Dulu cuma Dikenal sebagai Tukang Bangunan, Pria asal Kalimantan Ini jadi Buronan Agen FBI, Ternyata karena Hal Ini

Rabu, 20 Mei 2020 | 06:30
paulphuapoker.com

Sepak Terjang Pria Kalimantan sebagai Seorang Dewa Judi ini Ditakuti Amerika sampai Diburu FBI, Dulunya Ternyata Hanya Tukang Bangunan!

Suar.ID-Meskipun dianggap sebagai pekerjaan yang tabu dan identik dengan konotasi negatif, tak sedikit orang yang sukses menjadi penjudi profesional.

Salah satunya pria asal pulau Kalimantan bernama Paul Phua yang dikenal sebagai dewa judi internasional.

Sepak terjangnya sebagai dewa judi internasional bahkan pernah membuat Amerika ketar-ketir sampai membuat Paul Phua diburu FBI.

Baca Juga: Awalnya Iseng Minum AIr Rebusan Seledri Secara Rutin untuk Obat Rumahan, Darah Tinggi Orang ini Pun Perlahan-lahan Menghilang, Begini Kata Ahli..

Tetapi meski terkenal berasal dari Kalimantan, Phua bukan orang Indonesia, melainkan Malaysia.

Phua disebut sebagai salah satu bandar taruhan terbesar di dunia, dan selama bertahun-tahun ia telah memberikan pengaruh besar pada perjudian dunia.

Melansir dariESPN, Phua adalah sosok yang sederhana selama berkecimpung di dunia judi, ia telah mendirikan kerajaan perjudian di Hong Kong, Las Vegas, London, hingga Melbourne.

Awal mulanya ia hanyalah seorang pekerja kontruksi alias tukang bangunan, namun ketika ia hidup dengan perjudian kecil di Kuala Lumpur ia menemukan lingkungan yang menguntungkan.

Baca Juga: Sosok Tante Ernie yang Disebut Sebagai 'Pemersatu Bangsa' Trending Topik di Twitter hingga Difollow Hotman Paris, Sang Pengacara Langsung Kasih Ini

Dikatakan ia telah menghasilkan kekayaan sebesar 400 juta dolar AS (sekitar Rp6 Triliun).

Awalnya ia hanyalah seorang operator jamuan makan VIP di Macau.

Pada 2006 ia bekerja dengan Steve Wynn dan membuka Whynn Macau dan memperluas bisnis tersebut dan menjadi pemain poker.

Pada 2010, permainan judi Las Vegas mulai bergerak ke Macau, pemain seperti Tom Dwan, Phil Ivey, Chau Giang, Patrik Antonius, dan John Juanda pun pindah ke sana.

Pada 2011, pemain poker profesional lainnya telah bergabung di Macau.

Phua juga ikut bermain pada pertandingan ini pada tahun 2012. Phua memasuki World Series of Poker 2012 sebesar 1.000.000 dolar AS (sekitar Rp 15 miliar) Big One untuk satu acara Drop.

Pada 2012, Phua memenangkan Aspers 100 ribu poundsterling (sekitar Rp 1,9 miliar) High Roller.

Di London setelah mengalahkan Richard Yong ia mendapatkan uang terbesarnya, sebesar sekitar Rp 24 miliar.

Baca Juga: Kerap Tampil Syur dan Seksi, Model Cantik Ini Ternyata Mati-matian Jaga Keperawanannya, Ternyata Ada Alasan Khusus di Baliknya

Selama pertandingan uang tunai di Milies Aussie 2014, Phua terlibat dalam pot senilai 991 ribu dolar AS (sekitar Rp 15 milliar) melawan sesama pemain poker Macau, Lo Shing Fung.

Namun pada 2014 dirinya menjadi salah satu buruan FBI karena sepak terjangnya yang membahayakan.

Pada 5 Agustus 2014, Paul Phue berada di podium ruang sidang, saat dirinya diadili.

Ia diadili oleh Departemen Kehakiman karena ia, bersama tujuh orang lainnya, menjalankan perusahaan ilegal dalam taruhan Piala Dunia tahun 2014.

Tapi sama seriusnya dengan melanggar hukum game AS, kasus Phua lebih dari sekadar taruhan dalam pertandingan sepakbola.

Pasalnya aktivitas Phua merupakan indikasi meningkatnya kekhawatiran pemerintah AS tentang bagaimana, dan dari mana, uang mengalir ke Las Vegas dan sistem keuangan AS.

Namun, setelah penangkapan tersebut ia tidak benar-benar diadili karena FBI mengumpulkan bukti tanpa memperhatikan perlindungan konstitusi Paul Phua.

ESPN
ESPN

Penampilan Paul Phua di meja judi.

Dengan kata lain mereka tidak memiliki surat perintah untuk menangkap Phua, alhasil ia berhasil membuktikan keridakbersalahannya.

Namun, dalam keterangan lain ada campur tangan pemerintah yang membuatnya bisa lolos dari jerat hukum.

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judulDulu Hanya Tukang Bangunan, Dewa Judi Asal Pulau Kalimantan Ini Kini Berharta Rp6 Trilun Hingga Menjadi Buruan FBI Karena Sepak Terjangnya Membahayakan Amerika

Editor : Adrie P. Saputra

Baca Lainnya