa Mantan-mantannya

Berbicara tentang kemasan makanan berbahan dasar kertas yang paling lazim digunakan di Indonesia, ternyata masih banyak yang belum layak untuk dijadikan sebagai kemasan makanan primer.

"Masih banyak ditemukan penggunaan kertas koran, kertas bekas cetakan, atau kertas daur ulang sebagai kemasan nasi kotak, nasi bungkus, gorengan, dan kotak martabak," ungkap Lisman.

Hasil riset yang dilakukan LIPI menunjukan jumlah bakteri yang terkandung dalam kertas nasi yang terbuat dari kertas daur ulang sekitar 1,5 juta koloni per gram.

Sedangkan rata-rata kertas nasi yang umum digunakan beratnya 70-100 gram, itu artinya ada sebanyak 105 juta-150 juta bakteri yang terdapat di kertas tersebut.

"Kandungan mikroorganisme di kertas daur ulang memiliki nilai tertinggi dibandingkan jenis kertas lainnya, ini melebihi batas yang ditentukan," ujar Lisman lagi.

Lebih lanjut, Lisman mengatakan bahwa zat-zat kimia tersebut berdampak negatif terhadap tubuh manusia dan dapat memicu berbagai penyakit seperti kanker, kerusakan hati dan kelenjar getah bening, mengganggu sistem endokrin, gangguan reproduksi, meningkatkan risiko asma, dan mutasi gen.

Baca Juga: Sanggup Gaji Karyawannya Ratusan Juta, Nikita Mirzani Rupanya Belum Bayar Utang di Warung Kelontong, Sosok Ini Sindir: Giliran Utang Saja Amnesia Lo

Hal ini senada dengan pernyataan dari ilmuwan riset di New York State Department of Health, Kurunthachalam Kannan, Ph.D., yang mengatakan bahwa BPA juga terkandung pada kertas pembungkus makanan dengan tingkat konsentrasi yang sangat tinggi.

Di mana bubuk BPA digunakan untuk melapisi kertas supaya lebih tahan terhadap panas.

Selain pada kertas pembungkus makanan, BPA juga sering terdapat pada tisu toilet, kertas koran, kertas struk belanja, maupun tiket.

"Kertas berwarna cokelat untuk pembungkus, biasanya bungkus nasi, dilapisi oleh sebuah lapisan plastik supaya tidak mudah bocor. Lapisan itulah yang berbahaya," tutur Dr rer nat (doktor ilmu sains) Budiawan.

Ia juga menjelaskan, efek yang dirasakan tubuh ketika terpapar senyawa-senyawa tersebut memang tidak langsung.

Butuh waktu 5-20 tahun sampai tubuh merasakan efek dari pembungkus berwarna cokelat tersebut jika dipakai rutin.

Baca Juga: Bule Kaya Raya Asal Inggris Ini Jatuh Miskin Setelah Kawini Gadis Asal Indonesia, Cintanya Yang Tulus Berbalas Penipuan Habis-habisan, Puluhan Miliar Uang Yang Diberikan Habis Untuk Berjudi

"Efek pada kesehatan memang jangka panjang. Efek kronisnya bisa menghambat kesuburan, bersifat karsinogenik (kanker), dan mutagenik (perubahan-perubahan pada gen manusia)," jelasnya.

Lebih lanjut, ternyata kertas yang digunakan untuk membungkus burger, nasi, sandwich, serta kentang, begitu juga dengan kotak ayam goreng dan kardus pizza, dinilai peneliti mengandung bahan kimia sintetik terkait dengan masalah kesehatan serius bila larut ke dalam makanan.

Hal tersebut menurut sebuah studi baru yang dipublikasikan dalam jurnal Environmental Science & Technology Letters.

Dikutip dari Kompas.com, peneliti studi ini mengumpulkan sekitar 400 sampel dari kertas dan karton produk dari 27 rantai makanan cepat saji di Amerika Serikat dan menemukan bahwa 46 persen dari kertas dan kotak makanan cepat saji, 20 persen dari sampel karton pembungkus, dan 16 persen dari wadah minuman non-kertas, diuji positif mengandung sekelompok zat kimia yang disebut per- and polyfluoroalkyls (PFASs).

Umumnya kandungan zat kimia ini digunakan dalam kemasan makanan untuk menghalau lemak dan minyak.

PFASs telah dikaitkan dengan jenis kanker tertentu, masalah perkembangan dan reproduksi, sistem kekebalan tubuh, dan masalah kesehatan lainnya.

Cara terbaik untuk menghindari kemungkinan bahaya ialah segera menghabiskan makanan cepat saji atau menyimpan makanan cepat saji dalam wadah aman.

Semakin sebentar makanan berada dalam bungkusnya, maka semakin sedikit bahan kimia yang kemungkinan akan bercampur dengan makanan.

Editor : Adrie Saputra

Sumber Grid.ID, Tribun Pontianak, Kompas, Wiken