Makna Mitos Munculnya Lintang Kemukus Sesuai Arah Angin, Salah Satunya Pergantian Kekuasaan

Senin, 12 Oktober 2020 | 20:00
Instagram undercover.id

Fenomena Lintang Kemukus.

Suar.ID -Netizen dihebohkan oleh penampakan yang diduga sebagai lintang kemukus yang muncul di Tuban, Jawa Timur.

Apa makna dan mitos yang melingkupi fenomena ini?

Salah satu akun Instagram, @undercover.id, pada Minggu (11/10) memosting kemunculan benda langit yang dalam istilah populer disebut komet itu.

Unggahan itu memperlihatkan foto-foto sebuah benda langit berwarna oranye.

Baca Juga: Mitos Kedutan di Alis Kanan Menurut Islam, Pertanda Apakah ini?

"Orang Jawa menyebutnya Lintang Kemukus, bukan Roni. Konon katanya pertanda akan ada peristiwa besar," tulis akun tersebut.

Apa itu lintang kemukus?

Komet atau bintang berekor atau lintang kemukus merupakan benda langit yang berupa kumpulan debu dan kerikil bercampur es membentuk gumpalan berpori mirip batu apung berkerapatan rendah.

Seringkali kerapatannya lebih kecil dari air, sehingga secara teknis bisa mengapung di lautan asal diletakkan dengan hati–hati.

Komet Atlas menghabiskan sebagian besar waktunya di tepian tata surya, sehingga suhu dingin membuatnya strukturnya tetap kaku.

Namun jika beringsut mendekati Matahari, panas menyebabkan komponen esnya mulai menyublim terutama yang berada di kerak dan subkeraknya.

Sublimasi membentuk cebakan–cebakan gas yang umumnya mengandung uap air, karbon monoksida dan sianogen dengan tekanan terus meningkat.

Baca Juga: Mitos Mendengar Suara Tokek Ganjil Atau Genap, Pertanda Akan Datang Makhluk Halus?

Pada satu titik, tekanannya melampaui kekuatan struktur penyungkupnya sehingga mulai terjadi perekahan.

Gas–gas itu pun lepas ke angkasa lewat rekahan–rekahan dalam kejadian mirip letusan gunung berapi.

Semburan gas menyeret partikel–partikel debu, pasir dan kerikil ke angkasa dan membentuk struktur ekor komet yang persis berimpit dengan lintasan komet, melansir dari Kompas.com.

Mitos Lintang Kemukus

Lintang kemukus dianggap sebagian masyarakat Jawa sebagai pertanda akan datangnya suatu bencana, kerusuhan, kekacauan, perang, kelaparan, kematian, atau wabah penyakit.

Keyakinan itu tetap bertahan hingga kini dan diteruskan secara turun temurun sehingga diyakini kebenaranya oleh sebagian orang jawa.

Dalam buku "Sejarah Kutha Sala: Kraton Sala, Bengawan Sala, Gunung Lawu" karya R.M. Ng. Tiknopranoto dan R. Mardisuwignya, menurut sebagian orang jawa, secara umum penampakan komet membawa hal yang kurang baik, kecuali apabila komet tersebut muncul di arah barat.

Baca Juga: Mitos Kedutan di Pergelangan Tangan Kanan Menurut Islam, Pertanda Apa?

elansir dari Kompas.ID, dalam perjalanan bangsa Indonesia dan peristiwa langit yang pernah terjadi, setidaknya ada dua peristiwa besar di Indonesia pasca-kemerdekaan yang dikaitkan dengan kehadiran komet atau lintang kemukus ini.

Pertama adalah tragedi G30S/PKI yang dikaitkan dengan komet Ikeya-Seki (C/1965 S1) yang terlihat sejak pertengahan September 1965.

Kedua adalah meninggalnya proklamator Indonesia Soekarno yang dihubungkan dengan munculnya komet Bennett (C/1969 Y1), mencapai titik terdekatnya dengan Bumi pada 26 Maret 1970, tiga bulan sebelum meninggalnya Soekarno yang juga sebagai penanda transisi dari Orde Lama ke Orde Baru.

Penjelasan LAPAN

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, membantah adanya Lintang Kemukus atau komet di Tuban.

"Tidak ada lintang kemukus yang terlihat terang saat ini," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com, Minggu (11/10/2020).

"Kalau ada, itu terlihat secara global di banyak tempat," lanjut Thomas.

Ia menambahkan, benda langit dalam foto yang beredar tersebut juga bukan sebuah meteor besar.

Baca Juga: Mitos Kedutan di Lipatan Lutut Kiri Menurut Islam, Pertanda Apa ini?

"Gambar-gambar yang beredar juga bukan meteor besar atau fireball," jelas dia.

"Itu tampaknya bukan fenomena astronomis, saya tidak tahu objek itu," ungkapnya.

Thomas menegaskan, beredarnya foto benda langit di media sosial itu bukan sebuah komet.

Dirinya juga tak bisa mengatakan itu sebagai pertanda atas kondisi tertentu.

"Yang jelas itu bukan komet, saya tidak tahu hal yang sesungguhnya, itu bukan fenomena astronomis," terangnya.

Makna dan mitos lintang kemukus menurut arah angin

Masih menurut bukuSejarah Kutha Sala: Kraton Sala, Bengawan Sala, Gunung Lawukarya R.M. Ng. Tiknopranoto dan R. Mardisuwignya, berikut makna munculnya lintang kemukus berdasarkan arah angin.

Timur

Arah dan Makna:

Sejarah Kutha Salamenulis: "Yen ana lintang kemukus metu ing Wetan, ngalamat ana ratu sungkawa. Para nayakaning praja padha ewuh pikirane. Wong desa akeh kang karusakan lan susah atine. Udan deres. Beras pari murah, emas larang."

Artinya:

"Jika ada bintang berekor muncul di sebelah timur merupakan pertanda ada raja sedang berbela sungkawa. Para pengikutnya sedang bingung pikirannya. Orang desa banyak mengalami kerusakan dan bersusah hatinya. Beras dan padi murah harganya, tetapi emas akan mahal harganya."

Tenggara

Arah dan Makna:

Sejarah Kutha Sala menulis: "Kidul-wetan: ngalamat ana ratu surud (seda). Wong desa akeh kang ngalih, udan arang. Woh2an akeh kang rusak. Ana pagebluk, akeh wong lara lan wong mati. Beras pari larang. Kebo sapi akeh kang didoli."

Artinya:

"Tenggara: Pertanda ada raja meninggal. Orang desa banyak yang pindah. Hujan menjadi jarang. Buah-buahan banyak yang rusak. Ada wabah penyakit. banyak orang sakit dan meninggal. Beras dan padi mahal. Kerbau dan sapi banyak yang dijual oleh pemiliknya."

Selatan

Arah dan Makna:

Sejarah Kutha Sala menulis:"Kidul: ngalamate ana ratu surud (seda). Para panggedhe pada susah atine. Akeh udan. Karang kitri wohe ndadi.Beras pari, kebo sapi murah regane. Wong desa pada nalangsa atine, ngluhurake panguwasane Pangeran kang Maha Suci."

Artinya:

"Selatan. Pertanda ada raja meninggal. Para pembesar sedang bersusah hatinya. Banyak hujan. Hasil kebun melimpah hasilnya. Beras, padi, kerbau, dan sapi murah harganya. Orang desa merana hatinya, mengagungkan kekuasaan Tuhan Yang Maha Suci."

Barat Daya

Arah dan Makna:

Sejarah Kutha Sala menulis:"Kidul Kulon, ngalamat ana ratu surud. Wong desa padha nindakake kabecikan. Beras pari murah. Karang kitri wohe ndadi. Kebo sapi akeh kang mati."

Artinya:

"Barat daya. Pertanda ada raja meninggal. Orang desa melakukan kebajikan. Beras dan padi murah harganya. Hasil kebun berlimpah ruah. Kerbau dan sapi banyak yang mati."

Barat

Arah dan Makna:

Sejarah Kutha Sala menulis:"Kulon bener, ngalamat ana jumenengan Ratu. Panggede lan wong desa padha bungah atine. beras pari murah. Apa kang tinandur padha subur, kalis ing ama. Udan deres tur suwe. Barang dagangan wujud apa bae padha murah regane, jalaran saka oleh nugrahaning Pangeran."

Artinya:

"Barat. Pertanda ada penobatan Raja. Pembesar dan orang desa merasa senang hatinya. Beras dan padi murah harganya. Apa yang ditanam akan berbuah subur dan cepat membuahkan hasil. Hujan deras dan lama. Barang yang diperjual-belikan dalam bentuk apa saja akan murah harganya, karena memperoleh berkah Tuhan."

Barat Laut

Arah dan Makna:

Sejarah Kutha Sala menulis:"Lor kulon, ngalamat ana Ratu pasulayan, rebutan raja darbeke lan pangwasane. Para Adipati padha tukaran rebut bener. Wong desa padha sedhih atine. Kebo sapi akeh kang mati. udan lan gludhug salah mangsa. Grahana marambah-rambah tur suwe. Beras pari larang emas murah."

Artinya:

"Barat laut. Pertanda ada raja berselisih memperebutkan kekuasaan. Para adipat berselisih memperebutkan kekuasaan. Warga desa bersedih hatinya. Kerbau dan sapi banyak yang mati. Hujan dan petir akan terjadi di musim yang salah. Kekurangan (gerhana) akan semakin meluas dan berjangka waktu lama. Beras dan padi akan mahal harganya, namun emas murah harganya."

Utara

Arah dan Makna:

Sejarah Kutha Sala menulis:"Lor bener: ngalamat ana Ratu ruwet panggalihe jalaran saka kisruh paprentahane, kang temahan nganakake pasulayan, banjur dadi perang. beras pari larang, emas murah."

Artinya:

"Utara: pertanda ada raja yang kalut pikirannya karena kekeruhan dalam pemerintahan. Akan timbul perselisihan yang berkembang menjadi peperangan. Beras dan padi mahal harganya, namun emas murah."

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya