Suar.ID -Beberapa waktu lalu sebuah konsep desain Ibu Kota Negara (IKN) baru sedang ramai dibicarakan publik.
Bagaimana tidak, karya yang diusung oleh tim Urban+ ini ditetapkan menjadi pemenang pertama sayembara gagasan desain kawasan IKN.
Desain yang bernama Nagara Rimba Nusa ini mengalahkan empat finalis lainnya.
Tiga kriteria penilaian yang ditetapkan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dipenuhi secara baik oleh tim pembuat Nagara Rimba Nusa.
Kriteria pertama, Nagara Rimba Nusa berhasil memenuhi kriteria sebagai desain yang memiliki identitas bangsa untuk kemajuan peradaban negara Indonesia.
Kedua, desain tersebut memiliki kosep keberlanjutan kota yang ramah lingkungan atau environmental friendly, baik dari sosial ekonomi, dan kebencanaan.
Poin penilaian terakhir berupa kriteria desain smart city juga berhasil dipenuhi oleh desain Nagara Rimba Nusa ini.
Koordinator tim, Sibarani Sofian menjelaskan timnya terdiri dari 5 orang yang ahli dalam bidangnya masing-masing.
"Kami bekerja sebagai tim, dari transportasi, master plan, infrastruktur, arsitektur, hingga landscape," kata Sibarani dikutip dari chanel YouTube tvOneNews, Selasa (24/12/2019).
Menurut Sibarani, dengan keberadaan ahli membuat desain yang diberi nama Nagara Rimba Nusa tersebut memiliki pendekatan multidisipliner ilmu.
Pendekatan tersebut berguna untuk menginterpretasi postensi-potensi yang dimiliki bangsa Indonesia dalam desain ibu kota baru.
Seperti potensi Indonesia yang memiliki hujan tropis terbesar di dunia, dan wilayah berupa negara kepulauan.
"Ini membawa kami kepada suatu pemikiran, Ibu kota itu diwakilan sebagai Nagara"
"Sedangkan rimba dan nusa itu karakter yang sangat dimiliki," ujar Sibarani.
Sibarani menilai Ibu Kota baru merupakan milik seluruh rakyat Indonesia.
"Ibu kota ini punya siapa? Punya bangsa, milik kita semua," lanjutnya.
Sibarani menambakan, ia bersama timnya mengangkat konsep biomimikri dalam pembuatan desain Nagara Rimba Nusa.
Konsep ini bermaksud menyatukan alam dan teknologi secara berdampingan. Sehingga dapat tercipta kota yang baik serta ramah lingkungan.
Menurut Sibarani kebayakan pembangunan kota-kota di Indonesia sekarang ini tidak menjadikan lingkungan sebagai fokus utamanya.
"Kita tahu kota-kota biasanya mengorbankan lingkungan. Dan di sini kami berusaha membuat satu konsep yang terintegrasi," kata Sibarani.
Selain konsep biomimikri, desain Nagara Rimba Nusa juga memiliki sumbu-sumbu yang sarat akan makna.
Setidaknya ada tiga sumbu dalam desain tersebut yang mewakili tiga hal, yakni alam, manusia dan Tuhan.
"Di sini adalah wakil dari alam, dari manusia, dan kita ke atas ada axis sumbu ke arah bukit"
"Itu wakil yang lebih tinggi, kita wakilkan dengan Tuhan," beber Sibarani.
Baca Juga: Mimpi Apa Malamnya, Cleaning Service Ini Tiba-tiba Ditembak Bule Cantik, Awalnya Dikira Bercanda
Dalam ajaran agama hindu di Pulau Bali, konsep penggabungan alam, manusia dan Tuhan disebut dengan ajaran Tri Hita Karana.
"Dan di sini diterapkan hal yang sama," tambah Sibarani.
Mengenal ajaran Tri Hita Karana
Dirangkum dari Jurnal Kajian Pendidikan Widya Accarya FKIP Universitas Dwijendra yang dipublikasikan pada bulan Maret 2016, menyebut ajaran Tri Hita Karana merupakan nafas kehidupan orang Bali (Hindu) menjadikan Pulau Dewata ini menjadi harmonis.
Baik secara makro kosmos maupun mikro kosmos.
Ajaran Tri Hita Karana sendiri terdapat dalam Kitab Suci Bhagawad Gita III.
Ajaran tersebut memiliki 10 falsafah hidup yang membahas kehidupan manusia secara kompelks yang tidak hanya sekedar tata ruang saja.
Dikatakan dalam jurnal yang ditulis oleh Drs. I Made Purana, M.Si dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra, ajaran Tri Hita Karana digunakan untuk mendirikan tempat pemujaan apakah pura, marajan, dan sanggah.
Dalam buku Kasta Dalam Hindu Kesalahanpahaman Berabad-Abad yang ditulis oleh I Ketut Wiana pada tahun 1993 memberikan pengertian yang dalam terhadap Ajaran Tri Hita Karana.
Dalam buku tersebut dikatakan Tri Hita Karana pada hakikatnya merupakan sikap hidup yang seimbang antara memuja Tuhan dengan mengabdi pada sesama manusia.
Serta mengembangkan kasih sayang pada sesama manusia serta mengembangkan kasih sayang pada alam lingkungan.
Secara penerapan, setidaknya ajaran tersebut ada dalam 5 kehidupan, seperti:
1. Pengamalan dalam kehidupan individu
2. Dalam kehidupan keluarga
3. Dalam kehidupan desa adat/desa Pakraman
4. Dalam kehidupan kerja, dan
5. Dalam kehidupan global
(Endra Kurniawan)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Mengenal Lebih Dekat Ajaran Tri Hita Karana yang Terkandung dalam Desain Nagara Rimba Nusa".