Viral Fenomena Gilang Bungkus, Beberapa Orang Percaya bahwa Fetish dapat Muncul dari Pengalaman Masa Kecil

Jumat, 31 Juli 2020 | 11:00
Twitter @m_fikris

Viral sosok predator seksual Gilang 'Bungkus' yang memaksa korbannya untuk membungkus diri

Suar.ID– Beberapa hari belakangan ini dunia media sosial kembali heboh.

Viral di media sosial mengenai seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di Surabaya menjadi pusat perhatian.

Sosok Gilang, yang merupakan mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Surabaya menjadi pusat perhatian karena dituding menjadi pelaku pelecehan seksual.

Apa yang dilakukannya?

Baca Juga: Karyawan IT ini Nekat Retas Data Mantan Perusahaannya Usai Dipecat Saat Pandemi Covid-19, Berharap Bosnya Ngemis-ngemis Minta Dirinya Kembali, Alih-alih Malah Hal ini yang Terjadi

Pola pelecehan yang muncul kali ini berbeda. Gilang dinilai memiliki fetish membungkus orang lain dengan kain jarik atau kain batik, hingga kain tersebut menutupi seluruh tubuh korban.

Itulah kenapa, saat ini sosoknya disebut sebagai "Gilang Bungkus".

Gilang menghubungi para korbannya yang mayoritas merupakan mahasiswa baru (maba), melaui media sosial.

Lalu, dengan kedok ingin melakukan penelitian ilmiah, Gilang memaksa lawan bicaranya untuk membungkus seluruh tubuhnya dengan kain jarik, setelah sebelumnya kaki, tangan, mata, serta telinga korban diinstruksikan untuk ditutup menggunakan lakban.

Baca Juga: Manusia Berhati Iblis! Pemuda ini Tega Masukkan Anak Kucing ke Dalam Toples Sampai Kehabisan Napas, Saat Pelaku Ditangkap Polisi Tak Merasa Bersalah Sedikitpun: Mengapa Harus Ribut, Itu Permainan Biasa

Lalu saat permintaannya tidak dikabulkan, pria itu mulai mengeluarkan ancaman dan pemaksaan pada korban.

Memiliki fetish, hingga saat ini sebenarnya belum dimasukkan sebagai kelainan seksual dan hal ini juga bukanlah sesuatu yang jarang dimiliki seseorang.

Meski begitu, jika fetish yang dimiliki sudah membuat diri memaksa dan membuat orang lain merasa tidak nyaman, maka hal itu perlu segera diobati dan mendapatkan tindak lanjut.

Apa itu fetish?

Fetish adalah kesenangan yang didapatkan seseorang sebagai respons terhadap objek yang seringkali tidak mengandung unsur seksual.

Orang yang memiliki sikap fetish membutuhkan objek dan benda tertentu di hadapannya, berfantasi seksual dengan objek tersebut, atau digunakan sebagai pasangan agar bisa meraih kepuasan seksual yang maksimal.

Fetish dan variasi erotisme dapat dimiliki seseorang dalam berbagai bentuk, mulai dari yang umum dan wajar, hingga benda-benda dan perilaku yang mungkin membuat orang lain mengerutkan kening.

Objek fetish seseorang dapat beraneka ragam saat berhubungan seks dan masturbasi.

Barang-barang yang menjadi objek fetish pun beraneka ragam. Namun, yang paling umum adalah kaki, pasangan yang bertindik, bertato, hingga pasangan yang memiliki kondisi obesitas.

Baca Juga: Janur Kuning Belum Juga Mengering, Rizki DA Diterwangan Ahli Tarot ini Masih Terbayang Sang Mantan: Masih Ada Rasa untuk Lesty Kejora...

Ada pula individu yang terangsang secara seksual jika melihat sepatu, rambut, stocking, pakaian dalam model tertentu, hingga pakaian yang terbuat dari kulit.

Begitu juga, ada seseorang yang terangsang apabila pasangannya mengenakan barang-barang di atas.

Misalnya, ia ingin pasangannya menggunakan kostum hewan, mengenakan sepatu hak tinggi, dan sebagainya.

Fetish adalah hal yang kompleks, apa penyebabnya?

Para ahli belum dapat menjawab dengan pasti mengenai penyebab munculnya fetish dalam diri seseorang.

Beberapa orang percaya, pengalaman ketika masa kecil dapat berkontribusi.

Misalnya, menyaksikan perilaku seks menyimpang di masa kecil, atau menjadi korban pelecehan seksual saat kanak-kanak.

Ada pula yang menyatakan bahwa fetish mungkin saja berasal dari pengalaman seksual saat masa puber dan remaja.

Jika suatu objek pernah menjadi hal yang menyenangkan saat seseorang mengenal seks di masa remaja, boleh jadi ia akan mengaitkan objek itu dengan seks, dan penggunaannya berlanjut dengan seiring berjalannya waktu.

Baca Juga: Iseng Rutin Minum Arang Jenis ini Selama 7 Hari, Wanita ini Kaget Saat Temukan Perubahan Menakjubkan ini Pada Tubuhnya, Sungguh Luar Biasa!

Ada yang menyebut fetish adalah kelainan seksual, benarkah?

Berdasarkan definisinya, istilah fetish sendiri belum bisa digolongkan sebagai diagnosis gangguan mental, apabila tidak menimbulkan tekanan dan kerugian.

Menurut ahli, apabila Anda melakukan masturbasi dengan objek fetish tertentu, maupun berhubungan seks bersama pasangan lewat variasi fetish tanpa tekanan, maka fetish bukanlah sebuah masalah.

Hanya saja, apabila fetish Anda menimbulkan kesulitan yang intens serta merugikan, keinginan tersebut dapat menjadi gangguan.

Fetish akan menjadi masalah jika Anda tidak mampu mengontrol hal tersebut, mengganggu rutinitas sehari-hari, serta membuat orang lain tidak nyaman.

Gangguan ini dikenal sebagai fethistic disorder.

Ada beberapa indikator lain yang menunjukkan gangguan akibat fetish. Jika hal-hal tersebut muncul, maka Anda membutuhkan penanganan dari dokter.

Beberapa indikator tersebut, meliputi:

Baca Juga: Ramalan Zodiak Hari Ini, Jumat 31 Juli 2020: Libra Mengalami Hal Mengejutkan, Keberuntungan Virgo Akan Membawa pada Hal Tak Terduga

1. Mengabaikan pasangan

Penderitanya sulit menjalani hubungan yang serius dengan pasangan. Selain itu, mereka juga cenderung lebih terangsang dengan benda yang dikenakan oleh pasangan, yang membuat suami atau istri menjadi terabaikan.

2. Berperilaku kompulsif

Terus menerus timbul rasa putus asa, tertekan, bahkan memiliki keinginan bunuh diri. Beberapa orang juga bisa mencuri barang yang menjadi objek fetishnya.

3. Mengganggu orang lain

Fetish dapat menjadi gangguan, apabila fantasi seks yang Anda miliki sangat merepotkan diri sendiri dan kehidupan personal serta sosial.

Mencari pertolongan ahli jiwa sangat disarankan, jika memiliki fetish yang sudah mengganggu.

Penanganan dokter dapat berupa pemberian obat-obatan, maupun terapi. (Wisnubrata)

Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Ramai "Gilang Bungkus", Sebenarnya Apa Itu Fetish?"

Tag

Editor : Adrie P. Saputra