Suar.ID -Analis menilai langkah Jiwasraya membeli saham BUMN yang masuk kategori "gorengan" hanya untuk mengelabui auditor.
Sebelumnya, persoalan mengenai Jiwasraya disadari telah ada sejak 2006.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui permasalahan keuangan yang mendera asuransi Jiwasraya sudah berlangsung lama, bahkan hampir berjalan 10 tahun lalu dan bukan persoalan yang ringan.
Jokowi juga menyatakan, pemerintah akan turun tangan mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan asuransi Jiwasraya.
Namun Jokowi menegaskan, jika permasalahan ini sudah memasuki wilayah hukum, maka proses hukum tetap harus berjalan.
"Ini adalah persoalan yang sudah lama sekali, hampir sudah 10 tahun yang lalu. Dalam 3 tahun ini, sebetulnya kami (Pemerintah) sudah tahu dan ingin menyelesaikan masalah ini. Tapi ini juga bukan masalah yang ringan," kata Jokowi, dilansir dari tayangan YouTube Kompas TV.
Kasus Jiwasraya telah didiskusikan bersama dengan kementerian-kementerian terkait.
Jokowi menyebut, gambaran solusi terkait permasalahan Jiwasraya sudah ada.
Namun keseluruhan solusi tersebut masih dalam proses.
"Kemarin kami sudah rapat dengan Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan, yang jelas gambaran solusinya sudah ada, masih dalam proses semuanya," jelas Jokowi.
Sebelumnya, dalam rapat bersama komisi VI DPR RI, Direktur Umum Jiwasraya, Hexana Tri Sasongko menyebut kewajiban pelunasan Rp 12,4 triliun yang dijanjikan akhir tahun ini tak mampu dibayarkan lantaran dana tak mencukupi.
"Kalau uangnya tidak mencukupi harus diatur, bagaimana memanfaatkannya. Saya enggak bisa menjanjikan apapun saat ini," ungkapnya di Gedung DPR RI, Senin (16/12/2019).
Hexana menyebut pihaknya tidak bisa menjanjikan kapan akan melakukan pelunasan.
Hal ini menurutnya harus menunggu closing investor yang akan masuk pada awal 2020.
"Ada faktor X tapi di awal tahun 2020 diharapkan closing pertama investor. Ini bisa mengurai tapi pembayarannya dicicil dan tidak full," katanya.
Jiwasraya Beli Saham Gorengan
Analis menilai langkah Jiwasraya membeli saham BUMN yang masuk kategori "gorengan" hanya untuk mengelabui auditor.
Analis dan pengamat pasar modal Satrio Utomo menilai hal ini hanyalah akal-akalan Jiwasraya agar portofolio investasinya kelihatan bagus.
"Agar bagus kalau diperlihatkan kepada orang yang tidak ngerti saham. Jadi itu kan mereka menganggap auditornya BPK dan lainnya pasti orang yang tidak ngerti saham. Ketika dikasih saham BUMN, maka akan dilihat sebagai saham BUMN yang bagus," kata Satrio kepada Kompas.com, Kamis (9/1/2020).
Satrio menilai, Jiwasraya sudah tahu bahwa produk asuransi yang bermasalah tersebut memang akan diaudit.
Maka dari itu, Jiwasraya mencari "jalan aman", dengan membeli saham BUMN gorengan.
"Nah tujuan memasukkan saham itu, ya memang supaya suatu hari kalau diaudit seperti sekarang, itu mereka bisa ngeles kalau 'kami juga sudah berusaha untuk berinvestasi bertanggung jawab dengan membeli saham-saham yang bagus dan ini yang kami beli saham BUMN'," jelasnya.
Menurut Satrio, Jiwasraya hanya mengejar keuntungan saja tanpa mempedulikan kerugian nasabah yang bakal timbul dari aksi goreng menggoreng saham tersebut.
"Iya, kan kemarin direksinya juga mengakui sendiri kalau mereka membeli saham yang tidak bagus karena mereka memang mengejar return. Kalau sekarang, mereka bilang mereka belinya saham bagus dengan mengaku itu BUMN, berarti mereka memang inkonsisten disitu," tegasnya.
Adapun kategori saham gorengan adalah saham yang berkinerja jelek.
Meskipun BUMN, tak semua saham BUMN memiliki kinerja positif.
"Kalau sudah yang kinerjanya jelek dan likuiditasnya juga buruk, itu biasnaya termasuk kategori saham gorengan," jelasnya.
(Kompas TV dan Kompas.com)