Suar.ID -Beberapa saat yang lalu media sosial, khususnya Twitter, dihebohkan oleh pernikahan wanita lulusan S2 dengan seorang sopir truk.
Bukannya dapat dukungan dan doa yang terbaik, pernikahan itu justru mendapat banyak cemoohan.
Netizen yang budiman menganggap bahwa itu adalah pernikahan yang "tidak seimbang".
Wanita budiman yang kita maksud adalah Zuraiha Zaini, sementara sang suami bernama Hafis Hozahli.
Zuraiha dikenal sebagai gadis pintar dan terpandang karena merupakan lulusan S2.
Namun pernikahan Zuraiha dan Hafis dipandang sebelah mata oleh para tetangga.
Hal ini lantaran profesi Hafis yang merupakan seorang sopir truk.
Tetangga nyinyir mempertanyakan keputusan ayah Zuraiha menyerahkan putrinya pada seorang sopir truk.
Banyak juga yang menyebut keluarga Zuraiha pastilah mau karena uang hantaran yang diberikan sangat besar.
Zuraiha pun akhirnya buka suara.
Melalui Twitter Zuraiha menumpahkan kekesalan hatinya.
Cuitan Zuraiha lalu viral hingga diretweet sebanyak 20 ribu kali.
Berikut bunyinya:
"Saya guru, suami sopir truk.
Saya sarjana dan master, suami SPM.
Hantaran bawah 10 k.
Orang kampung kutuk ayah saya, 'anak pandai, nikah dengan sopir truk'.
Hai, jangan hina profesi sopir truk, kita ini hamba yang belum tentu mulia di sisi Tuhan," tulis Zuraiha sambil mengunggah foto akad nikahnya.
Zuraiha justru bisa membuktikan ia bahagia dengan pilihannya.
Dalam salah satu jawabannya pada seorang netizen, Zuraiha mengungkap jika suaminya adalah sopir yang mengangkut gas merek petron dan petronas.
Terungkap pula bahwa gaji yang dia dapat bisa sampai 4 sampai 5 kali gaji senilai 3 hingga 4 juta per bulan.
Tak hanya itu, Zuraiha juga terlihat menyayangi suaminya.
Dalam akun Instagramnya, ia beberapa kali mengunggah foto sang suami.
Di foto itu, keduanya tengah jalan-jalan ke pulau Langkawi.
Zuraiha pun menyebut suaminya dengan panggilan 'My King'.
Bangga Pada Suami
Zuraina mengaku status Twitternya itu merupakan curahan hati, betapa dia begitu membanggakan suaminya, yang dinikahinya pada 17 Agustus 2019 lalu.
Zuraiha merupakan lulusan S2 di Universitas Pendidikan Sultan Idris Tanjung Malim, Perak.
Dia mengaku sudah mengenal suaminya sejak di SMA, 10 tahun lalu.
"Saya meneruskan ke perkuliahan. Sementara dia tidak bernasib baik," kata Zuraiha.
"Selepas SMA, dia bekerja serabutan di kampung. Dia kemudian menjadi sopir truk, dari awalnya mengantar barang di kawasan setempat, kemudian keluar dari kampung, saat kami tunangan Januari lalu."
Dia mengatakan, cibiran soal pernikahannya itu mulai bermunculan saat dia masih berpacaran.
Bahkan, hendak menikah pun, ada kerabat yang mempertanyakan keputusannya.
"Ada sepupu tanya kenapa saya tidak menikah saja dengan guru lain atau teman kuliah. Itu ditanyakan 24 jam sebelum saya menikah," tambahnya.
"Saat resepsi, ada tetangga kampung tanya ke ayah dan ibu saya, kenapa saya ini punya gelar master tapi dinikahkan dengan sopir truk. Tak pantas kata mereka."
"BIla ada yang bertanya soal suami saya, saya akan bangga bilang kalau suami saya sopir truk. Jodoh adalah ketentuan Tuhan," ujar Zuraiha.
Zuraiha juga memastikan kalau keluarganya tak meminta uang hantaran yang tinggi.
"Saya bersyukur dan terharu, karena keluarga saya minta uang hantaran sesuai kemampuan keluarga laki-laki," katanya.
"Keluarga suami kemudian memberi kami Rp 27 juta, nilai yang melebihi ekspektasi saya."
Zuraiha mengatakan, meski suaminya sopir truk, tapi gaji bulanannya lebih besar darinya.
"Jangan pandang rendah pekerjaan sopir truk. Kami sekeluarga menerima dia seadanya, karena sikapnya yang tanggungjawab, penyabar, dan suka membantu," katanya lagi.
"Bagi saya menikah itu tak perlu lihat taraf pendidikan.
"Yang wajib dalam pernikahan itu hanyalah mas kawin. Kami pun menikah secara sederhana.
"Yang penting adalah calon suami kita itu bisa jadi kepala keluarga yang bertanggungjawab," ujarnya.