Suar.ID -Sering kali hasil pertanian kita yang melimpah enggak bisa sepenuhnya terserap di pasaran.
Banyak faktornya, salah satunya adalah hasil panen membusuk lebih cepat.
Situasi seperti ini jelas merugikan para petani kita.
Potensi penghasilan yang harusnya diperoleh menjadi berkurang.
Untuk informasi, di Indonesia hasil pertanian yang akhirnya dapat dijual hanya 25-30 %.
Tentu saja ini berbanding terbalik dengan negara-negara yang mempunyai pengelolaan pertanian maju.
Di Amerika Serikat dan Australia, misalnya, hasil pertanian yang bisa masuk ke pasar dapat mencapai 70% lebih.
Pada dasarnya produk pertanian seperti sayur, buah, daging, dan ikan memang mudah rusak dan busuk.
Penyebabnya bisa bermacam-macam.
Di antaranya,penyebab busuk pada sayur dan buah karena berkembangnya mikroorganisme karena dibiarkan terlalu lama di tempat terbuka.
Biasa juga karena reaksi oksidasi antara daging dengan udara.
Jelas perlu upaya-upaya khusus untuk menjaga agar buah, sayur atau daging tetap segar.
Cara paling efektif dengan menyimpan di gudang yang mempunyai sistem pendingin.
“Gudang penyimpanan berpendingin yang didukung sistem teknologi terkini sangat penting agar produk pertanian awet dan kualitasnya terjaga,” kata Sariyo, Direktur TaniSupply, saat ditemui di Bedugul, Bali, Jumat (31/1) lalu.
Baca Juga: Nekat Pakai Teknologi Israel, Ethiopia Kini Jadi Negara Surga Pertanian dan Makmur
Pada akhirnya teknologi menjadi makin penting untuk penyimpanan hasil pertanian.
Meski begitu, tidak banyak pelaku usaha agribisnis yang menerapkan sistem itu.
Apalagi petani kecil, hal ini disebabkan karena tingginya biaya investasi untuk membangun tempat penyimpanan atau gudang seperti itu.
Di Indonesia baru sejumlah retail modern dan distribution center saja yang sudah menerapkannya.
Dan TaniHub adalah sedikit dari pelaku bisnis sektor pertanian yang berkomitmen untuk membangun gudang penyimpanan hasil pertanian berteknologi modern.
"Di Indonesia tidak banyak pemain agri seperti kami yang lengkap mulai dari penerimaan, penyimpanan, dan pengiriman. Dan makin menantang karena TaniHub menerima berbagai jenis produk pertanian yang membutuhkan penangan berbeda-beda," jelas Sariyo.
Saat ini TaniHub telah mempunyai empat warehouse merangkap distribution center yang tersebar di Bogor, Bandung, Surabaya, dan Bali yang baru saja diresmikan 30 Januari 2020 lalu.
Gudang penyimpanan TaniHub di Bali terletak di Denpasar. Berdiri di atas lahan seluas 1000 m2.
Pembangunan warehouse dengan nett area 800 m2 itu menelan nilai investasi mencapai Rp 15 miliar.
Merupakan penyempurnaan dari tiga warehouse sebelumnya yang ada di Bogor, Bandung, dan Surabaya.
Gudang ini dapat menampung 20 ton buah dan sayur serta 15 ton daging dalam sehari.
Dan telah dilengkapi cold room dengan suhu proses standard 0 sampai -4 derajat celcius untuk menyimpan ikan segar dan ayam segar.
Selain itu ada frozen room untuk penyimpanan daging dan ayam beku yang mempunyai suhu dibawah -20 derajat.
"Juga ada IQF (Individual Quick Freeze) berbentuk lemari berteknologi terbaru yang lebih menghemat tempat serta energi,” tambah Sariyo melengkapi.
Gudang-gudang yang dimiliki TaniHub digunakan untuk menampung hasil pertanian dari para petani yang telah menjadi mitra TaniHub.
Menjadi solusi dalam mengatasi persoalan tempat penyimpanan berpendingin untuk menampung hasil panen.
Diharapkan inisiatif-insiatif seperti yang telah dilakukan startup pertanian TaniHub makin banyak bermunculan.
Agar hasil pertanian kita semakin produktif, sehingga mengurangi ketergantungan Indonesia pada produk-produk pertanian impor. Mandiri dari hasil negeri sendiri.