Suar.ID - Bagaimana pun, tubuh manusia memiliki keterbatasan yang apabila dipaksakan untuk bekerja bisa berakibat fatal.
Tubuh pun sebenarnya akan mengirimkan sinyal, tanda bahwa kita harus beristirahat yaitu dengan adanya rasa lelah.
Sayangnya, sebagian orang sering mengabaikannya. Bisa juga karena dipaksa oleh kondisi yang mengharuskan mereka tetap bekerja.
Seperti yang terjadi kepada wanita malang ini.
Dilansir dari Good Times (13/6/2019), Seorang wanita di Hong Kong yang setiap harinya memaksakan diri untuk bekerja, pada suatu hari mengalami kondisi memprihatinkan hingga akhirnya ia meninggal.
Dia adalah Hu Jia Yi, wanita berusia 26 tahun yang bekerja di sebuah pabrik rajutan.
Sehari-hari ia bertanggung jawab untuk pembelian dan pemasaran produk di pabriknya.
Dia mulai bekerja pada jam 9 pagi dan baru meninggalkan pekerjaannya di atas jam 10 malam.
Bukan hanya itu saja, pekerjaan yang digeluti Jia Yi juga mengharuskannya melakukan perjalanan dinas yang jaraknya jauh dalam sehari.
Hari yang malang bagi Jia Yi terjadi pada 16 Oktober 2018.
Seperti biasa, ia melakukan perjalanan ke sebuah pabrik di kota Zhuhai di Provinsi Guandong, Cina, untuk tujuan kerja.
Dia berharap akan kembali ke Hongkong pada hari yang sama, namun nasib buruk justru terjadi padanya.
Jia Yi ditemukan oleh rekannya keesokan harinya, namun kondisinya sudah memprihatinkan.
Ketika rekannya menemukan wanita muda itu, dia sudah menjadi gila dan tidak waras.
Bahkan, rekannya harus menyuapinya makan karena dia tidak bisa makan sendiri.
Rekan-rekan Jia Yi pun memberi tahu media setempat bahwa Jia Yi mengeluhkan tekanan pekerjaan sebelum insiden itu terjadi.
Dalam kondisi yang memprihatinkan, Jia Yi dikirim ke Rumah Sakit Distrik Utara di Hong Kong.
Selama dia tinggal di sana, Jia Yi tidak bisa mengenali orangtuanya dan sering berteriak di tempat tidurnya.
Untuk membuatnya tenang, dia harus disuntik obat bius.
Bukannya membaik, kondisi wanita muda itu justru semakin parah.
Tiga hari setelah dirawat di rumah sakit, Jia Yi mengalami koma yang panjang sebelum akhirnya meninggal pada 1 Mei 2019 lalu. Tepat pada hari Buruh.
Menurut catatan medis, Jia Yi meninggal karena pneumonia dan komplikasi kesehatan lainnya.
Dengan catatan medis itu, pihak perusahaan pun seolah lepas tangan.
Mereka diduga berusaha menghindar untuk memberikan kompensasi kepada keluarga Jia Yi.
Perusahaan mengklaim bahwa kematian wanita muda itu disebabkan oleh pneumonia seperti catatan medis, dan itu tidak terkait dengan pekerjaannya yang berlebihan.
Kondisi tersebut sungguh memprihatinkan.
Sebuah laporan mengungkapkan bahwa pekerja di Hong Kong rata-rata bekerja lebih dari 50 jam per minggu.
Hong Kong termasuk negara yang memiliki jam kerja terpanjang di dunia bersama Jepang, Korea Selatan dan Taiwan.
Namun demikian, tidak seperti Jepang dan Taiwan di mana mereka menyakini pekerjaan berlebihan sebagai salah satu bentuk bahaya pekerjaan sehingga mereka yang terkena dampaknya dapat dikompensasi, Hong Kong masih menyelidiki apakah kasus-kasus kematian pekerja kota dan bekerja yang berlebihan terkait.
Bisa jadi, jeritan seperti yang diungkapkan Jia Yi akan terus terjadi.
Sebelum meninggal, wanita muda itu sempat mengungkapkan kata-kata terakhirnya.
"Oh Tidak, apa yang harus saya lakukan? Saya tidak bisa menyelesaikan pekerjaan saya, saya terkutung!," keluhnya dikutip dari Good Times.
Sebagai salah satu kota termahal di dunia untuk biaya hidup seperti yang dilaporkan oleh The Economist Intelligence Unit dalam Survei Biaya Hidup Sedunia tahunannya, tidak mengherankan bahwa sebagian besar pekerja di Hong Kong harus bekerja dalam jam kerja yang lebih lama seperti Jia Yi.
Jia Yi dan banyak pekerja lainnya bahkan tetap harus memaksakan diri bekerja meski dalam kondisi sakit.
Pikirannya dipenuhi oleh pekerjaan dan pekerjaan, yang perlahan dapat membuat kondisi kesehatannya menurun.
Sangat disayangkan jika kasus seperti yang terjadi pada Jia Yi terus terjadi apabila pemerintah tidak segera mengeluarkan peraturan tentang jam kerja standar dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.