Di Tengah Pandemi Corona, Mendikbud Nadiem Makarim Berikan 2 Skenario dalam Menghadapi Tahun Ajaran 2020/2021

Kamis, 21 Mei 2020 | 18:15
Tribunnews.com/ Reza Deni

Mendikbud Nadiem Makarim berikan 2 skenario dalam menghadapi tahun ajaran 2020/2021.

Suar.ID -Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mulai menyiapkan skenario tahun ajaran baru 2020/2021.

Skenario tahun ajaran 2020/2021 ini disiapkan lantaran pandemi Covid-19 yang belum mereda di Tanah Air.

"Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah siap dengan semua skenario," kata Nadiem Makarim dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR, Rabu (20/5/2020), melansir dari Tribun Jakarta.

Nadiem menuturkan Kemendikbud terus berkoordinasi dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

Baca Juga: Kehidupan Normal akan Mulai Dilakukan di Indonesia, Berikut 19 Panduan Aman yang Efektif untuk Cegah Corona

Menurutnya, keputusan Kemendikbud terkait format pelaksanaan tahun ajaran baru akan merujuk pada kajian Gugus Tugas.

"Mohon menunggu, saya pun tidak bisa memberikan statement apapun keputusan itu, karena itu dipusatkan di Gugus Tugas, tapi kami tentu terus berkoordinasi dengan Gugus Tugas," jelasnya.

Sementara itu, sebelumnya telah disampaikan bahwa Kemendikbud memutuskan tidak mengubah kalender akademik pendidikan pada masa pandemi Covid-19 ini.

Tahun ajaran 2020/2021 tetap dimulai pertengahan Juli 2020, sedangkan pembukaan kembali sekolah menunggu kondisi aman dari dampak Covid-19 sesuai dengan keputusan Gugus Tugas Covid-19 dan Kementerian Kesehatan.

Baca Juga: Tahun Ajaran Baru akan Dibuka, Anies Baswedan malah Syok saat Lihat Data Pasien Corona Kebanyakan Menyerang Usia Produktif: That's a Big Problem

Karena itu, estimasi optimistis sekolah dibuka pada pertengahan Juli sesuai kalender pendidikan, dengan tetap mengacu protokol kesehatan.

Jika pada pertengahan Juli kasus Covid-19 masih tinggi dan pembatasan sosial berskala besar masih diberlakukan, pembelajaran jarak jauh untuk pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (PAUD Dikdasmen) tetap dilanjutkan.

”Sekolah dibuka kembali paling cepat pertengahan Juli 2020, tetapi harus dilihat kondisi pandemi Covid-19 ini."

"Kami hanya menyiapkan syarat dan prosedur, terkait kondisi kesehatan dan keamanan terkait pandemi ini, itu ada di Satgas Covid-19 dan Kementerian Kesehatan,” kata Pelaksana Tugas Direktur Jenderal PAUD Dikdasmen Kemdikbud Hamid Muhammad dilansir Kompas.id, Selasa (12/5/2020).

Baca Juga: Siswa akan Mulai Belajar di Sekolah Lagi pada Bulan Juli, Berikut 3 Skema yang akan Diterapkan pada Tahun Ajaran 2020/2021

Skenario kedua, kata Hamid, pembukaan sekolah dilakukan secara parsial sesuai kondisi tiap-tiap daerah.

Jika suatu daerah sudah dinyatakan aman dari Covid-19, sekolah bisa dibuka meski di daerah lain belum aman.

Namun, harus ada kepastian yang didukung data bahwa daerah tersebut betul-betul aman Covid-19, keselamatan siswa harus menjadi prioritas utama.

Baca Juga: Ikuti Ajaran Sesat Gatot Brajamusti, Kakak Ipar Fairuz Blak-blakan Ungkap yang Dilakukan Selama Ikuti Aliran Itu, Hingga Terjerat Kasus Asusila

Sedangkan daerah yang belum aman tetap melanjutkan pembelajaran jarak jauh.

Hamid mengakui, pembelajaran jarak jauh yang diselenggarakan sejak pertengahan Maret 2020 masih jauh dari sempurna, tetapi itu satu-satunya jalan agar pendidikan tetap berlanjut pada masa pandemi ini.

Karena itu, jika PSBB diperpanjang, perlu ada strategi khusus agar pembelajaran jarak jauh dapat berlangsung lebih efektif, terutama bagi siswa baru.

Baca Juga: Inilah Desain Ibukota Indonesia yang Benama Nagara Rimba Nusa, Ada Ajaran Tri Hita Karana, Apakah itu?

”Untuk siswa baru, harus ada pertemuan awal untuk memudahkan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, mengingat siswa dan guru belum saling kenal."

"Pertemuan awal ini tidak harus satu kelas bersama-sama, tetapi bisa bergantian dengan mengacu protokol kesehatan.

"Memang harus ada ekstra usaha dari sekolah dan guru,” ujar Hamid.

(Tribun Jakarta)

Editor : Ervananto Ekadilla

Sumber : Tribun Jakarta

Baca Lainnya