Pernah Renggut Nyawa Bangsa Afrika, Ebola Justru jadi 'Pahlawan' saat Wabah Pandemi Virus Corona

Kamis, 04 Juni 2020 | 15:00
kyodonews.net

ILUSTRASI

Suar.ID - Dunia memang sedang kacau balau menghadapi segala permasalahan yang ada.

Salah satunya adalah wabah-wabah virus yang sedang menyebar di berbagai negara.

Salah satu yang mengalami dampak luar biasa adalah Afrika.

HIV/AIDS, lassa fever, dan tuberkulosis hanyalah beberapa penyakit menular yang biasa dihadapi para ahli kesehatan Afrika.

Baca Juga: Kesal Tak Bisa Temui Pak Bupati, Anggota DPRD ini Malah Ngamuk Sampai Nekat Botol Bir dan Tantang Duel Satpol PP, Begini Kisahnya...

Banyak yang menyadari bahaya virus corona setelah melihat peningkatan jumlah kasus di China dan Eropa.

Namun, dari semua penyakit yang dihadapi benua ini, epidemi Ebola menjadi hal terburuk, di mana menewaskan lebih dari 11.300 orang di Afrika Barat pada 2014-2016.

Wabah ini berperan penting dalam mengubah respons terhadap keadaan darurat kesehatan di beberapa negara Afrika.

Bahkan seperti menjelma jadi 'pahlawan,' karena membuat Afrika siap menghadapi virus corona.

Baca Juga: Meski akan Memasuki Masa New Normal, Pemerintah Putuskan Perpanjang Bansos, Sampai Kapan?

Melansir bloomberg, Sabtu (9/5/2020), ebola mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berbasis di Jenewa untuk mengubah struktur tanggap daruratnya.

Sementara, para ahli mengakui perlunya penelitian, pengujian labotaorium cepat, dan mengubah desain pusat perawatan.

Banyak petugas kesehatan di Afrika mengatakan bahwa mereka mendapatkan wawasan berharga dari Ebola yang dapat diterapkan pada pandemi corona virus jenis baru saat ini.

Obat Antivirus Ebola untuk Hadapi Covid-19

Obat antivirus yang digunakan untuk mengobati infeksi virus ebola, remdesivir, kembali memberi bukti manfaat terhadap terapi pengobatan untuk pandemi virus yang mewabah saat ini.

Melansir CNN, Selasa (2/6/2020), Gilead Sciences, perusahaan pembuat obat remdesivir ini mengumumkan dalam sebuah pernyataan, obat antivirus tersebut mempercepat pemulihan pada pasien yang Covid-19.

Hasil uji klinis Fase III pada obat memang belum dipublikasikan dalam jurnal medis peer-review, namun perusahaan ini menyatakan akan mengirimkan hasil uji klinis tersebut secara lengkap untuk dipublikasikan beberapa minggu ke depan.

"Dengan data terbaru yang diumumkan (Senin), kami sekarang memiliki tiga uji klinis secara acak yang menunjukkan remdesivir meningkatkan hasil klinis dengan beberapa langkah berbeda," kata Dr. Merdad Parsey, kepala petugas medis Gilead Sciences.

Baca Juga: Sosok Ini Merinding saat Mendengar Cerita Miris Anang Hermansyah ketika Ditinggl Krisdayanti

Seperti diketahui, perusahaan ini awalnya mempelajari remdesivir sebagai pengobatan potensial untuk penyakit yang disebabkan oleh virus ebola.

Akan tetapi, melalui percobaan di laboratorium, obat ini kemudian memungkinkan untuk digunakan terhadap virus corona.

Ya, virus ebola secara idak langsung membuat Afrika siap hadapi virus corona.

Sementara dokter di organisasi non-pemerintah Alima di Mambasa, Republik Demokratik Kongo timur, Dr Junior Ikomo (33) menuturkan bahwa sudah lebih dari 120 hari sejak kasus Ebola terakhir, meski epidemi berlanjut di tempat lain di Kongo timur, virus telah menewaskan lebih dari 2.200 orang.

Ia menceritakan, suatu hari saat semua staf medis dipanggil dan ditanyai mengenai keadaan psikologis, seluruhnya bertekad untuk menyelamatkan hidup dan terdapat dorongan rasa humanisme.

Menurut dia, epidemi ebola telah menyiapkan banyak komunitas lokal untuk Covid-19.

"Fakta bahwa penduduk sudah memiliki pengalaman selamat dari epidemi Ebola berarti kita semua tahu standar dan memiliki pengetahuan tentang langkah-langkah pencegahan (menggunakan sabun untuk mencuci tangan, tanpa sentuhan, jarak sosial)."

"Ini adalah hal-hal yang sudah dikuasai komunitas sebelum Covid-19 tiba."

"Saya pikir ini akan membantu kita," ujar dia.

Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Hadir Sebagai Perenggut Nyawa Bangsa Afrika, Ebola Justru Menjelma Bak 'Pahlawan' saat Wabah Virus Corona Menghantam.

Editor : Adrie P. Saputra

Baca Lainnya