Tahu Bayinya akan Idap Down Syndrome, tapi Keponakan Prabowo Ini Tetap Tak Mau Gugurkan Bayinya, Pesannya Sungguh Mengharukan

Kamis, 26 Desember 2019 | 12:00
Instagram @rahayusaraswati

Keluarga Rahayu Saraswati dan Prabowo Subianto

Suar.ID -Orang bijak pernah bilang, setiap anak punya keunikannya masing-masing.

Termasuk mereka yang dilahirkan dalam kondisi down syndrome.

Belum lama ini, keponakan dari Prabowo Subianto, Rahayu Saraswati mengungkapkan pengalamannya memiliki anak yang berkebutuhan khusus.

Dikutip dari Kompas.com pada Selasa (24/12), Sara menceritakan kisahnya saat mengetahui bahwa putranya mengalami down syndrome.

Diketahui putra kedua dari Sara didiagnosis mengalami down syndrome saat masih berada dalam kandungan.

Usia kandungan Sara saat itu masih 14 minggu.

Sara melakukan pengecekkan kehamilan.

Setelah mencek kromosom diketahui ada kelainan pada janin yang sedang dikandungnya.

"Tanpa basa-basi dia (dokter) langsung, 'Oke tes darah kamu baik dan hasilnya anak kamu kemungkinan besar 90 persen punya trisomi 21, kromosomnya berarti ada ekstra satu'," ucap Sara.

Meski sempat merasa syok mendengar hal tersebut, ia tak ingin menggugurkan anak dalam kandungannya.

Ia memilih tetap mempertahankannya, dan bertanggung jawab atas putranya setelah dilahirkan.

"Memang tanggung jawab kita untuk memastikan bahwa dia bisa tumbuh kembang selayaknya dia," katanya.

"Yang penting dia happy dan saya tahu anak dengan down syndrome itu sangat polos, enggak ada istilahnya pikiran jahat apa pun."

Instagram @rahayusaraswati
Instagram @rahayusaraswati

Rahayu Saraswati dan Cucu Prabowo Subianto

Sara menganggap anak yang lahir pada tahun 2017 tersebut adalah hadiah yang dititipkan dari Tuhan untuknya.

"Artinya kita sebagai orangtua dititipkan oleh Tuhan by this gift," katanya lagi.

"Dan itu tanggung jawab kita bagaimana kita mau membesarkan dia," ujar Rahayu.

Fakta anak down syndrome

Intisari pernah menulis begini:

"Normalnya, setiap tubuh manusia memiliki 23 pasang kromosom.

Namun jumlah itu bisa berubah pada orang-orang tertentu karena adanya mutasi genetik.

Misalnya mutasi dengan terjadinya penambahan salah satu dari 23 pasang kromosom tersebut yang menjadikan seseorang menderita sindrom down (down syndrome).

Penderita down syndrome mengalami keadaan abnormal di kromosom 21-nya seperti terjadinya pembelahan, kromosom 21-nya kelebihan, atau tidak sepasang (seperti normalnya), gejala itulah yang disebut trisomi 21.

Dikutip dari library.down-syndrome.org, Down Syndrome pertama kali diperkenalkan pada 1866 oleh Dr. John Langdon Down.

Melalui publikasi tulisannya di Inggris, Dr. John Langdon Down menerangkan sejumlah anak-anak dengan gambaran umum yang sama namun berbeda dengan anak-anak normal lainnya.

Seperti memiliki ciri-ciri badan yang relatif pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongoloid, penyandang down syndrome sering juga disebut dengan mongolisme.

Banyaknya mitos yang mendiskreditkan tentang penyakit down syndrome ini dikarenakan minimnya informasi fakta yang tidak diketahui banyak orang.

Hal itu membuat penderita down syndrome sering dikucilkan ditengah-tengah masyarakat.

Untuk itu, perlu bagi kita mengetahui kebenaran tentang penyakit ini.

need2knowbooks.co.uk
need2knowbooks.co.uk

Mitos pengidap down syndrome harus masuk sekolah khusus, cek fakta-faktanya

Berikut fakta-fakta mengenai down syndrome seperti dilansir dari siloamhospitals.com:

Down syndrome merupakan penyakit langka

Faktanya, kelainan ini sama sekali tidak langka dan termasuk cukup sering terjadi.

Di Amerika Serikat sendiri, setidaknya satu dari 691 bayi terlahir dengan kondisi down syndrome dan rasio ini setara dengan 6.000 bayi yang lahir dalam waktu satu tahun. Di Indonesia kurang lebih 1 dari 1.000 bayi mengalami kelainan kromosom ini.

Anak penderita down syndrome hanya bisa masuk ke sekolah khusus

Faktanya, selain memiliki tampilan fisik yang khas, pengidap down syndrome mempunyai karakteristik yang berbeda setiap individu, seperti soal kemampuan intelektual, mereka sesungguhnya tetap bisa mengikuti kurikulum biasa seperti anak pada umumnya.

Bahkan, tak jarang ada beberapa anak penderita down syndrome yang dapat lebih cepat menyerap informasi baru dibanding yang lainnya.

Anak kecil dan orang dewasa pengidap down syndrome memiliki perilaku yang sama

Faktanya, Orang dewasa yang mengidap down syndrome berbeda dengan anak kecil dan tidak seharusnya diperlakukan seperti anak kecil.

Mereka juga mengalami tahap perkembangan secara individual layaknya orang biasa.

Hanya saja perkembangan kemampuan bicara pada anak down syndrome terhambat karena kemampuan saraf dan motoriknya tidak berkembang dengan sempurna untuk berbicara.

Oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan lain agar anak dengan down syndrome mampu berkomunikasi sebelum mereka benar-benar bisa berbicara.

Anak pengidap penyakit down syndrome sering terkena penyakit

Faktanya, meskipun risiko beberapa kondisi medis jauh lebih rentan seperti kelainan fungsi jantung, pernapasan dan masalah pendengaran, tetapi asalkan penyandang down syndrome diperlakukan layaknya orang biasa, harapan hidupnya akan cenderung sama dengan orang biasa.

Penderita down syndrome juga kerap dianggap sebagai mereka yang memiliki kemampuan kognitif yang rendah.

Padahal realitanya, ada banyak penderita down syndrome yang berprestasi dan bahkan memiliki kemampuan yang hebat dan belum tentu bisa dilakukan oleh manusia normal.

Down Syndrome tidak bisa memiliki keturunan

Faktanya, pria dan wanita dengan Down Syndrome cenderung memiliki tingkat kesuburan yang berkurang. Meski sulit, namun mereka tetap bisa memiliki anak.

Jangan biarkan informasi yang tidak pasti tentang pengidap down syndrome memengaruhi pikiran dan perilaku kita.

Seseorang pengidap down syndrome bukanlah sebuah aib maupun berbahaya. Mereka juga manusia biasa yang membutuhkan kasih sayang, kehidupan sosial, serta hak dan kemampuan untuk berperilaku seperti orang lain pada umumnya."

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya