Dari Caranya Memegang Pisau, Pengamat Teroris Ini Sebut Penusuk Wiranto Bukan Orang Sembarangan: Benar-benar Terlatih

Sabtu, 12 Oktober 2019 | 16:11
Kolase Tribun-Jabar

Polisi mengamankan dua senjata tajam yang digunakan pelaku SA dan FA menusuk Menkopolhukam Wiranto pada Kamis (10/10/2019)

Suar.ID -Pengamat terorisme, Ridwan Habib, ikut urun suara terkait kasus penusukan terhadap Menko Polhukam Wiranto pada Kamis (10/10) tempo hari.

Hal ini tak lain karena pelaku diduga terpapar paham JAD yang berafiliasi dengan ISIS.

Kita tahu, Abu Rara alias SA bersama istrinya telah melakukan penyerangan terhadap Wiranto ketika berkunjung ke Pandeglang, Banteng, tempo hari.

Dalam penyerangan itu, mereka melengkapi diri dengan pisau kunai.

Sekadar info, pisau yang digunakan pelaku SA dan FA ini sering muncul dalam serial animasi Naruto.

Berdasarkan foto yang beredar, pisau yang digunakan pelaku memiliki ukuran yang kecil.

Pisau berwarna hitam tersebut memiliki ujung yang runcing.

Kemudian terdapat bagian yang digunakan untuk menggegam dililit dengan tali yang berwarna merah.

Pada umumnya penggunaan pisau kunai yang digunakan pelaku dengan cara dilempar.

Menurut pengamat teroris, Ridwan Habib menilai jika pelaku termasuk ahli.

Hal tersebut lantaran sang pelaku menggunkan teknik 'handback' dalam melancarkan aksinya untuk menusuk Wiranto.

"Dia pakai pisau dengan cara handback. Padahal biasanya orang memakai pisau itu menusuk ke depan. Namun dengan keahliannya, dia pakai pisau dengan cara handback sehingga tikamannya lebih kuat dan bisa berulangkali," jelas Ridwan Habib, Kamis (10/10/2019).

IST
IST

Terkuak! Beginilah Kelakuan Abu Rara, Pelaku Penikaman Wiranto yang Diungkap Oleh Taman Mainnya: "Sampai Hitam Keningnya Disudut dengan Api Rokok"

Tak hanya Wiranto, petugas keamanan lainnya yang mengawal Menko Polhukam juga terkena imbasnya.

"Pelaku benar-benar terlatih," katanya.

Ridwan Habib menyebut pelaku adalah bagian jaringan JAD.

Pelaku lolos dari penangkapan aparat kepolisian.

Sebelumnya, polisi sudah melakukan penangkapan jaringan JAD di Bekasi, Salatiga dan beberapa tempat lainnya.

Jaringan JAD yang dalam kondisi terdesak menyerang simbol negara dengan bahan seadanya.

Oleh sebab itu, pelaku yang berjumlah dua orang itu menyerang Wiranto menggunakan pisau kunai.

Berbeda dengan JAD, kelompok JAT melakukan serangan dengan matang.

"Tapi kalau JAD, mereka gunakan bahan seadanya. Seperti bom pipa, senjata api, dan sekarang pakai pisau kunai," ucapnya.

Tertangkapnya pasangan FA dan SA ini sempat menghebohkan tetangganya.

Keduanya yang tinggal di rumah kontakan di Kecamatan Menes dikenal tertutup.

Menurut Sheny, warga Kampung Sawah, RT 04/01, Desa Menes, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten ini mengungkapkan kejanggalan kedua pasangan tersebut.

Sheny mengatakan jika ia mendapat kabar dari anak kedua pelaku jika orang tuanya tersebut memiliki pistol.

Saat itu, Shenny hendak membeli pulsa.

ANTARA

Menko Polhukam Wiranto (kedua kiri) diserang orang tak dikenal dalam kunjungannya di Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019).

Ia melihat pistol dan sejumlah buku agama di rumah tersebut.

"Saya lihat ada pistol, kata anaknya yang umur 13 tahun itu punya Abi (pelaku pria)," kata Shenny di Kampung Sawah, Kamis (10/10/2019), dikutip dari Kompas.com.

Berdasarkan penuturan Ketua RT setempat, Mulyadi, kedua pelaku itu mengontak rumah sejak Februari 2019.

Awal menempati rumah itu, SA datang bersama anaknya yang perempuan berusia 13 tahun.

"Mulai ngontrak kira-kira Februari, sudah sekitar 7 bulan lah, pertama masuk dia yang laki-laki bernama Syahril Alamsyah sama anaknya perempuan umur sekitar 13 tahun," kata Mulyadi kepada Kompas.com.

Saat itu, SA tidak membawa sang istri.

Tiga bulan kemudian, sekitar bulan Agustus, SA meminta izin akan menikah di Bogor.

"Dia minta izin menikah di Bogor, pas balik lagi ke sini sudah bawa istri, bercadar, sekitar 19-20 tahunan," kata Mulyadi.

Kepada Mulyadi, SA mengaku bekerja sebagai pengusaha bisnis online.

Barang yang ia jual berbagai macam seperti madu, pakaian anak-anak, pulsa, dan travel.

Mulyadi tidak menaruh curiga kepada keluarga tersebut.

Ia hanya menjalankan tugasnya sebagai ketua RT seperti menanyakan identitas dan pekerjaan sehari-hari.

Ketika SA ditangkap, Mulyadi kaget kerena tak menyangka jika salah satu warganya masuk dalam jaringan teroris JAD.

Tag

Editor : Moh. Habib Asyhad