Suar.ID -Suami dari penyanyiBunga Citra Lestari (BCL),Ashraf Sinclair, meninggal dunia akibat serangan jantung, Senin (18/2/2020) pagi.
Kabar meninggalnyaaktor asal Malaysiaini sangat mengejutkan banyak pihak, mengingat usia Ashraf relatif muda, yakni 40 tahun.
Melansirdari Antara, Dodi yang merupakan manajer dari BCL bahkan menyebut Ashraf tak memiliki riwayat penyakit jantung.
Aktor peran kelahiran Croydon, Inggris, ini dikenal sebagai sosok yang gemar berolahraga dan menjalani gaya hidup sehat.
Hal tersebutsering diunggahdi akun Instagramnya @ashrafsinclair.
Ashraf kerap menunjukkan momen ketika dirinya berolahraga baik fitness, berenang, maupun bermain golf.
Masalah jantung yang menimpa orang yang rajin berolahraga atau olahragawan memang bukan cerita baru.
Pada 2019, mantan penjaga gawang Real Madrid, Iker Casillas juga pernah masuk rumah sakit saat berlatih bersama skuat FC Porto karena mengalami serangan jantung.
Kiper berusia 38 tahun itu tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri saat sesi latihan, Rabu (1/5/2019).
Lantas, mengapa orang yang masih muda dan dikenal rajin berolahragadapat terkena serangan jantung?
Serangan jantung yang menimpa Ashraf menunjukkan bahwa penyakit itu bukan lagi momok yang menyerang orang-orang yang berusia tua.
Penelitian yang dipublikasikan di AHA Journal Circulation bahkan menyebutkan bahwa penyakit jantung semakin banyak menyerang kaum muda, terutama perempuan.
Disadur dari American Heart Association, penelitian itu melibatkan sampel sebanyak 28.000 orang yang dirawat di rumah sakit akibat serangan jantung pada 1995-2014.
Hasilnya, sebanyak 30 persen di antaranya atau sekitar 8.400 orang yang mengalami serangan jantung berasal dari kelompok usia 35-54 tahun.
Saat penelitian awal, para peneliti menemukan penderita usia muda hanya sebanyak 27 persen.
Namun, jumlah tersebut meningkat menjadi 32 persen dan menunjukkan bahwa penderita muda semakin bertambah dari waktu ke waktu.
Hasil penelitian tersebut senada dengan pernyataan Ratih Febriani, dokter jantung di Rumah Sakit Universitas Indonesia.
Diwartakan olehKompas.com, Ratih mengungkapkan bahwa semakin banyak orang yang berusia 30-an tahun menderita serangan jantung.
Tak sedikit pula penderita muda tersebut yang sebelumnya terlihat sehat dan tak memiliki riwayat penyakit apapun dalam keluarganya.
"Banyak juga pasien-pasien saya usia 30 tahun, 32 tahun sudah mengalami toleransi glukosa terganggu. Kalau normalnya kurang dari 100, ini sudah 110-120," kata Ratih.
Menurut Ratih, kondisi tubuh yang tampak sehat dengan aktivitas olahraga yang cukup tak menjamin seseorang terbebas dari risiko penyakit jantung.
Melakukan pemeriksaan kesehatan atau medical check-up (MCU) secara rutin merupakan satu-satunya cara memastikan terbebas dari penyakit jantung.
Ratih menduga, perubahan pola konsumsi masyarakat menjadi salah satu penyebab pergeseran usia penderita jantung.
Konsumsi makanan dan minuman manis secara berlebihjuga bisa menambah risiko seseorang terkena penyakit jantung.
Disadurdari Cleveland Clinic, penyebab utama penyakit jantung pada usia muda adalah gaya hidup dan diabetes tipe 2.
Penyakit jantung juga bisa disebabkan faktor lain seperti obesitas, diet yang buruk, kurang olahraga, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, merokok, dan riwayat penyakit keluarga.
Sementara itu, salah satu penyebab seseorang yang rajin berolahraga mengalami serangan jantung fatal adalahkarena tidak melakukan pre-participation screening.
Haltersebutdisampaikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah di RS Pusat Jantung Harapan Kita, Prof Dr dr Yoga Yuniadi Harkit, SpJP(K) kepada Kompas.com.
"Mereka sebelumnya tidak melakukan pre-participation screening, jadi screening kesehatan sebelum melakukan aktivitas fisik olahraga atau kompetisi olahraga," kata Yoga,melansir dari Kompas.com.
"Itu penting untuk dilakukan, karena kita merasa sehat dengan rajin olahraga itu kan belum tentu kita sehat dalam konteks yang sebenarnya," lanjut Yoga.
Dalam pre-participation screening atau pemeriksaan awal itu terdapat banyak hal yang dicek, termasuk salah satunya pemeriksaan kesehatan jantung melalui elektrokardiogram (EKG).
"Kalau dia selama ini status kesehatannya critical, kemudian dibawa olahraga seperti itu, bisa memicu serangan (jantung)," ujar Yoga.
Terlebih, tandas Yoga, penyakit jantung seringkali menyerang seseorang tanpa terdeteksi sejak awal.
"Pada dasarnya mereka tidak tahu bahwa sebetulnya mereka sudah punya penyakit jantung yang tidak terdeteksi sebelumnya," tutur Yoga.
Karena itu, senada dengan Ratih, Yoga menyarankan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh guna memastikan tak memiliki resiko penyakit jantung.(Bolasport)