Muncul Penyakit Mengerikan nan Mematikan di Afrika, Gejalanya Telapak Tangan dan Mata Menguning lalu Muncul Pendarahan lalu Meregang Nyawa, Negara Ini Lagi-lagi Dituding Jadi Biang Keladinya

Rabu, 04 Maret 2020 | 11:30
World of Buzz

Penyakit misterius muncul di Etiopia.

Suar.ID -Di tengah pemberitaan yang membabi buta soal virus corona, ternyata ada yang "terabaikan" di belahan dunia lainnya.

Persisnya di Etiopia, wilayah tersebut sedang diserang wabah penyakit misterius yang telah menelan banyak jiwa.

Penyakit apa itu?

The Guardian melaporkan, sebuah penyakit misterius muncul di Afrika tepatnya di Ethiopia di mana penduduknya meninggal setelah menderita gejala parah.

Baca Juga: Belum Selesai Soal Virus Corona, Penyakit Misterius Baru Ditemukan di Nigeria, Sudah Menginfeksi 100 Orang, 15 Orang Diantaranya Meninggal Dunia!

Masih menurut laporan yang sama, mereka yang terinfeksi akan menunjukkan gejala mata dan telapak tangan menguning.

Tak berhenti di situ, mereka juga akan mengalami pendarahan dari hidung dan mulut.

Tubuh mereka kemudian mulai bengkak, hingga alami demam.

Mereka yang sudah dalam kondisi ini, akan mengalami kurang nafsu makan, dan sulit tidur hingga berakhir meningggal dunia.

Sayangnya informasi tentang penyakit ini sedikit diketahui dan disorot dunia, namun belakangan kabar beredar menyebut China adalah penyebab munculnya penyakit ini.

Lantas bagaimana bisa penyakit yang berada di Afrika disebabkan oleh China?

Menurut beberapa penelusuran, banyak yang menyebut penyakit misterius ini muncul dari proyek gas alam China terdekat di wilayah Somalia Ethiopia.

Para pejabat di Addis Ababa membantah tuduhan krisis kesehatan di wilayah itu menskipun ada kecurigaan air disana sudah tercemar limbah kimia.

"Ada racun mengalir dalam curah hujan dari Calub (ladang gas) dan bertanggung jawab atas epidemi ini," kata salah satu korban bernama Khadar Abdi Abdullahi.

Korban berusia 23 tahun dari kota Jigjiga jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit.

Baca Juga: Heboh Teror Ular Kobra Masuk Rumah, Paranormal Kondang ini Berikan Peringatan: Pertanda Datangnya Penyakit Misterius!

Namun, dokter mengeluarkannya karena mereka mengatakan tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan untuk merawatnya. Korban akhirnya meninggal.

Penasihat pemerintah daerah Somalia mengklaim bahwa "ada penyakit baru yang belum pernah terlihat sebelumnya di daerah ini."

"Tanpa perlindungan kesehatan publik, sangat jelas bahwa POLY-GCL menggunakan bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia."

Dilaporkan bahwa Petroleum Investment POLY-GCL China tahun lalu mengkonfirmasi rencana untuk membangun pipa gas alam sepanjang 767 km yang membentang dari Ethiopia ke Djibouti.

Hal itu untuk mengangkut gas Ethiopia ke terminal ekspor di negara Laut Merah.

Seorang mantan insinyur dari perusahaan China menuduh ada tumpahan cairan pengeboran termasuk asam sulfat yang secara teratur mencemari lingkungan.

Tumpahan ini menjadi racun mentah dan membuat negeri tersebut mengalami pandemi mengerikan.

Penduduk mati karena racun yang tumpah akibat kecerobohan China yang tidak terkonfirmasi dan hingga kini bahkan tidak diketahui dunia.

Baca Juga: Akhirnya Terbongkar, Ternyata di Momen Inilah Ahmad Dhani Bertemu Irwan Mussry untuk Pertama Kalinya, Tampak yang Satu Kikuk yang Satu Selow Saja

Menurut keterangan wabah tersebut sudah muncul sejak beberapa tahun silam, sementara data yang tercatat koban sudah ada sejak 2014.

Xuseen Sheekh Siraad, ketua distrik Dhoobaweyn, memperkirakan setidaknya ada 2.000 kematian sejak 2014.

Sebagian besar korban adalah pengembala nomaden, atau orang yang pindah-pindah rumah, yang kontaknya dengan pemerintah Ethiopia terbatas.

Banyak yang menguburkan mayat mereka tanpa memberi tahu pejabat setempat.

Sebagian besar mereka tidak berobat, dan meninggal tanpa teridentifikasi oleh petugas medis, namun diketahui mereka memiliki gejala yang sama.

Artikel ini sudah tayang di Intisari dengan judul Lagi-lagi China Disebut Biang Keladinya, Muncul Penyakit Misterius di Afrika, Pasien Alami Telapak Tangan dan Mata Menguning, Pendarahan Lalu Mati, Sudah Ada 2.000 Orang Mati

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya