Suar.ID -Proyek revitalisasi Monumen Nasional alias Monas sedang ramai-ramai dibicarakan.
Hal ini lantaran adanya penebangan sejumlah pohon demi proyek tersebut.
Tak pelak, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta langsung jadi sasaran kritik.
Para pengritik itu menyayangkan keputusan Pemprov DKI yang mengorbankan pohon-pohon di sana untuk membangun plaza.
Sejumlah pejabat Pemprov DKI sebenarnya menyatakan pohon-pohon yang ditebang akan dipindahkan ke area lain di Monas.
Namun, keberadaan pohon-pohon yang ditebang dan katanya akan dipindahkan itu tak diketahui pasti keberadaannya.
Arsitek pemenang sayembara desain kawasan Monas Deddy Wahjudi pun akhirnya angkat bicara.
Deddy mengatakan, revitalisasi sisi selatan Monas tidak harus menebang sejumlah pohon yang tumbuh di sana.
Dalam desain asli yang dia buat, plaza di sisi selatan Monas harusnya dibangun di area perkerasan, bukan area yang ditumbuhi pepohonan.
Namun, pada saat revitalisasi dilaksanakan, plaza itu dibangun lebih lebar di setiap sisinya sehingga mengorbankan pohon-pohon yang tumbuh di sekitar area perkerasan itu.
Deddy dan timnya tidak dilibatkan saat pengembangan desain hasil sayembara dan eksekusi proyek itu.
"Saya melihat ada pelebaran sisi selatan yang mengakibatkan mungkin terkena pohon. Kalau kami ada di sana, dalam pengambilan keputusan, bisa menyarankan bahwa biar saja plaza melebar, tapi pohon-pohonnya tetap dipertahankan," kata Deddy, Kamis (30/1/2020).
Dia menyatakan, dia dan timnya mengedepankan prinsip konservasi terhadap alam saat membuat desain untuk revitalisasi Monas.
Oleh sebab itu, penebangan pohon sebisa mungkin harusnya dihindari.
Deddy pun menyayangkan penebangan pohon demi revitalisasi sisi selatan Monas tersebut.
Dia berharap, Pemprov DKI Jakarta lebih berhati-hati saat melanjutkan revitalisasi Monas di sisi yang lainnya.
"Mungkin timnya berbeda sehingga kontraktor melihat itu begitu saja, tutup mata, gitu, sehingga memang ya sayang saja, kami menyayangkan," ujarnya.
Di sisi lain, Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta Saefullah mengklaim, ruang terbuka hijau (RTH) di kawasan Monas akan bertambah menjadi 64 persen dari total luas Monas, setelah direvitalisasi.
Saefullah menjelaskan, berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 25 Tahun 1995 tentang Pembangunan Kawasan Medan Merdeka di Wilayah DKI Jakarta, RTH di kawasan Monas sebesar 53 persen.
Sementara di aturan turunan keppres itu, yakni Keputusan Gubernur (Kepgub) Nomor 792 Tahun 1997 tentang Rencana Tapak dan Pedoman Pembangunan Fisik Taman Medan Merdeka, RTH di kawasan Monas sebesar 56 persen.
"Sesuai Keppres 25/1995 itu, ruang terbuka hijau yang ada di sana itu 53 persen, lalu turunan keppres itu adalah kepgub, itu ruang tebuka menjadi 56 persen. Hasil sayembara, RTH menjadi 64 persen, jadi naik," ujar Saefullah, kemarin.
Beberapa waktu lalu, Saefullah menjelaskan ada 85 pohon yang ditebang dalam rangka revitalisasi sisi selatan Monas.
Sebanyak 85 pohon itu dipindahkan ke area lain di kawasan Monas.
Karena itu, dia mengklaim tidak ada pengurangan RTH.
Di sisi lain, Saefullah berujar, dalam Keppres Nomor 25 Tahun 1995, ada jalan lingkar di dekat pagar kawasan Monas.
Sementara dalam desain revitalisasi, jalan lingkar itu dihilangkan dan diganti dengan RTH atau ditanami pepohonan.
Karena itulah, RTH di kawasan Monas akan bertambah setelah direvitalisasi.
Namun, menurut Deddy, penambahan RTH menjadi 64 persen harusnya terwujud jika tidak ada penebangan pohon.
Dalam desain yang dia buat, penambahan RTH didapat karena area parkiran IRTI akan dihilangkan.
Area parkiran itu akan diubah menjadi kawasan RTH.
Kemudian, area kuliner Lenggang Jakarta akan dipindahkan ke area yang berdekatan dengan Stasiun Gambir.
Bekas area Lenggang Jakarta nantinya akan dihijaukan.
"Lenggang Jakarta dari yang sekarang, kami pindahkan ke area yang sudah terbangun, itu yang di dekat Gambir. Jadi Lenggang Jakarta itu dipindahkannya bukan ke daerah hijau dengan dipotong pohon, enggak," tutur Deddy.
Saefullah menuturkan, pembangunan Monas belum selesai sejak dulu.
Pemprov DKI merevitalisasi Monas untuk melanjutkan pembangunan itu sesuai dengan desain Monas yang terlampir dalam Keppres Nomor 25 Tahun 1995, yang kemudian sedikit dimodifikasi.
Revitalisasi Monas, kata Saefullah, untuk membuat area itu lebih baik lagi.
Salah satunya agar Tugu Monas mudah dilihat oleh wisatawan, seperti Menara Eiffel di Paris, Perancis.
Setelah revitalisasi, wisatawan bisa masuk ke kawasan Monas dari plaza selatan di Jalan Medan Merdeka Selatan dan bisa langsung melihat Tugu Monas.
Sisi selatan Monas yang direvitalisasi nantinya akan menjadi tempat paling sentral untuk melihat pemandangan kawasan Monas.
Saat ini, pintu masuk menuju kawasan Monas berada di silang Monas.
"Kami ingin ada kenyamanan bagi pengunjung Monas, baik yang datang dari Jakarta sendiri, luar Jakarta mungkin, juga turis mancanegara, yang datang supaya berkelas Monas. Jadi kalau datang ke Merdeka Selatan, 'Mana sih Monas? Eh itu.' Kayak Menara Eiffel, gitu," kata Saefullah.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Fakta Baru, Tak Ada Rencana Penebangan Pohon dalam Desain Asli Revitalisasi Monas"