Suar.ID - Kehidupan Nagita Slavina selalu menarik perhatian publik.
Tak hanya rumah tangganya dengan Raffi Ahmad, namun kehidupan pribadi Nagita juga tak lepas dari sorotan.
Seperti hubungan persaudaraan yang terjalin oleh Nagita Slavina dan Marsha Tengker sang adik.
Banyak sekali hal menarik yang bisa dikulik dari kakak beradik Nagita Slavina dan Marsha Tengker.
Selain cantik dan berbakat di dunia entertainment, mereka juga termasuk artis yang mementingkan pendidikan.
Keduanya merupakan lulusan sarjana Universitas di luar negeri.
Nampak selalu akur dan harmonis, ternyata Caca Tengker menyimpan kisah yang tak banyak diketahui orang.
Adik Nagita Slavina, Caca Tengker membagikan kenangan bersama sang kakak di postingan Instagram pribadinya, @cacatengker, Jumat (9/10/2020).
Pun ia menceritakan masa kecilnya yang terdengar sedikit kurang menyenangkan karena berstatus adik.
Di balik foto masa kecil mereka, Caca Tengker mengungkapkan kalau keduanya selalu dibanding-bandingkan.
Ini karena usia mereka hanya beda satu tahun dan sama-sama perempuan.
Hal itu ternyata membuat perasaannya tak nyaman.
"Karena beda usia hanya 1 tahun lebih sedikit dan gendernya sama, dari kecil kita selalu dibandingin. Perasaanku campur aduk dari dulu," beber anak kedua Rieta Amilia ini.
Alasan perasaannya jadi campur aduk karena di satu sisi ia selalu menjadikan kakaknya sebagai penutan.
Namun di sisi lain ingin jadi diri sendiri.
"Pengen jadi kaya Mba Gigi @raffinagita1717 karena dia role model aku tapi juga pengen bisa berbeda dan punya kelebihan lain yang membedakan aku dari Mba Gigi," ungkapnya.
Seiring berjalannya waktu dan mereka tumbuh dewasa, adik ipar Raffi Ahmad ini sadar dengan persamaan dan perbedaan mereka yang dianggap dari sisi positifnya.
Hal itu pun yang membuat kakak adik ini menjadi saudara yang kompak sekarang.
"Tapi makin dewasa makin sadar, kesamaan kita ternyata bikin kita makin bisa berempati dan perbedaan kita bikin kita makin belajar tentang hidup," jelasnya.
Gara-gara masa kecilnya itu, Caca Tengker jadi bisa mengambil pelajaran untuk sebisa mungkin tidak membanding-bandingkan buah hatinya kelak.
Sebagai magister psikologi, ia paham kalau tindakan membanding-bandingkan anak akan membuat pribadi anak minder, jadi tidak bersemangat untuk menunjukkan keahliannya.
Ia pun menyarankan ke orangtua untuk lebih fokus menggali kemampuan buah hatinya.