Suar.ID -Jaringan prostitusiada hampir di setiap negara di belahan bumi ini.
Bahkan, prostitusi telah ada jauh sebelum abad ke-21.
Dizaman kekaisaran Romawi dan Yunani, sosok wanita dianggap sebagai komoditi berhargaguna diperdagangkan.
Lalu, Prostitusi mulai dikenal di seluruh negara, akibat darikebiasaan bangsa Romawi dan Yunanisaat itu.
Para wanita yang bekerja di duniamalam pun mau tak mau harus selalu menjaga dan merawat asetnya yang paling berharga.
Tujuannya agar tetap ada pelanggan yang mau memakai jasanya.
Di Beijing, China, kepolisian setempat berhasil membongkar sebuah jaringan prostitusi di Xuzhou, Provinsi Jiangsu.
Modus operandi prostitusi itu berkedok penipuan.
Para pelaku prostitusi itu menjebak para lelaki dengan menjajakan sejumlah gadis yang masih perawan kepada mereka.
Alasan para gadis itu ingin menjual keperawanannya tampak klise, yakni untuk membiayai pengobatan ibu mereka yang sedang sakit di kampung halaman.
Jaringan prostitusi menawarkan para gadis itu melalui beragam platform media sosial.
Polisi yang menerima laporan dari masyarakat segera menindaklanjuti kasus ini.
Singkat cerita kepolisian berhasil menjalin kontak dan bertemu dengan seorang wanita pramuria bernama Liu.
Mereka kemudian menangkapnya dan menginterogasi Liu.
Liu kemudian mengaku bahwa ia diperkenalkan dengan jaringan prostitusi ini oleh seorang teman di kampung halamannya, Chongqing.
Rupanya para wanita pramuria itu sudah tidak perawan, para pelanggan ditipu mentah-mentah dengan menggunakan darah belut.
Darah belut yang sudah diserap dalam spon dipalsukan oleh para pelaku sebagai darah keperawanan mereka.
Belut dipilih karena karakteristik darahnya mirip manusia.
Liu juga berkata setidaknya ada sepuluh orang asal Chongqing yang terlibat dalam penipuan status keperawanan ini.
MelansirdariKompas.com, seorang perwira polisi yang menangani kasus ini bernama Hao Pengfei berkata "Jaringan ini sangat terorganisasi dengan baik dan tiap anggota memiliki tanggung jawab spesifik."
"Saat mereka berada di lokasi baru, maka pemimpin jaringan akan membeli data personal secara ilegal."
"Harga layanan untuk para gadis itu bervariasi antara 2.000 dan 10.000 yuan (Rp 4-22 juta)."
"Sejauh ini, kelompok tersebut sudah mengantongi ratusan ribu yuan," tambah Pengfei.
(Moh. Habib Asyhad/Intisari)