Jarang yang Tahu, Soeharto Ternyata Dulu Pernah Bekerja Serabutan hingga Bersihkan Selokan Air untuk Menyambung Hidup

Jumat, 31 Januari 2020 | 12:30
Tribun Jambi

Pak Harto

Suar.ID - Meski bapak dan ibu kandungnyatidak rukun dan terlilit berbagai masalah (terutama masalah ekonomi), Soeharto yang beranjak remaja punya kisah yang memperihatinkan.

Soeharto memiliki sifat yang cenderung pendiam dan tertutup.

Namun saat masa-masa sekolah,Soeharto yang terkenal rajin dan murah senyum ini termasuk lumayan gampang bergaul.

Meskipun teman yang benar-benar akrab dengannya hanya sedikit!

Baca Juga: Setelah Tersimpan Sekian Lama Kini Terbongkar, Misteri Kematian Ibu Tien Soeharto Akhirnya Dibongkar oleh Sosok Ini, Begini Kesaksiannya

Sehari-hari, dia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bertani.

Soeharto yang sangat mengagumi pakliknya, Prawirohardjo, paling jago menanam bawang bombai dan bawang putih.

Setelah lulus SD, Soeharto meneruskan ke Schakel School, sebuah sekolah menengah pertama di Wonogiri.

Karena jaraknya jauh dari rumah buliknya, dia pun harus pindah.

Baca Juga: Dulu Hampir Jadi Milik Tommy Soeharto tapi Nggak Direstui Ibu Tien karena Tak Punya Darah Jawa, Wanita Ini Kini Hidupnya Berubah Total Walau Tak Jadi Putri Cendana

Demi bisa terus sekolah, Soeharto rela menumpang tinggal di rumah kakak Sulardi, sahabatnya, di Selogiri.

Soeharto dan Sulardi dapet jatah sekamar berdua.

Cuma, belum lama tinggal di sana, kakak Sulardi cerai dengan suaminya.

Terpaksalah Soeharto mencari tempat "numpang tidur" yang baru.

Oleh bapaknya, Soeharto dititipkan pada sahabatnya, Hardjowijono.

Seorang pensiunan yang enggak dikarunia anak, yang tinggal di Wonogiri.

Tahun 1939, Soeharto menamatkan sekolah menengah pertamanya.

Menjelang ujian kelulusannya, gelombang protes bangsa Indonesia terhadap penjajahan pemerintah kolonial Belanda mulai kencang.

Tapi, Soeharto enggak peduli lantaran sedang berkonsentrasi penuh pada ujian kelulusannya.

Baca Juga: Hadiri Ulang Tahun Tutut Soeharto, Beginilah Potret Mayangsari Bersama Bambang Trihatmodjo dan Sang Putri, Elegan Banget!

Setelah tamat, Soeharto memutuskan kembali ke Wuryantoro, tempat buliknya.

Soeharto kembali ke sana karena bapaknya enggak mampu membiayainya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Makanya, Soeharto berniat minta tolong dicarikan pekerjaan oleh pakliknya.

Dapat! Soeharto kerja sebagai juru tulis di sebuah bank desa.

Seragam kerjanya: blangkon, beskap, dan sarung.

Gara-gara seragam kerjanya inilah Soeharto ketiban apes!

Ceritanya, sarung yang dipakenya tiap hari udah lusuh.

Terus, ia dipinjami oleh buliknya sarung kesayangannya.

Eh, sarung sarung itu ternyata enggak sengaja nyangkut di jari-jari sepeda yang sedang ia tunggangi.

Peristiwa tadi mengakhiri kariernya sebagai juru tulis bank desa.

Baca Juga: Mantan Anak Presiden pun Disikat oleh Perempuan Ini, Sri Mulyani Sukses Bikin Tommy Soeharto Kembalikan Uang Senilai Rp 1,2 Triliun Milik Negara

Menganggur, Soeharto mencoba peruntungan ke Solo.

Sebab, seorang teman menginformasi bahwa Angkatan Laut Belanda sedang mencari juru masak.

Tapi, ternyata begitu sampai di Solo lowongan yang dimaksud enggak ada.

Dengan kecewa, Soeharto kembali ke Wuryantoro.

Dia bekerja serabutan (dari ikut membangun langgar sampai membersihkan selokan air), supaya bisa menyambung hidup.

Enggak lama Soeharto mendengar informasi lowongan kerja lagi!

Kali ini lowongan bergabung dengan Angkatan Perang Belanda (KNIL).

Daripada enggak ada pekerjaan tetap, tanggal 1 Juni 1940 Soeharto mantap mendaftar sebagai prajurit.

Soeharto mendapat pelatihan kemiliteran yang superkeras.

Tiap hari dari Subuh sampai larut malam, dia enggak henti-hentinya digembleng fisik dan mental.

Baca Juga: Geram Terus-terusan Disebut Kabur Sambil Gondol Uang Tommy Soeharto Rp100 Miliar, Sosok Cantik Ini Langsung Beri Alasan Menohok, Kenapa?

Toh, Soeharto enggak merasa tertekan.

Kehidupan masa kecilnya yang serba enggak pasti justru membuatnya kepincut dengan disiplin keras dan keteraturan yang diajarkan di sana.

Makanya, Soeharto sukses lulus sebagai kadet terbaik di angkatannya!

Selesai pelatihan, Soeharto dikirim ke Batalyon XIII di Rampal, Malang.

Pada 2 Desember 1940 dia diberi gelar kopral.

Kemudian dia dikirim ke Gombong buat menjalani latihan lanjutan.

Dan, begitu lulus dinaikkan pangkatnya jadi sersan.

Baru saja menyandang gelar sersan, tahu-tahu Jepang udah merapat ke Indonesia.

Jepang menyerang Belanda untuk merebut Indonesia.

Belanda kalah, karier Soeharto sebagai prajurit ikut terhenti.

Dia lalu memutuskan pergi ke Yogya, mencari pekerjaan baru.

Di Yogya, awalnya Soeharto belajar mengetik supaya punya bekal mencari kerja lain.

Cuma, enggak lama dia jatuh sakit.

Saat dia sedang memulihkan kesehatannya, dia membaca pengumuman kalo satuan polisi Jepang, Keibuho, membuka lowongan.

Baca Juga: Beginilah Cara Cerdik Presiden Soeharto Tutupi Misi Super Rahasia di Israel Guna Membeli 32 Pesawat Tempur Canggih A-4E Skyhawk tanpa Diketahui Siapapun, Sosok Ini Berperan Besar terhadap Keberhasilan Misi tersebut!

Langsung Soeharto mendaftar!

Diterima di Keibuho, karir Soeharto cepat melesat.

Performanya yang bagus tercium ke mana-mana.

PETA (Pembela Tanah Air, sebuah kekuatan sosial yang didirikan oleh putra-putri negeri untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, RED.) membujuk Soeharto bergabung.

Terdorong rasa patriotisme yang besar, Soeharto setuju dan mulai melakukan "dualisme": tetap jadi anggota Keibuho, namun diam-diam ikut PETA.

Nah, dari PETA inilah karier militer dan politik Soeharto di Indonesia bergulir!

Sampe klimaksnya, dia bisa jadi Presiden ke-2 Rl dan berkuasa selama 32 tahun.

Artikel ini pernah tayang di Majalah Hai edisi 18 Februari 2008

Tag

Editor : Adrie P. Saputra

Sumber intisari