Siswi Ini Rela Melakukan Hubungan Intim hanya untuk Mendapatkan Pembalut, Alasan di Baliknya Bikin Nangis

Sabtu, 30 Mei 2020 | 06:30

Ilustrasi

Suar.ID-Kisah menyedihkan dialami siswi ini.

Demi mendapatkan pembalut, sang siswi rela melakukan hubungan intim.

Bagi wanita, pembalut digunakan saat mengalami menstruasi.

Di berbagai negara, tak sulit untuk mendapatkan pembalut.

Namun berbeda dengan negara di sebuah benua Afrika, Kenya.

Baca Juga: Rekaman Suaranya yang Minta Jokowi Mundur Viral, Oknum Pecatan TNI Ini Ditangkap: Sulit Diterima Akal Sehat

Penelitian terbaru dari UNICEF menyebutkan bahwa 65% perempuan di perkampungan kumuh Kibera, Nairobi rela menjajakan diri hanya untukmendapatkanpembalut.

Badan kemanusiaan tersebut menemukan 10% remaja putri mengaku melakukan seks transaksional untuk pembalut di Kenya barat.

Andrew Trevett, kepala Air, Sanitasi, dan KebersihanUNICEF ​​Kenya mengatakan bahwa tidak jarang anak-anak perempuan dilecehkan secara seksual sebagai ganti barang-barang saniter tersebut.

Baca Juga: Sejak Vakum dari Dunia Hiburan Kabar Artis Cantik ini Tak Pernah Terdengar Kabarnya, Kini Kehidupannya Berubah Drastis Usai Dinikahi Pria yang Gajinya Lebih Besar dari Presiden!

"Kami memilikiojek sepeda motor yang disebut boda-boda. Gadis-gadis itu terlibat hubungan seks dengan pengemudinyasebagai ganti pembalut." kata Andrew.

Hal ini terjadi karena 2 alasan, yang pertama jelas karena kemiskinan dan yang kedua adalah masalah pasokan.

Karena kemiskinan, para perempuan disana sampai tidak mampu membeli produk saniter termasuk pembalut.

Selain kemiskinan, pasokan barang juga masih menjadi masalah.

Barter seks dengan pembalut ini terjadi karenabarang-barang sanitertidak tersedia di desa-desa.

Di pedesaan, transportasi masih sulit dan kalau pun ada, para perempuan akan kesulitan membayar ongkosnya.

Sedangkan di beberapa desa yang lebih terpencil,tidak ada layanan transportasi umum karena jalan pun tak ada.

Pendidikan seks ternyata juga masih dianggap tabu di lingkungan masyarakat daerah tersebut.

Baca Juga: Baim Wong dapat Kabar Buruk! Nenek Iroh Mendadak Merintih Kesakitan Usai Lama Tak Ada Kabar

Hal ini menyebabkan baik anak perempuan maupun laki-laki tak menerima informasi apapun mengenai menstruasi.

Ibunya bungkam, bahkan sekolah juga tidak mengedukasi sama sekali.

Judy, seorang siswi menengah di Kuria Barat mengalami trauma karena pengalamannya melakukan transaksi seks dengan pembalut.

Saat pertama kali mengalami menstruasi, Judy masih duduk di kelas 7.

Dia sedang mengikuti pelajaran olahraga di sekolah dan temannya melihat ada darah di pahanya.

Judy yang baru pertama kali melihatnya bingung dan tak tahu harus berbuat apa.

Kemudian temannya, Mary meminta izin ke guru olahraganya untuk membawa Judy pulang karena tak enak badan.

Ternyata Mary telah mengatur pertemuannya dengan 2 pengemudi boda-boda dan memintanya untuk membelikan pembalut serta celana baru.

Judy segera mengenakan pembalut tersebut dan membawa beberapa sisanya untuk digunakan di rumah.

Mary meminta Judy untuk tidak memberitahu hal ini kepada orangtuanya serta mengingatkan Judy untuk berterima kasih kepada pengemudi boda-boda tersebut.

Mary mendesak Judy untuk menerima niat baik pengemudi boda-boda yang bersedia menyediakan pembalut setiap bulan.

Bahkan pengemudi boda-boda itu juga membelikan Judy telepon supaya bisa segera memberitahu jika ada masalah.

Baca Juga: Kesaksian Tetangga Soal Tabiat Pelaku Penyebar Video Asusila Mirip Syahrini

Jatuh ke dalam perangkap pengemudi boda-boda untuk berhubungan seks, Judy akhirnya hamil pada 2016 dan melahirkan bayi laki-laki pada 2017 lalu.

Judy menyesal hanya karena pembalut, dia rela melakukan hubungan seks.

Namun kini Judy kembali ke bangku sekolah berkat bimbingan dan konseling dari seorang guru.

Kemiskinan adalah masalah yang tersebar luas di Kenya,UNICEF ​​menemukan 7% perempuan dan anak perempuan yang mereka surveimenggunakan kain lama, potongan selimut, bulu ayam, lumpur dan koran, 46% menggunakan pembalut sekali pakai dan 6% menggunakan pembalut yang dapat digunakan kembali.

Bahkan ada yang sampai menggali tanah dan duduk disana berhari-hari selama periode menstruasi.

Selain itu, 76% perempuan dan anak perempuankesulitan mendapatkan fasilitas air dan sanitasi yang memadai untuk menstruasi.

Hanya 17,5%lembagapendidikanmemiliki air yang mengalir di dekat toilet serta fasilitas mencuci tangan dan sabun.

Kira-kira 30% dari sekolah sampel di Kenya menyediakan pembalut untuk siswa mereka tetapi dalam banyak kasus, pembalut hanya ditawarkan untuk keadaan darurat.

Baca Juga: Hanya karena Hal Sepele, Duel Berdarah terjadi antara Orang Stres dan Pengendara Motor di Deliserdang, Sama-sama Pakai Senjata Tajam, Keduanya Tewas Mengenaskan

Seorang siswi lain bernama Agnes nasibnya lebih beruntung dari Judy.

Dia berhasil lari dari pengemudi boda-boda dan menolak berhubungan seks.

Sayangnya, teman-temannya kurang beruntung.

"Sebagian besar teman-teman saya menderita karena kurangnya pembalut," katanya.

"Artinya kebanyakan menyerah pada pengemudi boda-boda yang membuat mereka hamil. Ini mengarah pada kehamilan anak dan keluarga yang dipimpin oleh anak-anak."

Satu dari sepuluh anak perempuan di Afrikaakan hilang dari sekolah selama masa menstruasi karena tidak memiliki akses ke produk sanitasi, atau tidak ada toilet yang aman di sekolah.

Meskidemikian, Kenya telah membuat kemajuan dalam masalah ini.

Melalui pemerintah, inisiatif UNICEF ​​dan mitra, sekitar 90.000 anak perempuan di 335 sekolah kini memiliki akses ke toilet yang aman dan higienisterkhusus untuk perempuan menstruasi.

Arikel ini telah tayang di Nakita dengan judulMiris! Demi Selembar Pembalut, Siswi di Kenya Melakukan Hubungan Intim

Editor : Adrie P. Saputra

Baca Lainnya