Suar.ID - Peristiwa pembullyan diantara anak-anak seperti tak ada habisnya.
Kondisi itu tak jarang didukung oleh sikap orang-orang dewasa sekitar, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Seperti peristiwa pembullyan yang terjadi di Melbourne, Australia ini.
Dilansir dari The Sun (4/10/2019), Sebuah foto yang mengejutkan menunjukkan seorang anak laki-laki dipaksa untuk membungkuk dan mencium sepatu anak laki-laki lain, atau jika tidak mau ia diancam akan dipukuli.
Insiden keji itu difoto dan divideo, kemudian dibagikan ke Instagram demi mempermalukan korban yang berusia 12 tahun.
Ibu korban mengatakan kepada Australian Jewish News bahwa seorang teman sekelas telah 'memikat' putranya untuk pergi kedi taman umum di Melbourne, Australia, dengan alasan untuk pertandingan sepak bola bersama sekelompok anak-anak.
Namun, sesampainya di lokasi, anak malang itu justru diduga diancam dan diperintahkan untuk sujud dan mencium sepatu atau kaki anak lain.
Anak malang itu pun memilih untuk mencium kaki temannya daripada diserang dengan kejam oleh pelaku yang juga masih berusia 12 tahun dan 13 tahun.
Baca Juga: Viral video Panas Cewek Manado Tanpa Sehelai Benang pun, Pelaku Diduga Masih Belasan Tahun!
Sementara si anak malang mencium sepatu temannya, pelaku lain memotret dan merekamnya.
Ibu korban juga menceritakan bahwa itu bukan pertama kalinya sang putra menjadi korban bully teman-temannya.
Karena sebelumnya, anak itu telah diintimidasi di Cheltenham Secondary College, di mana ia mendapat cacian anti-semit, atau bisa dibilang rasis, dari teman-temannya.
Seperti julukan "kera Yahudi", "tukang masak Yahudi yang sudah matang,", dan sebagainya.
Mengetahui bahwa putranya menjadi korban bully, sang ibu sebenarnya sudah berusaha berbicara kepada pihak sekolah.
Saat itu, putranya harus berakhir di rumah sakit karena menderita serangan kecemasan akut.
Namun, sang ibu yang tidak mau disebutkan namanya itu malah mendapatkan kekecewaan.
Ia pun mengkritik sekolah karena tidak mengakui 'ciuman kaki' yang dialami anaknya itu, juga tentang cacian anti-semit yang didapatkan anaknya.
Pejabat sekolah diduga mengabaikan insiden di taman itu karena peristiwa itu tidak terjadi di sekolah.
Menurut sang ibu, pihak sekolah pun mengaku tidak bisa melakukan apapun karena hal itu, kemudian menyuruh ibu dari anak malang itu untuk melapor ke polisi saja untuk masalah itu jika mau.
Tak ada yang dilakukan pihak sekolah seperti memberikan sanksi terhadap anak-anak yang mengancam dan mengintimidasi teman sekelasnya itu karena pihak sekolah menganggap bahwa insiden itu bukanlah bullying atau fitnah agama.
Sementara itu, siswa yang menjadi korban mengalami ketakutan untuk kembali ke sekolah hingga akhirnya memilih meninggalkan sekolah.
Hal lain disampaikan orangtua pelaku bullying.
Ibu korban telah berbicara kepada ibu bocah lelaki yang diduga terlibat insiden 'cium kaki' itu.
Ibu pelaku pun mengaku merasa malu atas apa yang terjadi.
Ibu korban mengatakan: "Kami duduk, orangtuanya, dua anak laki-laki dan saya sendiri, di sekitar meja dan menjelaskan tentang bullying dan apa artinya kita sebagai orangtua sejauh membangun jembatan antara orang Yahudi dan Muslim di masyarakat dan tidak menciptakan pembagian seperti foto itu," ujar.
Sementara itu, Menteri Pendidikan Victoria James Merlino menuntut 'peninjauan langsung' atas dugaan insiden yang melibatkan kedua bocah lelaki itu.
Seorang juru bicara Departemen Pendidikan dan Pelatihan Victoria mengatakan atas nama kedua sekolah bahwa Antisemitisme dan intimidasi rasis tidak ditoleransi di sekolah-sekolah Victoria.
"Semua siswa memiliki hak untuk merasa aman dan didukung oleh sekolah mereka.
"Kami memperhatikan kesejahteraan dan keselamatan siswa dengan sangat serius dan berkomitmen untuk memastikan sekolah adalah lingkungan belajar yang inklusif dan aman bagi semua siswa.
"Kami mendukung semua siswa yang terkena dampak agresi dan kekerasan di sekolah," katanya.