Suar.ID - Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (BTP) menceritakan masa-masa sulitnya melewati hari-hari hidup di penjara.
Pria yang kerap disapa Ahok itu mengakui dirinya berada pada puncak stres saat masuk ke tahanan.
Ia mengatakan saking emosinya, semua orang jadi korban amarahnya.
Bahkan tak terkecuali Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Pernyataan tersebut dilontarkan oleh Ahok ketika dirinya berbicara saat acara peluncuran buku 'Panggil Saya BTP' di Gedung Tempo, Palmerah, Jakarta Barat, Senin (17/2/2020).
Dilansir dari video unggahan kanal YouTube KompasTv, Selasa (18/2/2020), awalnya Ahok mengatakan bahwa saat menghadapi masa tahanan dirinya sangat emosional, ia marah kepada semua orang di sekitarnya.
Ahok mengakui Jokowi juga menjadi korban dari amarahnya.
"Marah sama semua orang," kata Ahok.
"Termasuk kepada Pak Jokowi?" tanya seorang audiens.
"Iya, semua saya marah," jawab Ahok disambut tepuk tangan dan tawa dari audiens yang hadir dalam acara tersebut.
Saat Ahok mengatakan dirinya juga marah kepada Jokowi, para audiens yang hadir tertawa mendengarnya.
Ahok kemudian menceritakan pertemuannya dengan mantan Dirut Pertamina Massa Manik.
Pada pertemuan tersebut, Ahok mendapatkan saran agar tidak stres berkepanjangan ketika berada di tahanan.
"Usahakan secepat mungkin masuk ke puncak stres, supaya kamu cepat balik. Karena sifat manusia kan begitu," cerita Ahok.
Setelah mencapai puncak stres, Ahok mulai memahami alasan dirinya menjadi tempramental.
Ia tidak terima dirinya dipenjara karena kasus yang kala itu menimpanya.
Ahok mengatakan hanya dirinya gubernur yang dipenjara di luar kasus Operasi Tangkap Tangan (OTT).
"Saya marah, saya enggak terima, saya selalu berpikir hanya agresi militer Belanda, yang gubernur aktif bukan OTT ditangkap, masuk penjara, kita bukan negara penjajah kok, saya marah," jelasnya.
Ahok mengakui setelah menerima keadaannya dan mengetahui alasan dirinya marah, perlahan ia mulai melewati masa-masa tres tersebut.
Ia justru belajar memaafkan orang dari kehidupannya di penjara.
"Tapi begitu saya masuk itu, saya bisa mengerti enggak boleh marah, memaafkan orang, plong," ujar Ahok.
Ahok yang dibui karena kasus penistaan agama memahami bahwa ketika benci terhadap orang lain, hal itu justru akan berdampak negatif terhadap dirinya sendiri.
"Jadi saya belajar, kalau kita benci sama orang, kita yang sakit," tuturnya.
Ahok kemudian menemukan cara untuk menyalurkan emosinya yakni melalui menulis.