Cuaca Panas di Indonesia ternyata tidak Cukup Efektif untuk Menghentikan Penyebaran Virus Corona, Ahli Beberkan Penyebabnya

Selasa, 14 April 2020 | 14:30
Kompas.com

Indonesia terletak di iklim tropis, namun virus covid-19 masih menyebar.

Suar.ID -Penyebaran wabah virus corona di seluruh dunia semakin bertambah.

Berbagai upaya untuk mencegah penularan virus corona atau Covid-19 terus dilakukan.

Bahkan, menurut beberapa sumber ada yang mengatakan bahwa penyebaran virus corona diperkirakan melambat ketika memasuki musim panas.

Hal tersebut karena diketahui virus senang bertahan hidup di tempat lembab.

Baca Juga: Klaim Negaranya Masih Bebas Virus Corona, Kim Jong Un Ancam Bakal Ada 'Konsekuensi Serius' Jika Virus Covid-19 Menyerang

Keyakinan tersebut diyakini oleh masyarakat Indonesia dengan kebiasaan berjemur.

Kebanyakan masyarakat Indonesia meyakini bahwa dengan berjemur bisa mencegah virus corona.

Padahal hal ini belum terbukti kebenarannya secara ilmiah.

Menyadurdari Daily Mirror, ilmuwan menjelaskan tentang keyakinan bahwa virus ini akan hilang pada musim panas.

Baca Juga: Viral Video Bule-bule di Bali Asyik Berpesta di Tengah Pandemi Virus Corona, Akhirnya Ini yang Terjadi setelah Warga Memergoki Mereka

Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional di Inggris telah menulis surat ke Gedung Putih terkait dengan kepercayaan masyarakat ini.

Dalam surat itu mereka menjelaskan tentang apakah virus corona akan berhenti menyebar di iklim yang lebih hangat.

Dalam surat tersebut tertulis, "Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa virus corona memiliki kemungkinan menular kurang efisien di lingkungan dengan suhu dan kelembapan sekitar yang lebih tinggi."

"Namun mengingat kurangnya imunitas inang, secara global, pengurangan efisiensi penularan ini mungkin tidak mengarah pada pengurangan penyebaran penyakit," tulisnya.

Baca Juga: Para Ahli Sudah Mewanti-wanti Gelombang Kedua Meski Indonesia Belum Sampai Puncak Pandemi Corona, Dapat Teratasi Jika Warga Lakukan Ini

Dalam surat itu mereka juga menjelaskan tentang studi wabah di China.

Di dalamnya menunjukkan bahwa bahkan dalam kondisi yang hangat dan lembab virus itu masih menyebar secara eksponensial.

Oleh karena itu, peneliti meminta masyarakat untuk tidak bergantung pada cuaca hangat untuk mencegah virus corona atau Covid-19.

Meskipun kita bisa berharap cuaca akan memberikan kontribusi pada pengurangan penularan, kita tidak bisa bergantung pada itu saja," ujar Dr William Schaffner, seorang ahli dari Vanderbilt University Medical Center.

Baca Juga: Gara-gara Kekuarangan APD, Para Perawat Ini Gunakan Kantong Plastik Sampah untuk Melindungi Diri dari Virus Corona, Namun Endingnya Berujung Malang

Menurutnya, masyarakat tetap harus mengutamakan physical distancing untuk mengurangi penularan virus corona.

"Kita tetap harus mengutamakan jarak sosial dan langkah untuk mengurangi penularan," katanya.

Sebelumnya, Donald Trump meyakinkan bahwa virus ini dapat sedikit melambat pada musim hangat.

"Sepertinya pada bulan April, Anda tahu secara teori ketika iklim menjadi lebih hangat, virus secara ajaib akan menghilang," ujar Donald Trump.

Baca Juga: Astaga! Perawat Ini Langsung Positif Corona dan Keadaannya Kritis Gara-gara Tangani Pasien Covid-19 tanpa Alat Ini

Namun ucapan Trump tidak berdasarkan fakta ilmiah yang akhirnya diluruskan oleh ilmuwan melalui sebuah surat yang dikirim ke Gedung Putih.

Menurut keterangan, temperatur di Eropa akan naik ke 25 derajat celcius, menjelang akhir April.

Kemudian di wilayah Indonesia dan Asia yang beriklim tropis akan segera memasuki musim panas pada awal Mei.

Namun, fakta ini tidak bisa dijadikan acuan bahwa virus corona akan lenyap pada saat pergantian cuaca, yang perlu diperhatikan adalah kita tetap waspada dan utamakan keselamatan.(Tribunnews Wiki)

Editor : Ervananto Ekadilla

Sumber : Daily Mirror, Tribunnews Wiki

Baca Lainnya