Operasi Permadani Terbang: Sebuah Misi Rahasia Soeharto untuk Benny Moerdani dengan Kirim 2.000 Pucuk Senjata

Rabu, 11 Maret 2020 | 08:30
instagram.com/ @hputrasoeharto (tangkap layar)

Presiden Soeharto

Suar.ID- Sudah bukan rahasia lagi jika Soeharto pernah memimpin Indonesia selama puluhan tahun.

Di balik perjalanan panjangnya jadi orang nomor satu di Indonesia, kehidupan Soeharto tentu menyimpan banyak teka-teki yang belum pernah terpecahkan.

Banyak hal yang dilakukan Soeharto untuk Indonesia, namun sampai kini seolah masih menjadi rahasia bagi negara.

Selama 32 tahun menjadi presiden RI, Soeharto pernah beberapa kali melakukan misi super rahasia yang dipercayakan kepada Benny Moerdani.

Baca Juga: Sahabat Beberkan Nikita Mirzani sedang Lakukan PDKT dengan Seorang Duda, Siapa?

Salah satu misi super rahasia Soeharto adalah pembelian 32 pesawat tempur bekas A-4E Skyhawk milik Israel pada 1979.

Melansir dari buku berjudul "Benny Moerdani Yang Belum Terungkap", berikut cerita misi super rahasia Soeharto.

Nama sandi misi super rahasia ini adalah Operasi Alpha, diambil dari huruf depan pesawat A-4E Skyhawk yang akan dibeli.

Baca Juga: Pipi Betrand Peto Dicakar Penggemarnya hingga Berdarah saat sedang Bernyanyi di Panggung, Ruben Onsu: Dia Bingung

Pembelian pesawat tempur bekas A-4E Skyhawk secara diam-diam ini dilakukan karena Indonesia saat itu tak punya hubungan diplomatik dengan Israel.

Wikipedia
Wikipedia

A-4-Skyhawk

Ashadi Tjahjadi dalam bukunya berjudul "Loyalitas Tanpa Pamrih", menceritakan Benny Moerdani memberikan ancaman kepada para anggota yang ikut dalam misi super rahasia itu.

Benny mengancam tidak akan mengakui kewarganegaraan mereka jika misi ini gagal.

"Yang ragu-ragu silahkan kembali sekarang," ucap Benny di dalam buku Ashadi Tjahjadi.

Misi super rahasia ini cukup merepotkan intelijen Indonesia karena harus mengirim tim mulai dari teknisi hingga pilot, tentunya dengan diam-diam.

Semua identitas prajurit yang dikirim dalam misi ini dibuang di laut Singapura.

Bahkan, untuk menjaga kerahasiaan, mereka menyebut Israel dengan Arizona (negara bagian AS).

Djoko Poerwoko, salah satu anggota tim, dalam bukunya berjudul "Menari di Angkasa", menceritakan bahwa awalnya mereka terbang ke Frankfurt, Jerman.

Kolase Tribun Jabar
Kolase Tribun Jabar

Benny Moerdani

Setelah beberapa kali ganti pesawat, mereka tiba di bandara Ben Gurion, Tel Aviv, Israel.

Di sana, para pilot itu langsung digiring petugas tanpa sempat menyerahkan surat jalan.

Baca Juga: Viral Video Siswi SMK yang Dilecehkan Teman-temannya, Lihat Aksi ini Nikita Mirszani Langsung Murka: Kok Makin Gila Gini Sih!

"Betapa hebatnya agen rahasia Mossad (intelijen Israel) yang dapat cepat mengenali penumpang gelap tanpa paspor," kata Djoko dalam bukunya.

Misi super rahasia Operasi Alpha berakhir pada 20 Mei 1980.

Tim ini kemudian pulang ke Indonesia melalui Washington.

Kemudian mereka ke Arizona, masuk ke pangkalan US Marine Corps

Selama tiga hari mereka menjalani pelatihan versi Marine Corps, dan pada hari terakhir mereka diwajibkan berfoto dengan A-4E Skyhawk milik AS.

"Ini sebagai kamuflase intelijen," kata Djoko dalam bukunya.

Kembali ke Indonesia, mereka memamerkan Skyhawk ke publik pada peringatan HUT ABRI, 5 Oktober 1980.

Selundupkan 2000 Senjata ke Afganistan

Di samping itu, Soeharto juga pernah memerintahkan misi rahasia lain yakni menyelundupkan 2000 senjata ke Afganistan.

Hal ini berawal saat pasukan Uni Soviet akan menduduki Afganistan, sehingga membuat Amerika Serikat yang sedang perang dingin pun mulai gusar.

Indonesia di bawah kepemimpinan Soeharto yang saat itu memang dekat dengan Amerika Serikat, lantas memutuskan untuk membantu.

Soeharto mengutus Asisten Intelijen Pertahanan dan Keamanan, Benny Moerdani untuk bertemu dengan kepala intelijen Pakistan.

Baca Juga: Tafsir Mimpi Sedang Buang Air Kecil, Pertanda Apakah ini Sebenarnya?

"Pertemuan itu membahas permintaan pejuang Afganistan dan intelijen Pakistan untuk penyediaan logistik, obat-obatan, dan persenjataan buat pejuang Afganistan," kata Marsekal Madya (Purn) Teddy Rusdy yang saat itu menemani Benny.

Lalu, disepakatilah operasi bersama yang diberi nama Babut Mabur atau permadani terbang.

Tribunnews.com/ Dennis Destryawan
Tribunnews.com/ Dennis Destryawan

Ilustrasi senjata

Operasi ini untuk mengirimkan senjata-senjata sumbangan dari Uni Soviet yang diterima Indonesia saat Trikora, diserahkan kepada pejuang Afganistan.

Tentu saja atas persetujuan Presiden Soeharto.

Teddy Rusdy dalam buku biografinya yang berjudul "Think Ahead" menyebut senjata itu diangkut ke Jakarta dan disimpan di bandara Halim Perdanakusuma.

"Waktu itu terkumpul 2000 pucuk senjata, cukup untuk dua batalion" kata Teddy.

Pekerjaan berikutnya, Teddy diperintah Benny untuk menghapus nomor seri senjata-senjata itu.

Baru pada Juli 1981, persiapan pengiriman mulai dilakukan.

Semua senjata dimasukkan ke peti dan diberi tanda palang merah.

Sebagai kamuflase, peralatan tempur ini dicampur dengan obat-obatan dan selimut.

Teddy juga ditugasi Benny mengantar peti-peti tersebut dengan kargo udara, memakai Boeing 707 milik Pelita Air.

Pesawat ini diawaki kapten Arifin, Andullah, dan Danur.

Seluruh aktivitas Teddy dipantau Benny dari Jakarta.

Benny juga meminta Teddy terus berkomunikasi menggunakan scrambler atau peralatan komunikasi milik intelijen.

Saat pesawat mendarat, intel Pakistan sudah siaga dengan membawa 20 truk.

Misi penyelundupan senjata pun sukses dan berhasil diterima oleh pejuang Afganistan.(Surya.co.id/Putra Dewangga Candra Seta)

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judulMisi Super Rahasia Soeharto di Israel, Benny Moerdani Ancam Tak Akui Kewarganegaraan Jika Gagal

Editor : Adrie P. Saputra

Baca Lainnya