Suar.ID - Mantan Menteri Sosial, Juliari P Batubara, yang kini berstatus tersangka, diduga telah menilap Rp 10 ribu per paket bansos Covid-19, yang nilainya Rp 300 ribu per paket.Dari fee Rp 10 ribu per paket itu, total akumulasi dana korupsi yang dinikmati Juliari diduga mencapai Rp 17 miliar.Namun Masyarakat Anti-Korupsi Indonesia (MAKI) punya perhitungan lain, di mana mengklaim jumlahnya lebih besar dari angka Rp 10 ribu.
Koordinator MAKI, Boyamin Saiman, menduga fee yang didapat Juliari mencapai Rp 33 ribu per paket.
Baca Juga: Keluarganya Berantakan karena Perselingkuhan, Aurel Hermansyah Akui Nyaris Terjerumus Salah Pergaulan, Bongkar Peran Besar Ashanty yang Jadi Penyelamatnya"Kalau berapa kira-kira gambarannya per paket yang dikorup, dugaannya dari hitung-hitunganku Rp 28 ribu ditambah Rp 5.000 adalah Rp 33 ribu," kata Boyamin kepada wartawan, Kamis (10/12).Boyamin kemudian menjelaskan rincian dana yang dianggarkan, dari Rp 300 ribu per paket bansos hingga diduga dikorupsi lebih dari Rp 10 ribu.Menurutnya, dugaan itu dia dapatkan dari survei harga barang yang beredar di pasaran."Jadi anggaran kan Rp 300 ribu, terus dipotong Rp 15 ribu untuk transpor, Rp 15 ribu untuk goody bag. Jadi seakan-akan pemborong mendapatkan Rp 270 ribu."
"Kalau berdasarkan barang yang ada di lapangan yang diterima masyarakat senilai Rp 188 ribu."
"Jadi artinya dugaan yang dikorupsi adalah 82 ribu," ujar Boyamin.Ia menyebut harga Rp 88 ribu itu didapat setelah menyelidiki isi bansos dengan membeli bantuan yang diterima tetangganya.Pertama-tama, Boyamin menyebut bahwa harga tas yang sebenarnya di bawah Rp 7.000.
Lalu, dia juga menyebutkan bahwa dua kaleng sarden harga satuan Rp 6.000."Dan ini pun isinya, adalah lebih banyak air. Jadi, ikannya cuma sedikit, dan sausnya juga sedikit, diisi air paling banyak," tutur Boyamin.Selanjutnya, ada minyak seharga Rp 22.000 dan susu bubuk kotak seharga Rp 44.160.Sementara itu, beras yang diberikan hanya berkisar Rp 6.000 per kilogram karena kualitasnya rendah."Paling tidak, ini saya hargai di angka Rp 8.000, jadi Rp 80.000," kata dia mencoba menaikkan harga beras tersebut.Dalam setiap paket sembako, masyarakat mendapatkan 10 kilogram beras beserta kutu-kutu di dalamnya.
Terakhir, ada satu kaleng biskuit senilai Rp 30.000. Dengan begitu, keseluruhannya mencapai Rp 186.160."Dan ini sudah saya cek di pasar, di pasar slipi, di grosir, ada toko grosir dan juga tetangga yang toko kelontong, ya harganya segitu-gitu," kata dia.Bonyamin menyebut sebelumnya Menteri Sosial pernah menyatakan barang-barang bansos didapatkan dari pabrik karena mendesak."Jadi, harganya mestinya lebih murah karena belinya partai besar," ujarnya."Pasti rasanya tidak mungkin kok kemudian karena ini diborong, harus keuntungan dan sebagainya," ucap koordinator MAKI itu.Selain itu, pihak kontraktor utama ternyata melakukan subkontrak ke perusahaan lain.Ia menduga pengadaan barang dan jasa untuk bansos Covid-19 disubkontrakkan dengan nilai Rp210.000 per paket sembako."Sehingga harganya jadi wajar ketika ini tinggal Rp188 ribuan," kata dia.
Tak hanya itu, Boyamin mengatakan dalam program pengadaan bansos itu pemenang tender boleh mengambil keuntungan maksimal hingga 20 persen.
Menurutnya, 20 persen dari Rp 270 ribu itu Rp 54 ribu."Dari selisih tadi, Rp 82 ribu dikurangi Rp 54 ribu.""Jadi kira-kira yang dikorup adalah per paket Rp 28 ribu, itu untuk barang ya."
"Untuk goody bag juga ada sekitar Rp 5.000 yang dikorup.""Karena goody bag itu anggap saja harganya Rp 10 ribu dari Rp 15 (ribu)"
"Jadi 28 ribu ditambah 5 ribu sekitar Rp 33 ribu," kata Boyamin.