Suar.ID -Kapal asing pencuri ikan berbendera China semakin banyak di Laut Natuna justru setelah perairan itu dikunjungi Presiden Jokowi.
Sebagai respon, TNI AL langsung menginstruksikan tiga kapal perang.
Yaitu KRI Karel Satsuit Tubun 356, KRI Usman Harun 359, KRI Jhon Lie 358.
Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I Laksdya TNI Yudo Margono telah memerintahkan kepada Komandan KRI untuk masuk di sela-sela konvoi kapal-kapal ikan Tiongkok dan menggangu kapal tersebut yang sedang menebar jaring.
Pengusiran itu dilakukan agar kapal-kapal tersebut keluar dari ZEE Indonesia.
Kepada Komandan KRI yang memimpin operasi, Pangkogabwilhan I juga memberikan instruksi untuk berkomunikasi kepada kapal-kapal asing yang berada di perairan Laut Natuna.
Selain mengusir kapal-kapal asing tersebut, Komandan KRI juga memberikan pengertian kepada awak kapal asing yang mengetahui aturan harus memahami situasi tersebut.
"Jangan sampai hubungan pemerintah Indonesia-Tiongkok yang sudah terjalin dengan baik, terganggu dengan adanya kegiatan ilegal yang dilakukan oleh para nelayan Tiongkok," katanya.
Laksdya TNI Yudo Margono menegaskan apabila kapal-kapal ikan China itu tidak mau atau masih tetap bertahan di perairan Laut Natuna, maka sesuai dengan perintah Presiden Jokowi akan ditangkap dan diproses secara hukum.
Ketiga kapal perang TNI AL itu memang bukanlah kapal biasa
Mereka memiliki sejumlah persenjataan mutakhir untuk menghadapi pertempuran laut
Dilansir dari Wikipedia, berikut kehebatan KRI Karel Satsuit Tubun (KST) 356, KRI Usman Harun (USH) 359, dan KRI Jhon Lie 358
1. KRI Karel Satsuit Tubun (KST) 356
KRI Karel Satsuit Tubun adalah Fregat kelas Ahmad Yani milik TNI Angkatan Laut.
Dinamai menurut Karel Satsuit Tubun, salah seorang pahlawan nasional.
KRI Karel Satsuit Tubun merupakan kapal fregat eks-Angkatan Laut Belanda bernama HNLMS Isaac Sweers (F814) yang kemudian dibeli oleh Indonesia.
Kapal ini bersaudara dekat dengan Fregat Inggris Kelas HMS Leander dengan sedikit modifikasi dari disain RN Leander asli.
Dibangun tahun 1967 oleh Nederlandse Dok en Scheepsbouw Mij, Amsterdam, Belanda dan mendapat peningkatan kemampuan sebelum berpindah tangan ke TNI Angkatan Laut pada tahun 1977-1980.
Termasuk di antaranya adalah pemasangan sistem pertahanan rudal anti pesawat (SAM, Sea to Air Missile) Mistral menggantikan Sea Cat.
Senjata:
1. 2x4 - Rudal Darat ke Udara mistral dengan sistem peluncur simbad
2. 1 Pucuk Meriam - OTO-Melara Compact Kaliber 76 mm ; kecepatan tembakan 85 peluru per menit
3. 2x2 - Rudal anti Kapal perang C-802 - berpemandu inertial/GPS dan Active radar homming
4. 4x - Torpedo Honeywell Mk 46 Kaliber 533 mm berkemampuan SUT (Surface & Underwater Target)
5. 2x - Senapan Mesin Berat browning kaliber 12,7 mm
Perangkat elektronik:
- Radar
- Radar kontrol tembakan
- Sonar
- Decoy
- Heat seeker
- CCI deck gun
2. KRI Usman Harun (USH) 359
KRI Usman-Harun (359) adalah sebuah Kapal Perang Republik Indonesia.
Nama kapal ini berasal dari 2 tokoh pahlawan nasional Indonesia, yaitu Usman Janatin dan Harun Thohir yang terlibat dalam pengeboman MacDonald House yang terjadi pada 10 Maret 1965.
Kapal ini sebelumnya dibuat untuk Angkatan Laut Brunei dengan nama KDB Bendahara Sakam.
Berbagai senjata canggih melengkapi KRI ini serta didukung oleh Platform System yang baik
Di antaranya adalah Radar Navigasi, Radar Surveillance untuk mendukung pengamatan udara serta Radar Tracker Senjata untuk mengendalikan arah dan elevasi secara akurat terhadap sasaran Meriam 76 mm Otomelara Super Rapid Gun (OSRG)
Dan 30 mm di lambung kanan dan kiri kapal yang dapat berperan sebagai CIWS (Close in Weapon System) jika ada bahaya udara mengancam kapal tersebut.
Kelengkapan system sensor senjata juga dilengkapi dengan EOTs (Electro Optical Tracker System) untuk pengendalian meriam kapal dan pengamatan secara visual oleh camera video yang ada.
Sebagai kapal frigate, kedua kapal perang ini juga dilengkapi sensor bawah air yang memiliki tingkat akurasi yang baik dalam mendeteksi dan mengklasifikasi kontak bawah air yaitu sonar.
Propulsion system maupun pesawat-pesawat bantu yang ada di kapal tersebut dikontrol secara computerisasi oleh IPMS (Integrated ang cukup Platform Manajemen System) sehingga jika ada kerusakan/failure pada salah satu system kapal akan terdeteksi secara dini.
Secara rinci kapal perang tipe F2000 Corvette ini memiliki 1 meriam Oto Melara 76 mm, 2 meriam MSI Defence DS 30B REMSIG 30 mm, dan peluncur tripel torpedo BAE System 324 mm untuk perang atas air dan bawah air.
Selain itu, dilengkapi pula dengan 16 tabung peluncur peluru kendali permukaan-ke- udara VLS MBDA MICA (BAE System), 2 set 4 tabung peluncur peluru kendali MBDA (Aerospatiale) MM-40 Block II Exocet.
Dua sistem arsenal inilah yang cukup mengganggu pertahanan musuh, baik dari udara ataupun permukaan laut.
Kapal perang ini memiliki panjang 95 meter, lebar 12,7 meter, dengan berat 2.300 ton.
Dengan kemampuan mesin 4 x MAN 20 RK270 Diesel, kapal ini memiliki kecepatan 30 knot.
Kapal terbaru yang nantinya masuk jajaran Satuan Kapal Eskorta Koarmatim ini, dilengkapi dengan Radar dan Avionik Sonar: FMS 21/3 Hull Mounted Sonar buatan Thales, Prancis.
3. KRI Jhon Lie 358
KRI John Lie (358) adalah sebuah Kapal Perang Republik Indonesia.
Sebagai mana Korvet kelas Bung Tomo lainnya, kapal ini merupakan kapal perang yang dibuat untuk Angkatan Laut Brunei dengan nama KDB Nakhoda Ragam.
Nama kapal ini diambil dari seorang tokoh pahlawan nasional Indonesia, yaitu Laksamana Muda TNI (Purn) John Lie yang pernah terlibat dalam perang mempertahankan kemerdekaan RI
Kapal KRI Jhon Lie 358 memiliki spesifikasi yang sama seperti KRI Usman Harun (USH) 359
Bukan sekali ini kapal perang TNI mengusir kapal asing di laut Natuna
Sebelumnya, beredar video yang menunjukkan momen KRI Tjiptad 381 mengusir Kapal Coast Guard China
Di dalam video tersebut, tampak kapal asing itu diusir keluar dari wilayah ZEEI di Laut Natuna Utara.
Kapal penjaga pantai itu diusir saat sedang mengawal kapal ikan yang beroperasi di Laut Natuna.
Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) Koarmada I, Letkol Laut Fajar Tri Rohadi mengatakan, peristiwa itu terjadi, Senin (30/12/2019).
"Sementara pergerakan KRI Tjiptadi-381 terus dihalau oleh Kapal Cost Guard China yang mengikuti dari lambung kiri," kata suara yang terdengar dari tayangan Kompas TV.
"KRI Tjiptadi-381 mempertahankan halu dan kecepatan, sementara Kapal China Coast Guard bergerak mendekat mencoba menghalangi halu dari KRI Tjiptadi-381," jelasnya. (Tribun/Putra Dewangga)