Memalukan, Wali Kota Ini Mabuk-mabukan Bareng Temannya saat Lockdown, Digerebek Malah Pura-Pura Mati

Jumat, 22 Mei 2020 | 08:30
BBC

Wali kota Tantara pura-pura mati.

Suar.ID -Seharusnya menjadi penutan rakyat, Wali Kota Tantara di Peru justru tidak memberikan contoh yang baik kepada masyarakatnya.

Bagaimana tidak, Jamie Rolando Urbina Torres justru pura-pura mati ketika polisi datang untuk menangkap pelanggar lockdown.

Ia tertangkap basah melanggar aturan mencegah virus corona, dengan minum-minum bersama temannya

Jamie Rolando Urbina Torres berbaring di peti mati sambil mengenakan masker saat hendak ditangkap di Tantara Senin malam (18/5/2020).

Baca Juga: Kebijakan Pemerintah Dituding tidak Terarah dalam Menghadapi Pandemi Corona, Luhut Pandjaitan: Bukannya tak Konsisten, tetapi...

Polisi menerangkan, sang wali kota ditangkap karena sudah melanggar jam malam untuk mencegah virus corona, dilansir Daily Mail Kamis (21/5/2020).

Saat itu, Urbina Torres ketahuan tengah minum-minum dengan temannya.

Bahkan, si pejabat publik mabuk saat penegak hukum mendatanginya.

Baca Juga: Lelang Keperawanan Rp 2 Miliar agar dapat Disumbangkan ke Korban Covid-19, Sosok Ini Bongkar Tujuan Selebgram Sarah Kiehl yang Sebenarnya hingga Membuat Publik Ambyar!

Tidak dijelaskan di mana Urbina dan Torres temannya mabuk-mabukan, atau mengapa sampai ada peti yang digunakannya untuk pura-pura mati.

Sang pejabat publik sebelumnya sudah dituding terlalu menganggap remeh wabah ini.

Dia tidak menerapkan standar keselamatan di seluruh kota.

Tantara, begitu juga dengan tempat lainnya di seluruh Peru, secara resmi memberlakukan lockdown dari pemerintah pusat 66 hari lalu.

Baca Juga: Sebelum Virus Corona, Inilah 5 Pandemi dan Epidemi Paling Mematikan dalam Sejarah, Ada yang Menewaskan 50 Juta Orang

Namun, warga lokal yang marah mengungkapkan, Urbina Torres hanya memenuhi aturan itu selama delapan hari.

Setelah itu dia mengabaikannya.

Dia menjadi sasaran kemarahan warganya dalam pertemuan kota pada 9 Mei.

Bahkan, pejabatnya menyerang balik ketika Torres memberi pembelaan.

Dia juga dituduh gagal untuk memberlakukan pemeriksaan keselamatan, untuk memastikan warga yang berada dari luar tak bisa masuk Tantara.

Kawasan Amerika Selatan kini menjadi episentrum baru Covid-19, di mana baik kasus infeksi dan kematiannya meningkat cepat melebihi wilayah lain di dunia.

Baca Juga: Gara-gara Lakukan Tindakan Tak Semestinya Ini, 15 Warga Sidoarjo Positif Virus Corona

Region tersebut kini sudah melaporkan 2,1 kasus penularan Covid-19. Jauh lebih banyak dari episentrum sebelumnya, Eropa, dengan 1,9 juta kasus.

Benua Biru memang masih menjadi kawasan dengan jumlah korban meninggal terbanyak dengan 169.000. Namun, angka kematian harian di Amerika Latin mengkhawatirkan.

Peru melaporkan 104.020 konfirmasi positif penularan dan 3.024 korban meninggal.

Berada dalam jajaran empat besar negara yang paling terdampak.

Total, kini ada lebih dari lima juta kasus positif di seluruh dunia, dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO) sempat melaporkan 106.000 kasus harian yang menjadi jumlah tertinggi.

Cerita Viral Lain di Amerika

Sudah dinyatakan meninggal dunia, seorang wanita asal Ekuador, Amerika latin justru bangun di rumah sakit.

Kejadian itu mungkin terdengar janggal, tetapi benar-benar terjadi.

Ialah Alba Maruri yang sudah dinyatakan meninggal dunia oleh rumah sakit karena Covid-19.

Ia dilarikan ke rumah sakit pada Maret 2020 lalu di Guayaquil, kota terbesar dengan kasus corona terbanyak dalam kondisi kritis.

Maruri kehilangan kesadaran setelah tiga pekan dirawat di rumah sakit.

Sebelumnya, ia dibawa dalam kondisi susah bernapas dan demam.

Perempuan 74 tahun itu kemudian dinyatakan meninggal dunia pada 27 Maret 2020.

Keluarga pun terpukul dengan kematian Maruri.

Karena ketidakmampuan rumah sakit dan pemerintah menangani korban tewas corona di Ekuador, keluarga terpaksa turun tangan sendiri.

Sebelumnya, ia dibawa dalam kondisi susah bernapas dan demam.

Perempuan 74 tahun itu kemudian dinyatakan meninggal dunia pada 27 Maret 2020.

Keluarga pun terpukul dengan kematian Maruri.

Karena ketidakmampuan rumah sakit dan pemerintah menangani korban tewas corona di Ekuador, keluarga terpaksa turun tangan sendiri.

Baca Juga: Pelihara Anak Anjing Lucu, Pria Ini Kaget saat Tumbuh Besar Peliharaannya jadi Binatang yang Berbeda

Seminggu kemudian jenazah Maruri dibawa pulang.

Tetapi karena takut tertular, mereka tak berani mendekati dan menyentuhnya.

Dikutip TribunMataram.com dari Kompas.com, Sabtu (25/4/2020), saat itu jenazah yang diduga adalah Maruri hanya nampak di bagian punggung, bukan wajahnya.

Keponakannya, Jaime Morla, menuturkan dia mengira jenazah itu bibinya, dan langsung memberitahukannya ke rumah sakit karena dia terlalu takut melihat wajahnya.

"Saya berada sekitar 1,5 meter. Dia punya rambut, kulit yang sama.

Bahkan, dia juga punya luka seperti yang diperoleh bibi saya," jelas Morla.

Akhirnya, jasad itu dibawa oleh keluarga Maruri dan dibawa untuk dikremasi, hingga Maruri sadar pada Kamis waktu setempat (23/4/2020).

Begitu terbangun, Maruri segera memberitahukan dokter siapa dia, dan meminta mereka untuk menghubungi saudaranya, Aura.

Keponakannya lain wanita itu, Juan Carlos Ramirez mengungkapkan tim medis segera pergi ke rumah Maruri untuk memberitahukan kesalahan itu."Hingga saat ini, mereka masih belum mengetahui jenazah siapa yang sudah kami bawa dan telanjur kami kremasi itu," ucap Ramirez.

Keluarga itu berencana menuntut rumah sakit atas biaya kremasi yang mereka keluarkan, dan juga rasa panik sudah mengambil jenazah yang lain.

Kepada media lokal Ekuador, saudari Maruri mengatakan rumah sakit memberi tahu mereka soal kabar baik itu, termasuk laporan dia akan dipulangkan.

"Ini keajaiban. Selama hampir sebulan, kami mengira dia sudah meninggal, Bayangkan. Belum lagi saya punya abu orang lain di rumah saya," kata Aura.

Otoritas di kota pelabuhan Guayaquil mencatat, ada 22.000 kasus positif Covid-19 dengan 576 di antaranya dinyatakan sudah meninggal.

Pemerintah setempat berujar, terdapat 1.060 kematian lain yang mungkin karena virus corona.

Seperti diketahui, Ekuador adalah negara terdampak terparah di Amerika Latin setelah Brasil.

Ekuador menjadi salah satu negara yang paling terdampak pandemi virus corona.

Padahal pada awal April lalu dilaporkan hanya ada sekitar 500 warga yang meninggal karena wabah.

Namun dalam beberapa hari terakhir, berbagai media Internasional seperti BBC Internasional, NPR dan CNN Internasional menyebut jumlah korban ternyata bisa mencapai 10 kali lipat dari laporan resmi.

Bahkan ada yang menyebutkan bahwa jumlah total kematian karena virus corona Covid-19 mencapai 6.700 orang di dua minggu pertama April 2020.

Kawasan Guayas disebut sebagai wilayah yang paling banyak terdampak.

Tak hanya hanya di Ekuador, tetapi di seluruh Amerika Latin diprediksi merasakan dampak wabah virus corona minimal dua kali lipat dari laporan resmi.

Artikel ini telah tayang di Tribun Matarm dengan judul Ketahuan Mabuk-mabukan saat Lockdown Cegah Corona, Wali Kota di Peru Pura-pura Mati saat Digerebek

Tag

Editor : Rina Wahyuhidayati

Sumber Daily Mail