Suar.ID - Istri Edi Hartono, Siti Rohisah tak habis pikir jika suaminya dianggap punya tiga unit mobil mewah sekaligus.
Ia mengaku, untuk punya satu buah mobil saja sudah berat bagi Edi mengingat biaya perawatan dan pajak yang mahal.
Pasalnya, penghasilan Edi saja setiap hari tidak tetap.
Edi yang berjualan sepatu keliling menggunakan motor dirasa tidak mampu untuk membeli mobil.
Setiap hari hanya bisa menjual satu sampai lima sepatu saja.
Bahkan jika sedang tidak beruntung, dalam sehari bisa saja dirinya tidak menjual satupun sepatu.
Hal tersebut dikatakan Siti Rohisah saat ditemui di kediamannya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (8/11/2019) dikutp dari Kompas.com.
"Biasanya keluar jualan jam 10 siang sampai jam 12 malam. Keliling-keliling saja naik mobil, bahkan kadang-kadang enggak ada yang laku," ucap dia.
Saat itu, tidak ada raut senang dalam wajah Edi Hartono (41). Rautnya begitu datar, kadang mengernyitkan dahi, kadang tidak.
Saat diwawancarai di rumahnya, Edi dengan lancar menceritakan apa yang dia rasakan.
Bukan tanpa alasan, ia kaget bukan main saat namanya dicatut oleh orang tidak bertanggung jawab atas kepemilikan tiga mobil mewah sekaligus.
Mobil yang dimilikinya pun bukan main-main, ada dua Mercedes Benz dan satu Ferarri.
Semua berawal saat dirinya mendapatkan informasi dari SMP Negeri tempat putrinya bersekolah.
Pihak sekolah mengatakan Edi diduga memiliki kendaraan lebih dari dua.
"Tempat anak saya sekolah itu kan kasih pemberitahuan soal KJP (Kartu Jakarta Pintar) bahwa orangtua siswa yang punya kendaraan dua KJP-nya diblokir," ucap Edi.
Hal tersebit pun dibenarkan oleh pihak kepolisian saat Edi mencoba memeriksa surat tersebut ke Samsat Kebun Nanas, Jakarta Timur.
Sontak kabar itu bagai petir di siang bolong. Seketika terbayang di benak Edi susahnya mencari nafkah sebagai penjual sepatu.
Untuk membuat dapur "ngebul" saja susah, kini dia harus putar otak untuk biaya sekolah putrinya.
Belum lagi cicilan motor Honda Beat miliknya yang belum lunas.
Bahkan bantuan berupa BPJS milik keluarganya pun pastinya akan bernasib sama dengan KJP milik anaknya.
Di tengah beban pikiran itu, satu pertanyaan masih merasuki pikiran Edi.
Kira-kira siapa yang memiliki data lengkapnya hingga orang bisa mencatut data diri Edi untuk membeli mobil mewah.
Seketika ia teringat kembali KTP miliknya yang sempat hilang pada tahun 2017.
Kala itu, Edi yang berprofesi sebagai sopir angkot inging meremajakan kendaraan miliknya di sebuah koperasi angkutan umum bernama Budi Luhur.
Pihak koperasi mewajibkan Edi menyerahkan data asli berupa KTP, BPKB, dan dokumen lainnya jika ingin kendaraan diremajakan.
Namun, belakangan Edi memutuskan untuk menjual mobil angkot tersebut ke pihak koperasi.
Edi pun berupaya meminta kembali KTP aslinya. Namun, pihak koperasi berdalih jika KTP tersebut sudah hilang.
Edi curiga ada keterkaitan antara pihak koperasi yang menghilangkan KTP dan pencatutan data diri milik Edi.
"Pihak Budi Luhur yakni Pak Saut bilang ke saya 'saya enggak pernah jual belikan data siapapun, baik punya bapak, yang lain. Itu KTP benar-benar hilang' jadi saya disuruh untuk membikin KTP baru," kata Edi.
Karena tak ada bukti, ia pun tak bisa menuduh pihak koperasi begitu saja.
Kini dirinya hanya bisa pasrah dan berencana akan membuat laporan ke Polsek jika dirinya tidak merasa punya 3 mobil mewah tersebut.
Laporan tersebut dibuat agar KJP anakya bisa kembali didapat.
Dan satu lagi yang ingin dia lakukan.
Dia ingin sekali bertemu dengan orang tersebut, sang pencatut nama yang tidak bertanggung jawab karena telah mempersulit hidupnya.
"Saya cuma mau ketemu aja, kaya bagaimana orangnya. Terus minta maaf ke saya," ucap dia.