Suar.ID -Maskapai penerbangan tertua kedua di dunia, Avianca Holdings, mengalami kebangkrutan setelah gagal membayar obligasi tepat waktu, sedangkan permintaan bantuan stimulus Covid-19 kepada pemerintah Kolombia sejauh ini tidak berhasil.
Maskapai terbesar kedua di Amerika Latin yang berbasis di Bogota akan menjadi maskapai besar pertama di dunia yang terpuruk akibat pandemi, menyadurdari Al Jazeera.
Seperti diketahui, Covid-19 yang berasal dari virus SARS-CoV-2 ini telah melumpuhkan seluruh perjalanan di dunia.
Avianca menangguhkan penerbangan penumpang yang dijadwalkan secara rutin sejak akhir Maret 2020 silam.
Sebagian besar dari total 22.000 karyawannya tidak dibayar selama krisis ini.
"Avianca menghadapi krisis yang paling menantang dalam sejarah 100 tahun kami," kata Kepala Eksekutif Avianca, Anko van der Werff, dalam rilis berita, Minggu (10/5/2020).
Sebenarnya Avianca mulai lemah sebelum ada pandemi corona.
Pengajuan bantuan kepada pemerintah mengundang sorotan bahwa maskapai penerbangan tidak bisa mengandalkan negara di ambang kebangkrutan karena pandemi ini.
Kendati demikian, Avianca masih mengharapkan stimulus dari pemerintah.
"Ini sama sekali tidak mengejutkan," kata Juan David Ballen, kepala ekonom pialang Casa de Bolsa di Bogota.
"Perusahaan itu sangat berutang budi, padahal faktanya mereka mencoba merestrukturisasi utangnya tahun lalu," tambahnya.
Avianca, maskapai penerbangan tertua kedua yang terus beroperasi di dunia setelah KLM, memiliki utang $ 7,3 miliar, sekitar Rp 108 triliun pada 2019.
Maskapai ini mengajukan kebangkrutan Bab 11 di New York dan mengatakan akan melanjutkan operasi ketika merestrukturisasi utangnya.
Asosiasi Penerbangan Sipil Kolombia (ACDAC), sebuah serikat pekerja yang mewakili banyak karyawan Avianca, mendukung langkah tersebut.
Sejatinya Avianca sudah mengalami kebangkrutan sejak awal 2000-an.
Maskapai tua ini diselamatkan oleh seorang pengusaha minyak kelahiran Bolivia, Jerman Efromovich.
Efromovich menumbuhkan Avianca secara agresif tetapi juga membebani operator dengan utang yang signifikan.
Membengkaknya utang membuat Efromovich sampai dikeluarkan dari maskapai tahun lalu saat kudeta dewan direksi yang dipimpin oleh United Airlines Holdings Inc.
Namun, hingga saat ini dia masih punya saham di sana.
United Airlines Holdings Inc. terancam kehilangan USD 700 juta atau Rp 10 triliun dari pinjaman Avianca.
Saat disinggung terkait pengaruhnya membuat Avianca bangkrut, Efromovich menyangkal hal tersebut.
Manajemen yang mengambil alih setelah Efromovich dipindahkan sudah berfokus pada reorganisasi pemotongan biaya yang dijuluki "Avianca 2021" sebelum krisis tahun ini.
Namun keuangan Avianca nampaknya masih tidak bisa diselamatkan.
Roberto Kriete, presiden dewan Avianca, mengatakan tahun lalu dalam sebuah pertemuan dengan karyawan bahwa maskapai itu bangkrut.
Bulan lalu, kantor akuntan Avianca, KPMG, mengatakan pihaknya memiliki keraguan substansial tentang kemampuan operator untuk bertahan setahun dari sekarang.
Yang paling mendesak, Avianca menghadapi pembayaran obligasi $ 65 juta atau Rp 968 miliar yang akan jatuh tempo pada Minggu ini.
Para analis berpikir maskapai tersebut tidakpunya solusi terkait hal ini. (Tribunnews/Ika Nur Cahyani)