Inilah Robot Gedek, Predator yang Lebih Mengerikan Dibanding Reynhard Sinaga, Anak-anak Jalanan yang Jadi Korbannya Dilecehkan Lalu Dibunuh, Tak Lupa Beri Tanda Begini di Perutnya

Rabu, 08 Januari 2020 | 18:15
Tribun Jabar

Lebih Brutal dari Rian Jombang dan Robot Gedek, Pria Ini Minum Liur dan Bunuh Wanita Selama 11 Tahun

Suar.ID -Sebelum Reynhard Sinaga, Indonesia juga pernah dihebohkan oleh seorang predator seksual.

Jika Reynhard operasinya sudah go international, sosok ini yang lokal-lokal saja.

Walau begitu, dia lebih "mengerikan".

Ya, kita berbicara tentang Ciswanto atau yang kerap disebut "Robot Gedek".

Korbannya bukan remaja-remaja gemar nongkrong di kelab malam, tapi anak-anak jalanan.

Mereka disodomi sebelum akhirnya membunuhnya.

Kekejiannya tak berhenti sampai di situ, sebab para korban diberi tanda mengerikan pada bagian perutnya.

Perjalanan penuh kejutan dari predator seksual ini sendiri sebenarnya telah berakhir dengan kematiannya dua tahun lalu.

Seperti kehidupannya yang penuh kejutan, kematiannya pun berlangsung mengejutkan. Setelah sakit dua hari, dia menghadap-Nya.

Dikabarkan, Robot Gedek sakit setelah mendengar kabar dari teman satu selnya, waktu eksekusi sudah dekat membuat terpidana mati kasus sodomi itu mendadak napasnya terasa sesak.

Beberapa teman sekamar, menurut seorang sipir yang bertugas di LP Batu, Nusakambangan, mencoba mengobati dengan mengurut kakinya.

Namun, upaya itu tidak membuahkan hasil. Sesak napasnya makin berat.

"Teman sekamarnya lalu memberitahukan kepada petugas yang berjaga dan kemudian melarikannya ke rumah sakit," ujar petugas tadi.

Dokumentasi KPAI
Dokumentasi KPAI

Boneka

Sejak Sabtu (24/3/2007), terpidana yang menyodomi sejumlah anak gelandangan dan kemudian membunuhnya itu resmi mendapat perawatan di RSUD Cilacap.

Ia dirawat di Ruang Dahlia dengan penjagaan ketat. Selama sakit, yang bersangkutan terus mendapat pengobatan dan pengawasan dari tim dokter.

Namun, pada Senin (26/3/2007) pertolongan dari tim dokter di rumah sakit tersebut tak bisa membuat umur Robot Gedek bertambah panjang.

Pria yang dulu banyak menghabiskan hidup di rumah kumuhnya di jalanan Jakarta itu semakin sulit bernapas.

Robot Gedek akhirnya menemui ajal.

"Dia memang sering mengeluh sakit pada dada sebelah kiri. Tapi, tidak benar kalau dia stres memikirkan akan dieksekusi mati," ujar Kepala LP Batu Sudijanto ketika itu.

Sudijanto mengungkapkan, Robot Gedek memang divonis mati oleh PN Jakpus.

Namun, sampai menjelang kematian Robot Gedek, pihaknya belum menerima pemberitahuan rencana eksekusinya.

Kabar yang beredar—yang menyebutkan terpidana sakit lantaran memikirkan rencana eksekusi—dinilainya tidak benar.

"Dia memang mau dieksekusi mati karena vonisnya memang itu. Tapi, kapan akan dilaksanakan, pihak kejaksaan selaku eksekutor belum pernah menghubungi kami," ungkap Sudijanto.

Yang jelas, proses persiapan eksekusi itu memerlukan waktu lama.

Sudijanto mengungkapkan, dalam beberapa tahun terakhir yang bersangkutan memang sering sakit-sakitan. Keluhannya hanya pada bagian dada sebelah kiri.

Puncaknya pada Sabtu (24/3/2007), ia mendapat kabar bahwa terpidana mati itu sakit pada bagian dada kiri.

Karena sakitnya perlu mendapat perawatan khusus, dokter LP yang memeriksa kemudian meminta agar Robot dirujuk ke RSUD Cilacap.

Tabloid Nova
Tabloid Nova

Robot Gedek (kanan) di LP Nusakambangan

Akan tetapi, Senin siang sekitar pukul 13.00 jiwanya tidak tertolong.

Berita kematian Robot Gedek segera disampaikan kepada keluarganya di Pekalongan, Jateng.

Hanya berselang dua jam dari kematian, jenazah Robot Gedek langsung dibawa ke Pekalongan untuk dimakamkan.

Selama di Nusakambangan, Robot Gedek pernah mendekam di LP Permisan dan LP Batu. Dia menjadi penghuni LP Batu belum genap enam bulan.

Semula, Robot Gedek bukanlah siapa-siapa. Tak lebih, dia hanya manusia terpinggirkan yang terdampar di riuh rendahnya Jakarta.

Tiba-tiba dia menjadi berita besar pada sekitar 1997.

Ketika itu ia berurusan dengan polisi lantaran menjadi terdakwa sodomi pada sejumlah anak jalanan.

Para korban tersebut selain disodomi juga dibunuh. Dalam melakukan aksinya, tersangka selalu meninggalkan bukti kejahatan dengan menyilet perut korban.

Dalam sesi penuntutan di persidangan yang digelar PN Jakpus, Robot Gedek menyatakan, ketika membunuh bocah-bocah itu dia tidak sadar dan seolah-olah berada dalam bayang-bayang.

"Dalam bayangan saya, yang saya bunuh itu adalah ayam," ungkap dia waktu itu.

Dalam persidangan itu, dia memang dituntut hukuman mati.

Begitu mendengar tuntutan itu, Robot Gedek pun langsung menyatakan dirinya tidak mau dihukum mati.

"Saya takut mati," ungkap dia.

Namun, pengadilan berkehendak lain. Dalam persidangan yang berlangsung 21 Mei 1997, PN Jakpus menjatuhkan vonis mati.

Hakim yang menyidangkan kasus tersebut menyatakan bahwa Robot Gedek terbukti melakukan sodomi dan pembunuhan berencana terhadap enam anak usia belasan tahun.

Mereka kebanyakan gelandangan dan anak jalanan.

Perbuatan sadis itu dilakukan pelaku mulai tahun 1994 hingga 1996.

Mantan pengumpul barang bekas itu sempat mendekam di LP Cipinang, Jakarta, tetapi kemudian dipindahkan ke LP Nusakambangan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengaduk Cerita tentang Robot Gedek".

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya