Uang Hasil Panen Selalu Melimpah tapi Diberikan Wanita Lain, Sosok Kaya Raya Ini Akhirnya Tewas di Tangan Anak dan Istrinya, Mayatnya Dicor dan Baru Ditemukan 7 Bulan Kemudian

Sabtu, 09 November 2019 | 15:04
Kolase: Foto Polres Jember dan surabaya.tribunnews.com/sri wahyunik

Misteri Jasad Dicor di Musala Terungkap, Inilah 8 Fakta Mengenai Kasus Tersebut

Suar.ID -Sedikit demi sedikit fakta tentang mayat yang dicor di bawah musala akhirnya terbongkar.

Termasuk motif yang melatari kejadian tersebut.

Syahdan, Surono (51) adalah petani kopi yang sukses di Desa Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember.

Jika panen tiba, dia bisa mengantongi uang Rp90 juta hingga Rp100 juta.

Itu belum pendapatan dari hasil panen lainnya. Sayangnya hubungan Surono dengan Busani (47), istrinya tidak baik. Kasak kusuk yang beredar penghasilan Surono diserahkan kepada perempuan lain.

Busani yang merasa cemburu meceritakan apa yang ia rasakan kepada Bahar (27) anaknya.

Bahar pun memutuskan untuk membunuh ayah kandungnya sendiri.

Dipukul dengan linggis

Akhir Maret 2019. Bahar masuk rumah jelang tengah malam.

Sekitar pukul 23.00 WIB, ia mendatangi Surono yang tidur di kamar depan.

Bahar membawa linggis.

Tanpa banyak bicara, ia memukul wajah bagian kiri ayahnya dengan linggis.

Surono mengalami luka parah dan mengalami pendarahan hebat.

Sang ibu yang mengetahui perbuatan anaknya langsung mematikan lampu depan rumah yang dekat dengan kamar Surono.

Selain karena luka berat dan pendarahan hebat di wajahnya, Surono juga memiliki riwayat sakit pernafasan.

Surono pun tewas di tangan anaknya.

Setelah memastikan Surono tewas, Bahar berusaha memindahkan mayat ayahnya.

Ia menggotong bagian atas tubuhnya sedangkan Busani, sang ibu memegangi kakinya.

Busani tidak kuat dan memilih melepaskan tubuh suami.

Seorang diri, Bahar menyeret tubuh sang ayahnya ke belakang rumah.

Ia pun mengubur mayat ayahnya di lantai belakang rumah.

Ibu dan anak itu kemudian membangun mushala di atasnya.

Mushala tersebut janggal karena menjorok ke luar dan melebihi batas tembok.

Setelah mengurus mayat ayahnya, Bahar mengambil uang ayahnya sebesar Rp 6 juta.

Ia juga menjual sepeda motor Honda CBR milik ayahnya seharga Rp 19 juta.

Bahar lalu melarikan diri ke Bali. Sementara sang ibu, Busani menikah siri dengan pacarnya JM pada Mei 2019 atau kurang dari dua bulan setelah suaminya tewas.

Kepada para tetangga dan keluarganya, Bahar dan Busani kompak mengatakan bahwa Surono telah menikah lagi dan pindah ke Bali.

Tujuh bulan kemudian, tepatnya November 2009 Bahar kembali ke Jember.

Ia bercerita pada Edi, kepala dusun setempat bahwa ayahnya dibunuh oleh J dan dikubur di mushala yang ada di rumahnya.

Kepada Edi, Bahar mengaku mendapatkan cerita tersebut dari ibunya.

Edi yang curiga langsung melaporkan hal tersebut ke polisi.

Warga dan polisi pun segera membongkar lantai mushala tersebut dan menemukan kerangka Surono.

Selain itu juga ditemukan linggis seberat 10 kilogram serta baju dan sarung milik Surono

Saat itu ibu dan anak saling tuduh terkait pelaku pembunuhan Surono.

"Dua orang yang diamankan, yakni istri dan anak Surono, justru saling menuduh. SN menuduh anaknya yang membunuh suaminya. Namun, anak, juga saat diperiksa, balik menuduh ibunya yang membunuh," ujar Kapolsek Ledokombo AKP Wardoyo Utomo, Senin (4/11/2019).

Kasus ini terungkap setelah polisi melakukan pemeriksaan terhadap tersangka Busani. Keterangan yang diberikan Busani selalu berubah-ubah.

Selain itu, saat mendengar suaminya meninggal istri Surono tidak merasa sedih.

Hal ini pun membuat pertanyaan dari pihak kepolisian. Kamis (7/11/2019) Bahar dan ibunya, Busani ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan Surono, petani kopi asal Ledokombo, Jember.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dicor di Bawah Mushala, Petani Kopi Kaya Tewas di Tangan Anaknya karena Harta"

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya