Sekarang Saja Sudah Parah Banget, Jokowi Meminta Masyarakat Indonesia Waspada Terhadap Gelombang Kedua dari Virus Corona

Jumat, 31 Juli 2020 | 14:30
Instagram/@jokowi

Presiden Jokowi

Suar.ID- Presiden Jokowi meminta masyarakatIndonesia untuk waspadaterkait gelombang kedua virus corona.

Hal itu disampaikan Jokowi saat membuka rapat terbatas terkait postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021, Selasa (28/7/2020).

"Kita tetap harus waspada kemungkinan dan antisipasi kita terhadap risiko terjadinya gelombang kedua, second wave, dan masih berlanjutnya sekali lagi ketidakpastian ekonomi global di tahun 2021," kata Jokowi.

Baca Juga: Cuma dengan Rutin Minum Jus Pisang Selama 2 Minggu, Tubuh Ideal Pun Bukan Cuman Jadi Mimpi Belaka, Hasilnya Sungguh Memuaskan!

Jokowi yakin, perekonomian Indonesia akan bangkit tahun depan.

Apa yang sebenarnya dimaksud sebagai gelombang kedua virus corona?

Seberapa buruk dampak yang dapat ditimbulkannya?

Apakah Indonesia kini telah melewati gelombang pertama?

Baca Juga: Karyawan IT ini Nekat Retas Data Mantan Perusahaannya Usai Dipecat Saat Pandemi Covid-19, Berharap Bosnya Ngemis-ngemis Minta Dirinya Kembali, Alih-alih Malah Hal ini yang Terjadi

Gelombang kedua

Tidak ada definisi formal untuk istilah gelombang dua.

Analoginya, bayangkan gelombang air laut. Jumlah kasus positif Covid-19 meningkat, lalu turun.

Setiap tren tersebut dikelompokkan menjadi satu gelombang. Untuk menyebut berakhirnya sebuah gelombang, penyebaran virus corona harus sudah terkontrol dan jumlah kasusnya benar-benar menunjukkan penurunan.

Sementara, gelombang kedua dapat dikatakan muncul saat jumlah positif terus menerus meningkat setelah ada gelombang sebelumnya yang berakhir.

Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, juga mengatakan hal yang sama.

"Gelombang kedua virus corona adalah bila suatu wilayah telah mencapai puncak terkena virus corona, kemudian terjadi penurunan."

Baca Juga: Manusia Berhati Iblis! Pemuda ini Tega Masukkan Anak Kucing ke Dalam Toples Sampai Kehabisan Napas, Saat Pelaku Ditangkap Polisi Tak Merasa Bersalah Sedikitpun: Mengapa Harus Ribut, Itu Permainan Biasa

"Setelah fase penurunan jumlah kasus tersebut, terjadi lonjakan lagi," kata Dicky sebagaimana dikutip Kompas.com, 14 April 2020.

Gelombang kedua biasanya memiliki masa jeda yang relatif jauh dengan puncak gelombang pertama, bisa memakan waktu sebulan atau lebih.

Awal atau akhir dari setiap gelombang tidak bisa diprediksi secara pasti.

Fenomena gelombang kedua ini kebanyakan diasosiasikan dengan pandemi flu di masa lampau.

Melansir Kompas.com (29/6/2020), pada pandemi flu tahun 1918 yang menginfeksi 500 juta orang di dunia dan menyebabkan kematian lebih dari 50 juta orang, terjadi gelombang kedua yang lebih mematikan beberapa bulan setelah gelombang pertama.

Kemudian, gelombang ketiga terjadi di sejumlah negara pada tahun 1919.

Baca Juga: Janur Kuning Belum Juga Mengering, Rizki DA Diterwangan Ahli Tarot ini Masih Terbayang Sang Mantan: Masih Ada Rasa untuk Lesty Kejora...

Prediksi puncak pandemi di Indonesia

Pada April 2020, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 memperkirakan puncak pandemi di Indonesia akan dimulai pada Mei dan berakhir Juli.

Namun, kondisi saat ini menunjukkan bahwa kasus Covid-19 mengalami kenaikan dan belum mengalami penurunan signifikan.

Menurut Dicky, melesetnya prediksi tersebut kemungkinan adalah karena banyaknya kasus yang belum terdeteksi.

Melihat pola peningkatan kasus dan sebarannya, Dicky menganggap Indonesia belum mencapai puncaknya.

Melansir Kompas.com (6/7/2020), pakar epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono juga mengemukakan pendapat serupa.

Pandu menyebut bahwa Indonesia masih jauh dari puncak pandemi Covid-19.

Baca Juga: Iseng Rutin Minum Arang Jenis ini Selama 7 Hari, Wanita ini Kaget Saat Temukan Perubahan Menakjubkan ini Pada Tubuhnya, Sungguh Luar Biasa!

Faktor yang memengaruhi

Melihat sejarah masa lalu, gelombang kedua pandemi flu dapat dipengaruhi oleh perubahan, baik pada virus maupun perilaku manusia.

Menurut Pewakilan Solidaritas Berantas Covid-19, Prof Akmal Taher, gelombang kedua dapat terjadi apabila sistem yang dibuat pemerintah dan dilakukan oleh masyarakat sipil melonggar.

Risiko gelombang kedua berpotensi ketika ada transmisi saat orang-orang merasa aman karena melewati puncak pandemi.

Sementara, melihat sejarah, perubahan pada virus dinilai memainkan peran besar dalam gelombang kedua pandemi flu tahun 1918.

Saat itu, kekebalan telah berkembang hingga proporsi yang cukup dan memicu virus berevolusi untuk menghindari respons kekebalan ini sehingga virus dapat terus menginfeksi manusia.

Sejumlah pakar berpendapat bahawa gelombang kedua Covid-19 dapat terjadi dalam waktu dekat.

Mereka berpendapat demikian mengingat tingkat kekebalan yang masih rendah saat ini, dibandingkan dengan perkiraan 60-70 persen orang yang akan butuh divaksin atau terpapar penyakit.

Sebagai gantinya, karena populasi tetap rentan dengan Covid-19, "penentu utama" dari apa yang akan terjadi selanjutnya terletak pada perilaku masyarakat dan respons pemerintah.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul:"Jokowi Ingatkan Waspada Gelombang Kedua Virus Corona, Kapan Akan Terjadi?"

Editor : Adrie P. Saputra

Baca Lainnya