Suar.ID -Virus corona memberi dampak luar biasa bagi para pelaku bisnis termasuk presenter Ruben Onsu.
Bisnis rumah makan Ruben Onsu memiliki banyak cabang di Indonesia dengan karyawan mencapai 6500 orang.
Tak pelak ini pun membuat suami Sarwendah itu pontang-panting memikirkan nasib karyawannya.
Tak hanya bisnisnya yang terdampak, bahkan telah 3 minggu Ruben Onsu tak bekerja sebagai presenter.
Sarwendah mengaku tak tega melihat beban yang ditanggung suaminya.
Mantan personel Cherrybell itu bahkan menangis melihat pengorbanan Ruben Onsu demi karyawannya.
Sarwendah pun membagikan bagaimana kondisi mereka saat ini melalui kanal Youtube The Onsu Family, (12/4/2020).
"Aku menulis ini, dimana ini suasana yang kami rasakan, terutama suamiku," tulis Sarwendah
Dari sisi postif Ruben Onsu kini lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga.
Namun Sarwendah yakin pikiran sang suami ada di tempat lain.
"Saya yakin badannya di sini, tapi pikirannya di kerjaan," tambah Sarwendah.
Melihat hal tersebut, Sarwendah sangat mencemaskan Ruben Onsu.
Sarwendah tak kuasa menyembuyikan rasa khawatirnya pada sang suami.
Yang lebih dikhawatirkan Sarwendah adalah ketika Ruben Onsu memndam semuanya seorang diri.
"Karena tak ada pembahasan lain yang dia bahas, kecuali rasa khawatir yang saya rasa dosisnya kalau tidak ada yang mengontrol pasti dia akan tertekan dan memendam sendiri," tulis Sarwendah.
Pandemi virus corona ini, diakui Sarwendah, sampai membuat Ruben Onsu panik luar biasa.
"Di situ saya lihat dia selalu panik jika ada yang datang membahas corona.
Paniknya kembali tidak terkontrol, karena saya tahu dia bingung harus berbuat seperti apa," ungkap Sarwendah.
Bahkan karena kepanikan yang diperlihatkan suaminya, Sarwendah sampai mewanti-wanti karyawan.
Agar jangan ada yang membahas virus corona di depan Ruben Onsu.
"Saya berpikir untuk setiap yang datang, atau asisten saya briefing semua untuk jangan pernah membahas tentang virus corona di rumah ini," ucap Sarwendah.
Terlebih tak tersaringnya berita hoax juga hanya akan menambah kepanikan belaka.
"Karena kami sudah harus bisa memilih mana yang bisa dijadikan edukasi dan mana yang tidak bisa diterima oleh pikiran kami. Karena kami ingin dijauhkan dari segala berita hoax yang menakuti kami," tambahnya.